Part 39 - Penolakan (2)

16.3K 1.7K 116
                                    

Shows a sense of peace and purity.

Adalah tema charity yang diadakan Yayasan Janitra Triasih. Tema yang diambil dari makna warna putih dalam psikologi. Jadi ballroom mewah tersebut kini didominasi dengan warna yang senada dengan tema acara, begitupun dress code para tamu undangan.

Acara yang sangat eksklusif sehingga yang datang pun benar-benar orang yang berada dari kelas sosial tinggi. Orang-orang pun berlomba-lomba mengenakan pakaian terbaik mereka. Dan tentunya orang yang membuat acara juga harus tampil memukau.

Aquinsha kini didandani oleh Rani, sementara Leia menyiapkan gaunnya. Setelah itu Leia membantunya memakai gaun dan dibantu Rani. Ada juga Bora yang sibuk sendiri mendandani dirinya karena akan hadir mendampingi Nona Bosnya.

"Berat badan Nona naik, ya?" ujar Rani pelan. Karena bertanya berat badan pada seorang wanita adalah hal yang sangat sensitif. Tapi reaksi Aquinsha membuatnya mengerjap pelan.

"Oh ya?" Nonanya itu terlihat sumringah seraya mematut dirinya di cermin.

Leia yang berada di belakang badan Aquinsha merapikan rambut Aquinsha yang disanggul rendah. Kemudian maju ke depan untuk memperbaiki helai rambut di depan yang sengaja menjuntai.

Bora yang telah selesai ikut mengamati Aquinsha

"Iya. Bagian dada Nona juga berubah. Nona pasang implan?" sahut Leia. Aquinsha menatap kesal wanita itu.

"Enak aja! Ini alami tau!" ujarnya seraya memegang dadanya. Leia hanya menyengir.

"Berat badan naik itu mempengaruhi besarnya buah dada," ujar Rani. Aquinsha mengangguk setuju. Ia memang menyadari jika berat badannya naik, terlihat pipinya yang tak lagi tirus dan beberapa bagian badannya yang lain.

"Pantas aja buah dadaku gak besar, soalnya badanku kurus," ujar Leia dengan raut sedih.

"Ada kok cara lain memperbesar buah dada selain berat badan naik dan pasang implan." Tiga pasang mata langsung menatap Bora.

"Apa?" tanya Leia semangat.

"Diremas. Apalagi kalau diremas pacar, kan tenaganya laki-laki itu agak kuat ..."

"Bora!" Aquinsha melempar Bora menggunakan hair clip pada Bora yang tertawa. Rani ikut tertawa, sementara Leia melongo.

"Kenapa sih Nona? Kok kayak tersinggung gitu? Merasa kesindir, ya?" goda Bora membuat Leia dan Rani menatap Aquinsha yang melotot.

"Kamu jalan kaki!" Ancam Aquinsha, lalu meminta Leia menyemprot parfum padanya.

Bora cemberut. Rani menenangkan wanita itu. "Suruh aja Junior antar kamu." Lebih tepatnya menggoda. Kini Aquinsha tertawa, menertawakan Bora yang menggerutu karena digoda Rani dan Leia.

"Hati-hati lho, benci bisa jadi cinta."

"Apaan? Hih! Jangan sampai! Ogah gue sampai temennya si opet!"

"Kalau lo masih ngomel, gue tinggalin lo!" Segera Bora mengekor ke arah Aquinsha tidak lupa membawakan tas wanita itu.

"Seharusnya aku berduaan aja ama Radi," ujar Aquinsha sesaat Rani dan Leia pamit keluar dari lift. Kini tersisa Aquinsha dan Bora di dalam lift tersebut yang menuju ke basement khusus VVIP, tempat mobil Aquinsha terparkir.

"Jangan sering-sering berduaan dengan Bang Radi," ujar Bora kesal karena Aquinsha kerap kali memamerkan kemesraannya dengan Radi. Membuat ia semakin mengenaskan karena tak memiliki kekasih.

"Biar kamu cepat dapat keponakan."

"Gue aduin ke orang tua lu, baru tau rasa!"

Aquinsha tertawa mendengar omelan Bora. Sepertinya wanita itu tak bisa menahan kedongkolannya.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang