Part 7 - Plan

24.3K 2.5K 39
                                    

Sebelum tangan Aslan meraih kue pie susu yang ada di atas piring, Aquinsha mendahului kakaknya itu yang langsung menatapnya kesal. Ia hanya tertawa pelan lalu memasukkan kue berukuran mini tersebut ke dalam mulutnya.

"Kok Mas Aslan belum pulang?" tanya Aquinsha pada kakaknya itu.

"Memangnya kenapa kalau Mas masih di sini?" sahut Aslan ketus. Aquinsha mencebik kesal kemudian duduk di sebelah Daddy. Memeluk sebelah lengan Daddy.

"Nah manjanya Tuan Putri kumat," ejek Daddy dengan tawa pelan.

"Soalnya mau manja ke pacar, tapi gak punya."

Daddy langsung meliriknya tajam membuatnya tertawa. Ketiganya pun mengobrol hingga topik pembicaraan mereka mulai serius.

"Mas Aslan jadi kandidat gantiin Om Erik?" tanya Aquinsha setelah mendengar Daddy jika Daddy telah bicara dengan Om Erik secara empat mata.

"Iya. Setelah itu kamu yang bakal gantiin posisi kakakmu di Janitra Development." Aquinsha terdiam. Beginilah rasanya menjadi anak yang memiliki privilege. Selesai S2, ia tak perlu mencari lowongan kerja atau kerja selama bertahun-tahun lebih dulu untuk mencapai posisi teratas.

Janitra Group merupakan perusahaan besar yang meliputi banyak anak perusahaan. Mulai dari perusahaan minyak, pertambangan, kimia, energi, real estate serta di bidang kesehatan, sosial dan pendidikan.

Saat ini semua anak perusahaan tersebut masih dipegang masing-masing oleh generasi ketiga Janitra, yaitu Erik, Hansa dan Sauki. Ganesh sendiri sudah menyerahkan Janitra Development pada Aslan tiga tahun yang lalu. Pria itu memilih pensiun dini. Ingin menikmati masa tuanya bersama istri, anak-anak dan cucunya.

"Sekarang, kamu ambil alih menjadi COO di kantor dulu. Karena dua bulan lagi Bu Ghisa pensiun. Daddy akan minta orang untuk dampingi kamu lebih dulu."

Aquinsha diam sejenak. Ia sangat senang karena memiliki privilege. Tapi, bukan seperti ini.

"Aku mau bangun usaha sendiri!" ujarnya semangat. Daddy dan Aslan langsung memusatkan tatapan padanya. "Aku mau seperti Aunty Citra. Dia memiliki perusahaan sendiri tanpa ada campur tangan dari Janitra."

Daddy tersenyum seraya meraih tangannya dan mengusapnya dengan lembut. "Bukannya Daddy meragukan kamu. Tapi, bukannya lebih bagus kalau kamu mengembangkan usaha ..."

"Tapi lebih bagus lagi kalau aku yang membuat usaha sendiri, kan?" sela Aquinsha. Ia tersenyum menatap Daddy dan Aslan. "Ada kalian berdua. Kalian akan mendukungku, begitupun Mommy dan orang-orang yang sayang sama aku."

"Jadi kamu mau memulai bisnis apa?"

Aquinsha tersenyum lebar. "Food and Beverage. Dan aku mau memulai membuka usaha toko roti dan kue."

"Kamu sudah bikin proposalnya?" tanya Aslan. Aquinsha mengangguk lagi.

"Sudah jauh hari aku membuatnya. Tapi, karena masalah kemarin, aku belum sampaikan pada kalian." Aquinsha menatap Daddy yang berdecak pelan.

"Baiklah. Kirim saja proposalnya ke Daddy, nanti Daddy baca dan ngasih kamu modal."

"No, no, Dad!" ujar Aquinsha langsung. "Aku punya modal sendiri. Kan aku sudah bilang, kalau aku bakal membangun usahaku sendiri. Nanti Daddy dan Mas Aslan bisa tanam saham kalau usahaku sudah besar."

Sejak berusia tujuh belas tahun, Aquinsha telah dikenalkan dengan dunia bisnis, salah satunya menjadi investor. Ia menanam saham di beberapa perusahaan. Baik di dalam negeri, maupun luar negeri.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang