Part 46 - Hari-Hari Berlalu ....

24.9K 1.7K 82
                                    

"Saya akan memberitahu kamu, tapi ada syaratnya!" Ganesha Janitra membuat penawaran.

"Apa syaratnya?" sahut Radi dingin.

"Menjauh dari anak saya ..."

Ganesh menyeringai menatap Radi yang terhenyak.

Kedua tangan Radi terkepal kuat. Dadanya berdentum cemas, takut dan juga marah.

"Bagaimana?" Ganesh kembali bersuara.

Radi menelan ludahnya secara kasar. Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Tidak bisa memilih.

"Sa-saya gak bisa memilih." Radi berusaha menenangkan dirinya agar berhenti gundah. "Saya memang sangat ingin mengetahui dalangnya, tapi saya juga gak bisa menjauh putri Anda, Tuan. Saya mencintai dia!" ujar Radi tegas.

"Sebagai laki-laki seharusnya kamu bisa menentukan pilihan, Radi. Kamu harus berani berkorban!" Ganesh menyulut sepercik api yang membuat tatapan Radi semakin dingin, tapi dada yang berdebar tak karuan.

Pria itu menunduk sejenak. Memejamkan matanya. Berpikir keras apa yang harus ia pilih dan apa yang harus ia korbankan.

Kemudian menegakkan kepalanya dan kembali menatap lurus Ganesha Janitra. "Saya gak bisa menjauhi Aquinsha!"

Ganesh tersenyum dingin menatap Radi. Lalu berdecak pelan seraya membuang pandangannya sejenak. "Kamu membuang kesempatan berharga ..."

"Memang. Tapi Aquinsha jauh lebih berharga. Kalau pun Tuan gak mau memberitahu saya tentang dalang kejadian yang menimpa saya beberapa tahun yang lalu, saya bisa mencari tau sendiri!" sela Radi tegas. Kepalan tangannya semakin kuat. Menenangkan dirinya yang saat ini diliputi gundah.

Radi sangat ingin tau, bahkan ingin tau di mana sebenarnya jasad ibu dan adiknya. Pun ingin tau apakah ayahnya masih hidup. Tapi ia lebih memilih Aquinsha, karena menurutnya hal tersebut bisa ia cari sendiri. Meski sampai saat ini ia belum menemukan petunjuk apapun.

Radi sangat mencintai Aquinsha. Pun tau sikap Ganesha Janitra. Sekalinya berkata A, maka pria itu tak akan pernah mengubah perkataannya. Jika ia memilih menjauh dari Aquinsha, sudah pasti ia tidak akan pernah melihat Aquinsha. Membayangkannya saja Radi tak sanggup.

Ganesh diam beberapa saat, tatapannya tak putus dari Radi kemudian manggut-manggut seraya membuang pandangannya untuk mengambil sesuatu di dalam laci. "Ya, setidaknya saya gak perlu bersusah payah mendekatkan kalian," gumam pria itu pelan. Kening Radi mengernyit mendengarnya.

Kemudian Ganesh menaruh map cokelat yang ia ambil tadi di atas meja. Kembali mengangkat pandangannya untuk melihat Radi. "Tapi setelah melihat ini, sepertinya kamu akan menjauhi anak saya." Ganesh mendorong map tersebut. "Ini semua demi kebaikan Aquinsha. Saya sangat menyayangi anak saya dan gak mau dia terluka, walau sedikit pun. Baik itu luka fisik maupun psikis." Ganesh mengendikkan kepala agar Radi mengambil map tersebut.

Dengan ragu Radi mendekat dan mengambil map tersebut. Kemudian membuka isinya. Keningnya mengernyit saat melihat sebuah foto seseorang di dalam sana. Ia kembali menatap Ganesh.

"Kalian sudah bertemu. Dan dia tau kalau kamu bekerja dengan saya. Saya gak mau mengambil resiko besar. Seperti kata saya sebelumnya. Ini semua demi kebaikan Aquinsha. Maka menjauhlah dari putri saya!"

Lidah Radi tiba-tiba keluh, suaranya tercekat. "Ka-kalau Tuan dari awal mau memisahkan saya dengan Aquinsha, seharusnya Tuan gak memberikan pilihan!" Karena saat ini ia memegang foto yang merupakan dalang dari masa lalunya, meski Ganesh belum menjelaskannya, tapi Radi sudah menduga. Karena sedari tadi mereka bicara tentang dalang masa lalunya dan juga Ganesh yang berusaha membuatnya menjauh dari Aquinsha.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang