Sejak jumat malam, saat mereka terkahir kali saling berkomunikasi, entah mengapa Fawaz menghilang, dan tidak memberikan kabar apapun pada Maudi. Artinya sudah tiga hari Maudi tidak mendapatkan kabar dari Fawaz, pria itu tiga hari ini menghilang tidak pernah menghubungi Maudi sama sekali. Bahkan chat yang Maudi tanyakan terakhir kali di hari sabtu, masih belum di baca oleh Fawaz.
Jujur Maudi tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini, rasanya seperti ada yang kurang selama tiga hari ini, perasan resah dan kecewa terus menghantui Maudi. Walaupun sebenarnya Maudi juga tidak memiliki hak apapun untuk merasa kecewa pada Fawaz, toh selama ini Maudi dan Fawaz tidak memilik hubungan apapun.
Hubungan mereka selama ini tidak memiliki judul sama sekali. Jadi saat Fawaz tidak membalas pesannya, Maudi tentu saja tidak akan menghubungi lagi pria itu. Maudi cukup sadar diri, bahwa dia tidak memiliki hak apapun untuk mengetahui kabar Fawaz. Jadi ya sudah, yang bisa Maudi lakukan hanyalah pasrah, dan mecoba menghiraukan semua perasaannya, yang mulai dia rasakan untuk Fawaz.
Ya, dirinya harus pasrah, kalaupun hubungannya dan Fawaz harus berakhir saat ini juga. Lagi pula hubungan apa? Sejak awal mereka tidak pernah memiliki hubungan apapun, pikir Maudi.
Senin siang ini harusnya Maudi sedang menghadiri perayaan wisuda sahabatnya, Daus. Namun saat ini, Maudi malah memilih untuk pulang ke Bandung. Sejak pagi, grup shareinjar sangat ramai dengan ucapan selamat wisuda. Tidak jarang beberapa dari temannya juga men-tag nama Maudi, dan menanyakan keberadaan Maudi. Namun untungnya, sejak malam sebelumnya, Maudi sudah meminta izin untuk tidak bisa hadir dalam perayaan wisuda Daus.
"Kenapa Teh ngelamun gitu? Lagi mikirin apa sih?" tanya Yurika, yang berhasil membuyarkan lamunan Maudi. Sejak tadi Maudi berada di depan tv, tetapi matanya tidak menonton acara tv sama sekali.
"Engga kok, lagi mikir aja, enaknya masak apa lagi ya," jawab Maudi bohong, sambil memainkan kukunya.
Sebenarnya Maudi selalu merasa berdosa pada kedua orangtuanya. Karena jika bersangkutan tentang hal asmara, Maudi sering kali berbohong dan menutupnya rapat-rapat.
"Udah atuh, dari kemarin kamu teh masak wae, bahan-bahan di dapur jadi cepet abis, mana ibu belum belanja lagi, males," ucap sang ibu.
Memang sejak Maudi ada di rumah, gadis itu tidak pernah melewatkan sehari pun tanpa memasak. Bagi Maudi memasak merupakan salah satu stress release yang dapat Maudi lakukan di rumah. Apalagi ketika melihat orang-orang di sekitarnya menyukai, dan mengapresiasi makanan yang Maudi buat dengan baik. Semua itu selalu berhasil membuat mood Maudi bertambah baik, dan membuatnya bahagia.
"Hari ini gak akan masak kok. Hari ini mau ke rumah Indri nanti sore, mau kulineran, sama mau kasih dia lava cake, sama vanila milk puding yang kemarin," jawab Maudi sambil melirik ke arah ponselnya, untuk melihat notifikasi, yang masih saja diramaikan oleh grup shareinjar.
Sebenarnya saat ini, Maudi sangat mengharapkan, notifikasi dari seseorang yang sejak tiga hari ini menghilang bak di telan bumi. Namun nihil, sampai detik ini, orang itu tidak pernah menghubungi Maudi lagi. Mungkin kah dirinya saat ini sedang di goshting? Pikir Maudi.
Dengan langkah gontai, Maudi berjalan ke arah kamarnya. Moodnya hari ini benar-benar hancur. Rasanya Maudi ingin langsung bertemu dengan Indri. Setidaknya mengobrol dengan sahabatnya itu, akan mendistraksi Maudi dari berbagai pikiran negatif tentang Fawaz, yang terus menghantui Maudi sejak tadi.
Setelah merebahkan tubuhnya di kasur, Maudi pun membuka tabnya untuk memposting puisi yang sudah dia tulis di romansa diksi.
Seperti bayangan di balik kabut
Hitam bercampur abu
Samar yang memuat ragu
Antara satu dengan satu
Akankah menjadi merdu
Baru dalam bersua
Seperti lepas dari ikatan
Lama tak bersua
Terbelenggu dalam jahitan
Tidak pernah ada yang menelisik
Untuk berjalan lebih menepi
Membekas seperti lirik
Maka salahkan aku permimpi
Hanya kata
Atau nyata?
Pengganti cermin yang pernah hilang
Tapi masih jauh dari pandangan
Bisakah aku berpaling
Dari cermin yang lepas dari genggaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
Roman d'amourBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...