Siang ini Maudi pergi ke kampus seperti biasa untuk melakukan bimbingan dengan salah satu dosennya. Kali ini Maudi pergi ke kampus sendirian, tanpa ditemani Andi seperti biasa. Sahabatnya itu masih belum kembali ke Jogja. Sudah hampir tiga minggu ini Maudi tidak saling bertukar kabar dengan Andi. Pria itu bagai menghilang ditelan bumi sejak pulang kampung ke Bekasi.
Kurang lebih sudah tiga jam Maudi menunggu dosennya tersebut. Sudah sejak kemarin Maudi menghubungi dosennya itu melalui whatsapp, tetapi belum juga di balas. Makanya Maudi memilih menunggu dosen tersebut di depan ruang dosen. Di sana banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang lain, yang sedang menunggu dosen pembimbing mereka. Saking berambisinya Maudi di hari ini, Maudi bahkan rela bangun pagi dan melewatkan sarapannya, hanya demi dapat mencegat dosennya itu, untuk sekedar bertanya perkembangan skripsinya yang sedang beliau periksa.
Demi membunuh rasa bosannya, Maudi membuka laptopnya untuk menulis beberapa cerita. Selain menjadi penulis puisi di salah satu platform terkenal di instagram, Maudi juga merupakan penulis ala-ala, di salah satu aplikasi novel online yang cukup terkenal.
Maudi bukan author yang terkenal. Bisa di bilang Maudi masih merintis menjadi penulis. Dia baru menyelesaikan satu novel saja di sana, jadi belum banyak orang yang membaca karyanya. Dalam menulis novel, tentu saja Maudi menggunakan nama penanya. Maudi tidak berani jika dirinya mengungkap identitas aslinya. Apalagi cerita yang saat ini dia tulis adalah tentang ceritanya dan Zian. Maudi takut jika dia menggunakan nama aslinya, orang-orang terdekatnya akan mengenali bahwa itu adalah Maudi.
Sesekali Maudi melihat ke arah pintu ruang dosen untuk memastikan apakah Pak Rahmat masuk ke ruangannya atau tidak, sesekali juga Maudi melihat kearah laptopnya. Saat ini imajinasinya sedang asik bermain dalam rangkaian kata-kata yang terus ditulis oleh di sana. Maudi bahkan sedikit tidak menyadari keadaan di sekitarnya yang saat ini sudah mulai sepi. Istirahat makan siang sudah berlalu lima menit yang lalu, tetapi Pak Rahmat dosen yang sejak pagi Maudi tunggu, masih belum terlihat batang hidungnya. Jika sudah di atas jam istirahat makan siang beliau tidak terlihat, biasanya beliau memang tidak sedang berada di kampus. Maka lebih baik Maudi pulang, lagi pula perutnya ternyata sudah lapar minta di isi.
"Maudi!" panggil seseorang dari arah belakang Maudi. Maudi yang mendengar namanya dipanggil pun membalikan badannya untuk melihat alas suara tersebut.
"Eh Bintang," jawab Maudi sambil lanjut membereskan barang-barangnya.
"Abis bimbingan?" tanya Bintang sambil menunjuk barang-barang yang berada di tangan Maudi dengan dagunya.
"Oh iya, niatnya bimbingan tapi Pak Rahmat gak muncul-muncul, bisanya kalau lewat jam segini ga ada juga, ya beliau ga ada di kampus," jelas Maudi.
"Loh, gak di WA dulu?" tanya Bintang lagi.
"Udah, tapi dari kemarin WA gue dikacangin, sedih banget," jawab Maudi.
"Lo abis bimbingan?" tanya Maudi yang kini sudah menghadap sepenuhnya kearah Bintang.
"Ini gue abis revisian proposal, perlu tanda tangan buat surat penelitian," jawab Bintang, dan hanya di balas gumaman singkat dari Maudi.
"Terus sekarang mau balik?" tanya Bintang lagi.
"Engga mau makan gue laper belum makan dari pagi," jawab Maudi sambil mengusap perutnya.
"Ya udah ayo bareng. Bakmie yang di kantin udah buka lagi. Makan di sana yuk, gue yang traktir. Kemarin pas lo ajarin gue tentang SPSS, gue kan janji mau traktir lo kapan-kapan," ucap Bintang.
Sambil menimbang-nimbang, akhirnya Maudi mengangguk setuju. Saat ini mereka pun akhirnya melangkahkan kakinya menuju kantin fakultas ekonomi.
Setibanya di kantin, mereka pun memesan makan yang mereka inginkan. Maudi yang memang pecinta mie akhirnya mengikuti Bintang, dan memesan bakmie yang baru saja reopening di kantin fakultas mereka. Kata orang-orang di Twitter. Jadi Maudi cukup penasaran dengan rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...