Malam ini sesuai dengan janji Maudi pada teman-temannya di grup shareinjar, akhirnya Maudi memutuskan untuk kembali nongkrong bersama mereka. Setelah satu bulan ini Maudi menghilang dari grup, Maudi rasa saat ini adalah waktu yang tepat untuknya kembali pada dirinya yang dulu. Pertanyaan dari mereka pasti ada, dan itu memang lah kenyataan yang harus Maudi hadapi. Jadi mau sampai kapan dirinya lari dari kenyataan? Lebih baik Maudi menjelaskan semuanya sekarang dari pada Maudi terlalu lama menyimpan semuanya sendiri. Lagi pula semakin cepat Maudi menyelesaikan semua permasalahan yang ada di hidupnya, maka akan semakin cepat pula dirinya untuk move on. Walaupun pikiran dan hatinya masih sering kali mengingat Zian, tetapi memulai hal-hal kecil untuk ketenangan jiwanya, adalah satu langkah awal untuk move on.
Derrt Derrt
Selepas magrib Maudi memilih untuk membuka ponselnya. Nampak ponselnya mulai ramai dengan notifikasi, dapat dirinya pastikan notifikasi tersebut pasti dari grup shareinjar. Sambil bersiap-siap Maudi pun membuka ponselnya, dan melihat satu persatu notifikasi yang masuk. Namun alangkah terkejutnya, saat matanya menangkap notifikasi dari Zian ada di sana. Mau apa lagi orang itu? Dengan sedikit tidak sabar akhirnya Maudi membuka chat dari Zian terlebih dahulu.
Mas Zian
Hai, kabar kamu gimana di sana Maudi?
Hari ini aku liat kamu udah muncul lagi di grup, makasih sudah muncul karena setidaknya aku tau kalau kamu gak benar-benar menghilang dari hidup aku.
Oh iya Maudi, aku belum ngejelasin apapun sama mereka, jadi kalau mereka tanya tentang kita, tolong jawab aja sesuai apa yang kamu tau, salam untuk semuanya.
Sekali lagi aku minta maaf ya, karena lagi-lagi aku harus membebankan semuanya sama kamu. Semoga kamu selalu bahagia Maudi.Maudi tau hari-harinya sudah jauh lebih baik sekarang, tetapi Maudi ternyata masih saja cengeng jika menyangkut hal-hal berbau Zian. Sudah bagus seminggu ini orang itu tidak mengirim pesan apapun pada Maudi, hari ini Zian malah muncul kembali dan merusak moodnya yang sudah coba Maudi bangun seminggu ini. Maudi tidak membenci Zian. Maudi seperti ini justru karena dirinya terlalu mencintai Zian, bagaimana bisa Maudi melupakan Zian, sedangkan pikirannya selalu mengingat bahwa dirinya dan Zian masih saling mencintai.
Jujur saja walaupun saat ini Maudi sudah bisa menerima bahwa meraka sudah tidak bisa berada dalam satu garis takdir yang sama, tetapi jauh di lubuk hatinya, Maudi memiliki angan yang tinggi untuk kembali terus bersama dengan Zian. Tawaran Zian untuk kembali membujuk orang tua pria itu terus terngiang di kepalanya. Tetapi sisi nurani Maudi juga terus berteriak bahwa itu adalah tindakan yang sangat egois. Dan lagi-lagi logikanya masih saja berkata bahwa untuk bisa saling bersama dalam pernikahan, landasan cinta saja sangat tidak cukup.
Derrrrrrt Derrrrrt Derrrrt
Getaran pada ponselnya akhirnya menyadarkan Maudi dari berbagai pikirannya tentang Zian. Saat ini Maudi merasakan pipinya sedikit basah. Ah sial! Masih saja selalu seperti ini jika pikirannya melayang tentang akhir hubungannya dengan Zian. Dengan buru-buru Maudi menghapus air matanya, dan segera mengangkat telpon dari Andi.
"Hallo Mau, Ini lo jadi kan ikut nongkrong?" tanya Andi di sebrang sana.
"Jadi ayo, maaf dari tadi gue belum buka grup, soalnya lagi siap-siap," jawab Maudi dengan sedikit berbohong.
"Oalah, gue kira lo gak jadi ikut, mau gue jemput sekarang? Atau lo masih butuh waktu buat siap-siap?" tanya Andi lagi dengan suara lembutnya.
Andai saja jika Tuhan membalikan hati Maudi untuk bisa menyukai Andi, maka akan dengan senang hati Maudi mencurahkan semua kasih sayangnya pada Andi. Siapa sih wanita yang tidak bisa jatuh cinta pada Andi? Pintar, keren, tampan, populer, ramah dan sopan. He is really gentleman. Tapi sayangnya Maudi menjadi golongan wanita yang tidak bisa menyukai Andi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...