Kaki yang menapak anak tangga yang terbuat dari kayu tersebut terdengar begitu keras karena si pemilik kaki berlari menuruni tangga.
"Rajash jangan lari-lari, nanti kamu jatuh!" Teguran tersebut membuat Rajash segera berhenti berlari dan jalan cepat hingga tiba di meja makan. Matanya berbinat menatap kue yang dihias sederhana. Melihat adiknya, Rajani yang ingin mencolek krim karena Ibu sedang membalakangi posisinya. Segera ia menangkap tangan mungil adiknya. Rajani mendongak dan merengut kesal.
"Mas Rajash," rengeknya.
"Dek, jangan colek krim kuenya. Itu kuenya Mas lho," ujar Rajash dengan tawa pelan, mengacak rambut pendek Rajani.
"Ayo cepat tiup lilin! Jani mau makan kue!" seru Rajani tak sabar.
"Tunggu sebentar. Ayah pergi beli lilin," sahut Kartika seraya menaruh nasi tumpeng di atas meja makan berukuran sedang tersebut.
"Ibu, Ibu, nanti kalau Jani ulang tahun, mau kue yang besar!" Rajani menggerakkan dua tangannya ke udara, menggambarkan kue berukuran besar keinginannya. "Mau nasi tumpeng yang besar juga!"
Kartika tertawa pelan, mengusap lembut kepala Rajani
"Ayah pulang!"
Rajani segera menghambur ke arah sang Ayah bahkan minta digendong.
Ragah tertawa pelan, segera menggendong putrinya.
Rajash mengambil kantongan yang dibawa sang ayah dan mengeluarkan isinya. Ada lilin angka satu dan dua. Ada juga topi kerucut ulang tahun.
Kartika menusukkan lilin tersebut ke kue, lalu membakar sumbunya sehingga lilin itu menyala.
Bukan Rajani yang ulang tahun, tapi gadis kecil itu sangat semangat membantu Rajas meniup lilin. Mereka bertepuk tangan. Rajash memotong kue dan memberikannya pada sang adik lebih dulu. Yang membuat Rajani tersenyum lebar.
"Hadiahnya nanti menyusul, ya?" ujar Ragah pada Rajash, tersenyum hangat pada putranya itu.
"Memangnya Ayah mau ngasih hadiah apa?" tanya Rajash penasaran. Anak yang berusia dua belas tahun itu telah mengerti jika ekonomi keluarganya yang pas-pasan sehingga ia tak meminta hadiah. Cukup seperti ini. Merayakan ulang tahunnya dengan kue berukuran kecil buatan sang ibu. Pun adanya kue tumpeng yang juga berukuran kecil. Rajash bersyukur.
Anak itu sejak kecil diajari oleh orang tuanya dan sang nenek untuk diajari untuk selalu mensyukuri apapun yang dimiliki saat ini.
"Gak boleh kasih tau dulu, nanti gak jadi kejutan," sahut Kartika.
Mereka pun makan bersama diiringi obrolan hangat. Rajash bahagia dengan suasana saat ini meski ada kesedihan karena tahun ini tak ada lagi sang nenek yang ikut merayakan ulang tahunnya.
"Ayah, kita ke makam Nenek, ya?" ujar Rajash pada Ragah.
"Mau ikut!" seru Rajani yang langsung digelengi Kartika.
"Nanti sore Jani mau cabut gigi. Lain kali aja, ya?"
Rajani mengangguk patuh.
"Adek gak takut giginya dicabut?" tanya Ragah.
"Enggak. Adek berani! Gak kayak Mas. Mas Rajash penakut!"
Rajash hanya merengut sebal, sementara orang tuanya tertawa pelan.
Karena daerah rumah mereka jarang ada kendaraan umum yang lewat membuat mereka berempat berjalan kaki menuju ke arah jalan raya. Keempatnya bergandengan tangan diiringi obrolan hangat. Setelah tiba di ujung jalan, mereka pun menggunakan angkutan umum. Rajash dan Ragah lebih dulu turun di depan TPA, sementara Kartika dan Rajani tetap berada di dalam mobil angkutan karena mereka akan ke puskesmas setempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Cinta
ChickLitHarta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak berwujud. Tahta merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Cinta merupakan suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaa...