Part 21 - Overthingking

18.9K 1.7K 67
                                    

Aquinsha mengetuk-ngetuk jarinya dengan lembut di lengan kursi. Punggungnya bersandar santai. Wanita itu sangat terlihat santai, tapi tidak dengan isi kepalanya. Sangat kusut. Ekspresinya begitu serius sehingga Rani dan Leia yang sedang melakukan tugasnya masing-masing pada wajah dan rambut Nonanya tersebut tak bicara sedikit pun.

Keduanya saling memberi isyarat lewat tatapan, saling bertanya kenapa Aquinsha seakan tengah dilanda masalah berat. Tidak banyak bicara seperti biasanya. Pun tadinya sempat terlambat bangun dari jadwal biasanya.

Bahkan saat memasang aksesoris, wanita itu tak melakukannya sendiri. Rani dan Leia yang memasangnya. Anting, kalung serata cincin.

"Selamat pagi Nona Aquinsha!" Sapaan tersebut biasanya mengundang rasa kesal Aquinsha, tapi wanita itu melengos dan masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibuka Radi.

Junior menatap Rani dan Leia, bertanya melalui tatapan, tapi wanita itu mengendikkan bahunya tak acuh. Mereka pun naik ke mobil.

Lantai lima puluh yang menjadi kantor milik Aquinsha begitu luas. Setelah keluar dari lift mereka akan langsung disuguhkan sebuah meja resepsionis. Ada dua lorong pendek. Lorong ke kiri nantinya menjadi tempat para karyawan bekerja. Sementara lorong ke kanan merupakan tempat kantor pribadi Aquinsha berada. Hanya ada dua ruangan di sana, salah satunya ruangan yang diperuntukkan untuk sekretaris dan asistennya.

Aquinsha yang berjalan paling di depan belok kanan, refleks berteriak terkejut karena ada yang menghadangnya. Junior dan Radi yang dengan sigap bergerak. Radi yang langsung menarik Aquinsha berdiri di belakangnya, sedangkan Junior yang kini melayangkan tangannya ke seseorang yang membuat Aquinsha berteriak terkejut.

Wanita itu berteriak juga karena mengira hidungnya akan ditonjok Junior yang langsung mengurungkan niatnya saat sadar siapa wanita itu. "Geblek! Lo mau bikin hidung gue makin pesek?!" raung wanita itu menatap bengis Junior yang menatapnya malas.

"Aelah, gue kira siapa. Ternyata Bora Bere."

Aquinsha mengintip dari punggung Radi, ikut menatap malas wanita tersebut dan menghela nafas kesal. "Bora, kenapa kamu ngagetin aku?!"

"Lho, aku gak ada maksud ngagetin Kak eh maksud saya Nona Aquinsha." Bora yang tadinya hendak mencakar Junior karena mengejek namanya kini beralih pada Aquinsha dengan senyuman manis. Lalu membungkuk sopan. "Maaf Nona kalau saya membuat Anda terkejut."

Kedua sudut Aquinsha berkedut menahan kesal. Entah apakah Bora mengejeknya atau benar-benar bersikap sopan karena sekarang ia adalah atasan wanita itu. Karena di masa lalu, lebih tepatnya saat mereka kecil, jika mereka bertemu yang ada hanyalah pertengkaran satu sama lain. Meski Bora lebih muda darinya, tapi jarak usia mereka tak jauh berbeda sehingga mereka sering bermain bersama dan tentunya bertengkar.

"Kamu tuh gak usah terlalu sopan. Aku merinding."

"Baik Nona Aquinsha."

"Jangan termakan dengan mulut manisnya, Nona," sahut Junior dengan nada mengasut. Bora melirik tajam pria yang seumur dengannya tersebut, ia menahan diri agar tak menjitak kepalanya. Meski saling mengenal, tapi sekarang posisinya adalah bawahan Aquinsha dan ini adalah hari pertamanya bekerja. Jadi, ia harus menjaga sikap.

"Biasa aja, oke?"

Bora mengangguk lagi dengan senyuman lebar yang aneh di mata Aquisha, apalagi saat Junior yang cengengesan juga menatapnya.

Aquinsha menoleh ke arah Radi, lebih tepatnya ke arah tangan yang memeluk lengan pria itu. Segera ia melepas dan melotot pada dua orang tersebut. Tidak lupa juga melotot pada Rani dan Leia yang malah tersenyum geli. Lalu bersikap biasa saja. Segera berjalan lebih dulu melewati mereka, tidak lupa menyuruh para asistennya mengikutinya.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang