Nafas keduanya sama-sama memburu. Tangan Aquinsha menangkup wajah Radi yang berada di atasnya, berusaha menenangkan dan meyakinkan pria itu. "It's okay, it's okay." Mengulang beberapa kali kalimat tersebut. Mengusap bibir bawah Radi yang terlihat gelisah. "Hei, it's okay." Aquinsha menarik kepala Radi hingga badan mereka semakin menempel. Kepala Radi kini berada di ceruk lehernya. Dapat merasakan nafas hangat Radi yang menerpa kulit lehernya.
Aquinsha mengusap lembut kepala Radi, mendekap pria itu. Berbisik lirih, masih menenangkan. Mereka bergantian saling menenangkan, beberapa saat yang lalu Radi yang menenangkannya karena merasakan perih saat pertama kali sesuatu memasuki dirinya. Karena ia yang merengek menahan tangis membuat Radi pun ingin menghentikan. Tapi Aquinsha tau jika pria itu merasa gelisah jika mereka tak lanjut, karena ia pun juga merasa gelisah untuk menuntaskan sesuatu yang sangat menyenangkan meski awalnya membuatnya merasa sakit.
Rintihan pelan, sakit dan nikmat yang mulai ia rasakan saat ini. Mencengkeram punggung Radi. Matanya memejam, menikmati setiap hentakkan di bawah sana.
Kemudian Radi bergerak cepat yang membuat Aquinsha tak dapat lagi menahan suaranya yang seakan ingin mengalahkan suara hujan yang deras begitupun suara guntur yang menggelegar.
Apalagi saat Radi menghentak keras, tanpa sadar Aquinsha berteriak, memeluk erat pundak Radi. Pun Radi yang mengerang keras.
Keduanya terdiam, mengatur nafas masing-masing. Radi yang tadinya menelusupkan wajahnya di ceruk leher Aquinsha, menegakkan kepalanya. Tatapannya bertemu dengan Aquinsha.
Tangan Aquinsha beralih untuk mengusap wajah Radi yang berkeringat. Senyumnya merekah.
Aquinsha segera menutup wajahnya menggunakan selimut saat mengingat kejadian semalam. Badannya merinding dan perutnya terasa sangat geli. Senyumnya merekah terus-menerus. Untung saja saat ia membuka mata beberapa saat yang lalu, tak ada Radi di sebelahnya.
Rasanya berdebar setiap kali mengingat hal tersebut. Bahkan setiap detik dari kejadian semalam, Aquinsha mengingatnya.
Pintu kamar terbuka membuatnya mengalihkan pandangan ke arah sana. Wajahnya merona, ia tersipu melihat Radi yang melangkah mendekat membuat dadanya mulai berdebat tak karuan. Tangannya menarik ke atas selimut hingga menutupi ke hidungnya. Mengalihkan pandangan ke arah lain, ia mulai salah tingkah.
Kenapa Radi masuk saat ia belum bisa menenangkan dirinya?!
"Gimana?"
"Gi-gimana apa?" Aquinsha melotot menatap Radi yang bertanya tak jelas. Radi tak membalas, tapi tatapan pria itu turun ke arah bagian bawah badannya, lebih tepatnya ke area sensitifnya yang membuatnya memekik tertahan seraya meraih bantal dan menaruhnya di atas perutnya hingga menutupi area tersebut. Padahal ia telah menggunakan selimut.
Pria itu malah mendengus geli yang membuatnya seketika kesal. "Sakit tau!" serunya ketus seraya melempar Radi menggunakan bantal.
"Sakit ya? Sakit banget?" Ekspresi Radi langsung berubah. Aquinsha meringis. Lalu menggeleng. Beringsut duduk dan menahan tepi selimut yang membungkus badannya.
"Enggak terlalu kok. Aman Sayang," Aquinsha tersenyum geli melihat telinga Radi yang memerah. "Sini deh." Satu tangannya terulur, sedangkan tangan lainnya masih memegang tepi selimut di depan dadanya. Radi beringsut mendekat dan ia pun memeluk pria itu.
"Last night was an amazing night. Thank you for giving me such a great experience. I really liked it," bisik Aquinsha tepat di telinga Radi. Tangannya mengusap belakang kepala pria itu. Hanya mendengar deheman singkat Radi, pun merasakan jika badan pria itu kaku yang membuatnya menahan diri agar tak tertawa. Ternyata Radi sama dengannya. Hanya saja pria itu mampu menutupi kegugupannya dengan raut tanpa ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Cinta
ChickLitHarta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak berwujud. Tahta merupakan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Cinta merupakan suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaa...