Part 58 - The Day

23.1K 1.8K 141
                                    

Aquinsha membuka matanya pelan, hal yang pertama ia lihat adalah langit-langit tempatnya berada. Melenguh pelan, ia menggeliat seraya memegang kepalanya yang terasa berat karena pusing.

Mengerang pelan, ia berusaha untuk duduk dan mulai mengamati sekitar.

Ia berada di sebuah kamar asing.

Seketika ingatan seakan menghantamnya membuatnya tersentak.

Sebelum kehilangan kesadaran, ia buru-buru kembali ke mobil usai dari toilet. Merasakan ada yang mengikutinya membuatnya ingin melihat ke belakang, tapi mulutnya dibekap.

Aquinsha mengerang pelan lagi karena kepalanya pusing. Pastinya efek karena obat bius yang membuatnya tak sadarkan diri.

Berusaha keras mengendalikan diri, ia menyibak selimut. Memeriksa keadaannya yang kini pakaiannya berganti menjadi dress polos berwarna putih. Melihat pakaian dalamnya juga berganti.

Siapa orang cabul yang berani menculiknya?!

Amarah menguasai Aquinsha. Segera turun dari ranjang dan memeriksa pintu balkon yang terkunci. Melihat ke luar ternyata hari sudah gelap. Segera ia memeriksa semua pintu yang ada di kamar tersebut.

Pintu pertama, kamar mandi. Segera ia beralih ke pintu keduanya yang ternyata pintu wardrobe room. Kemudian ke pintu ketiga yang ternyata connecting door, menghubungkan dengan kamar lain. Kamar yang masih kosong karena tidak adanya furniture di dalamnya, sangat berbeda dengan yang ia tempati. Yakin jika kamar ini adalah kamar utama karena sangat luas.

Menggeram pelan, ia meremas gagang pintu, kemudian menoleh ke arah pintu terakhir yang ia yakini pintu kamar tersebut. Segera ke sana dan membukanya.

Ia pikir terkunci, tapi ternyata tidak.

Dengan pelan ia membuka pintu tersebut. Mengintip dari dalam. Melihat sekitar. Sepi. Sangat sepi. Bahkan pencahayaan di luar hanya berasal dari lampu setiap sudut ruangan yang pencahayaannya kuning.

Aquinsha meneguk ludahnya kasar. Dadanya berdebar cemas, sekaligus takut.

Kembali menutup pintu dan berpikir.

Mengingat jika di kamar mandi tadi ia melihat kotak P3K tergantung sehingga ia ke sana. Membuka kotak tersbeut dan mengambil gunting yang tersedia.

Akan menggunakan gunting tersebut sebagai senjatanya.

Ia pun memutuskan keluar. Mengendap-endap, mengikuti cahaya lampu yang menyala hingga ia menemukan sebuah lift. Terlalu berisiko jika menggunakan lift. Membuatnya memilih menggunakan tangga.

Keadaan di sana sangat senyap. Benar-benar sunyi, tapi kewaspaannya sangat meningkat. Meski situasi tenang bukan berarti aman.

Tiba di lantai bawah, ia mengamati sekitar. Rumah tersebut sangat besar dan luas, pun telah lengkap dengan beberapa furniture di dalamnya. Rumah bergaya american classic.

Aquinsha mengernyitkan dahinya. Sangat aneh.

Ia diculik dan bukannya dikurung di sebuah bangunan terbengkalai atau ruang bawah tanah, ia malah dibawa ke sebuah rumah mewah?

Langkahnya mendekat ke area meja makan karena ada aroma lezat dari sana. Terpaku pada hidangan di atas meja yang ditata rapi. Mulai dari menu utama hingga penutup semuanya adalah favoritnya.

Karena terlalu tergiur dengan makanan di hadapannya dan pencahayaan di sekitar remang membuatnya terlambat menyadari jika ada seseorang yang mendekat dari arah belakang.

Buru-buru, memutar badan dan siap mengacungkan gunting kepada orang tersebut.

Pergelangan tangannya ditahan, ujung gunting tersebut mengarah pada mata sosok yang berdiri di hadapannya, sangat dekat. Mungkin jika pergelangan tangannya tak dipegang, ujung gunting tersebut terancap di mata pria itu.

Harta, Tahta, CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang