Part 15 - Butuh Dikompres

20K 1.9K 49
                                    

Aquinsha begitu terkejut karena Jasver datang menemuinya di tempat pembangunan toko kue dan rotinya tersebut. Matanya melotot seakan menyiratkan pertanyaan, 'What the fuck are you doing here?!'. Tapi setelah sadar jika ia menggunakan kacamata hitam, segera ia melepas kacamatanya agar Jasver melihatnya.

Namun, Jasver tetaplah Jasver. Pria itu tetap melangkah mendekat ke arahnya. Segera ia menatap Radi yang senantiasa berdiri di sebelah. Radi juga menyadari kehadiran Jasver.

Aquinsha tak ingin lagi Daddy marah ataupun menarik kepercayaan darinya. Mengira dirinya kembali berhubungan dengan Jasver.

Sebelum Jasver berhadapan dengan Aquinsha, Radi kini berdiri di hadapannya. Pandangan Jasver menghunuskan tatapan tajam. "Minggir!" desisnya tajam. Radi tak bergeming. Jadi Jasver mendorong pria itu.

"Mas!" Tegur Aquinsha tajam. Radi sama sekali tak bergerak dari tempatnya meski Jasver mendorongnya, tapi tetap saja Aquinsha tak ingin ada perkelahian di tempat umum seperti ini. Apalagi saat ini beberapa pasang mata tertuju ke arahnya. Ia memasang kacamatanya lagi. Kemudian memberi isyarat pada Jasver agar mengikutinya. Tidak lupa melepas safety helmet dari kepalanya, menyerahkan pada karyawan, begitupun dengan Jasver.

Mereka berada di area parkiran, tepatnya di bawah pohon yang rindang.

"Ada apa lagi?" tanya Aquinsha malas.

Jasver tak langsung bicara, ia mengendikkan kepala ke arah belakang Aquinsha.

Aquinsha pun menoleh dan melihat Radi, lalu kembali menatap Jasvet. "Ngomong aja."

"Suruh dia pergi," ujar Jasver dingin.

Aquinsha menghela nafas pelan. "Mas, aku gak mau Daddy-ku marah lagi dan Radi kehilangan pekerjaannya. Ngomong aja. Apa tujuan kamu datang ke sini?!" ujar Aquinsha penuh penekanan.

"Rumor perjodohan kamu dengan Ankaa, apa benar?"

Tatapan Aquinsha semakin malas. "Benar atau enggaknya, itu bukan urusan kamu, Mas."

"Sha!"

"Stop!" sela Aquinsha sebelum Jasver melanjutkan. "Lebih baik kamu fokus ke istri dan calon anakmu." 

Jasver menghembuskan nafas frustasi. Membuang pandangannya seraya menyugar rambutnya ke belakang. Lalu kembali menatap Aquinsha dengan tajam. "Setelah perasaanku begitu dalam ke kamu, kamu melakukan ini, Sha?!"

"Aku gak pernah memaksa Mas menyukai aku. Jadi apa salahku?" ujarnya kejam.

Ingatannya berkelana beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia berusia delapan belas tahun, untuk mengalihkan perasaannya dari seseorang yang ia rasa tak benar, membuatnya meladeni sikap Jasver yang memperlakukannya lebih dari seorang sepupu. Hingga mereka menjalin hubungan secara diam-diam, tapi Radi mengetahuinya. Pria itu pun melapor pada Daddy yang membuat Daddy marah besar bahkan memberi bogeman pada Jasver.

"Kamu gak waras?!" Aquinsha sangat terkejut melihat Daddy yang marah, ia membeku di tempatnya. Hanya bisa diam menatap Jasver yang tersungkur di lantai. "Bangun kamu!" Jasver bergeming, mengusap pipinya yang mulai memar. "Bangun!" Suara Daddy menggelegar seraya menarik Jasver berdiri, Aquinsha memekik, hendak mendekat tapi Daddy melemparkan tatapan tajam padanya membuatnya tak bergerak. Daddy kembali pada Jasver dan memukul pria itu hingga babak belur. Aquinsha mulai menangis. Kalau saja Om Hansa tak datang, mungkin Daddy tak akan berhenti memukul Jasver.

"Lepasin gue!" Ganesh mendorong Hansa yang menariknya. Hansa melawan, menahan Ganesh agar tak mendekati putranya yang meringkuk di lantai, meringis pelan. "Anak lo gak waras, sialan!" Teriak Ganesh penuh amarah, berhasil mendorong Hansa.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang