Suara gemuruh tepuk tangan menggema setelah Sarkara memasang cincin di jari manis Misha. Ekspresi pasangan tersebut terlihat sangat bahagia. Menebar senyuman terus menerus.
Acara inti telah selesai, sekarang suasana di ballroom hotel yang luas tersebut mulai santai. Pasangan yang baru saja bertunangan kini berada di tengah-tengah ballroom, berdansa dengan penuh kemesraan. Setelah pasangan tersebut selesai, beberapa orang mengajak pasangan mereka.
Aquinsha yang berdiri di sebelah Kenan menoleh menatap sepupunya itu saat menengadahkan tangan ke arahnya. "Ogah gue dansa sama lo!"
Kenan memutar bola matanya malas. "Ayolah Sha. Jangan biarin sepupu lo yang paling tampan ini terlihat mengenaskan."
Aquinsha menatap malas Kenan. "Kenapa lo gak ajak pacar lo ke sini?"
"Gue baru aja putus." Kenan berdecak pelan. "Labil banget anaknya."
"Labil, atau lo udah nemu yang baru?"
Pria itu hanya menyeringai, lalu pamit melangkah, menarik sang Mami untuk diajak berdansa, tak peduli dengan Papinya yang protes.
Tatapan Aquinshs meliar, mencari keberadaan Radi. Hendak beranjak, tapi seseorang kini berdiri di hadapannya. Ankaa tersenyum tipis. Menengadahkan tangan ke arahnya.
Aquinsha mengamati sekitar, kini mereka menjadi pusat perhatian. Meski di dalam hatinya, ia sedang menggerutu, tapi demi menjaga imej dan bersikap sopan, ia pun menerima ajakan Ankaa. Mereka pun bergabung bersama yang lainnya untuk berdansa. Tapi entah kenapa Aquinsha merasa jika sebagian pasang mata tertuju pada mereka. Jangan sampai setelah ini, rumor-rumor menyebalkan tentang dirinya dan Ankaa ada lagi.
"Kamu mencari siapa?"
Aquinsha tersentak, baru tersadar jika matanya tak fokus, melainkan sibuk mencari seseorang di tengah kerumunan. Kedua kakinya tetap bergerak mengikuti irama musik. Ia menatap Ankaa lalu tersenyum. "Enggak ada. Aku rasa orang-orang lihatin kita."
"Karena mereka punya mata."
Aquinsha tertawa pelan, tak tau harus bereaksi apa. Berhenti saat merasakan telapak tangan Ankaa yang berada di punggungnya menekannya dengan pelan sehingga jarak mereka makin menipis.
"Bagaimana dengan rencana makan malam kita?"
"Hah?"
"Kenapa kamu gak fokus, Aquinsha?" tanya Ankaa dengan suara rendah.
"Em ..." Aquinsha mencoba mengingat-ingat tentang rencana makan malam dengan Ankaa. Lalu ia meringis. Kenapa bisa ia mengatakan hal yang membuat pria itu berharap? "Kan aku udah bilang, kamu minta izin ke Daddy-ku. Kalau dia izinin, kita bakal makan malam bersama." Setelah ini Aquinsha akan melarang Daddy agar tak memberi izin pada Ankaa. Pria itu mengangguk.
Kedua mata Aquinsha kembali mencari-cari seseorang hingga menemukannya. Ekspresi dingin Radi membuatnya kehilangan fokus sehingga tak sengaja menginjak kaki Ankaa, ia pun hampir terjatuh kalau saja Ankaa tak memeluk pinggangnya. "Ah maaf, maaf." Aquinsha meringis. "Mas gak pa-pa?" Mereka telah berhenti berdansa. Pria itu menggeleng.
Aquinsha kembali menatap ke arah Radi, kini ia hanya bisa melihat punggung pria itu yang perlahan menjauh.
Aquinsha pun pamit pada Ankaa. Melangkah ke arah Radi pergi, tapi ia kembali dihadang oleh seorang kenalan, mau tak mau ia pun berbincang dengan orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Cinta
ChickLitHarta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak berwujud. Tahta merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Cinta merupakan suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaa...