Setelah Fawaz pergi, kini Maudi harus membereskan urusannya dengan Yuni. Teman kos dan saudaranya ini, kini sedang bersidekap sambil terus menatap Maudi. Maudi yang biasanya tidak pernah merasa terintimidasi dengan tatapan Yuni, kali ini entah kenapa merasa tatapan Yuni seolah-olah mengulitinya. Bahkan Yuni sampai mengikutinya hingga ke dalam kamar kos Maudi. Maudi sebetulnya bingung, berbohong pun Yuni pasti curiga, jujur pun sama saja dengan bunuh diri. Baik berbohong ataupun jujur berita ini pasti akan sampai di telinga kedua orang tuanya.
"Tadi lo jalan sama siapa? Mana tadi dia bilang kenal lo dari luar kampus lagi," ucap Yuni begitu Maudi duduk di kasurnya, sedangkan Yuni masih berdiri sambil bersandar pada meja belajar milik Maudi.
"Temen," jawab Maudi singkat, sambil pura-pura membereskan barangnya.
"Mau, gue tuh gak pernah ngelarang lo buat pacaran ya, gue cuma dapet amat dari Om Ridwan, supaya bisa jagain lo di sini. Lagian ya Mau, mending lo jangan sembunyi-sembunyi dari Om Ridwan, lebih baik lo terbuka tentang apapun sama dia. Lagian, lo paling ribet ditanya-tanya doang, gue yakin Om Ridwan juga bukan orang yang se strick itu. Buktinya kalau lo nongkrong sama teman-teman SMA lo sampe malem, si Om masih izinin dan aman-aman aja," nasihat Yuni panjang lebar.
Sebetulnya saat Maudi masih bersama Zian, dirinya sudah berpikir untuk mulai terbuka dengan kedua orang tuanya, bahwa dirinya memiliki kekasih. Tetapi semua masalahnya dan Zian malah lebih dulu datang, dan membuat Maudi mengurungkan niatnya. Sebetulnya alasan Maudi tidak mau terbuka dengan orang tuanya perihal hubungan asmara, bukan hanya karena ayahnya yang protektif saja. Tetapi karena Maudi merasa malu, jika harus curhat tentang hubungan asmaranya dengan kedua orang tuanya.
"Yun, please! Kali ini lo jangan laporin hal ini sama ayah sama ibu ya? Gue janji kok bakal cerita, cuma nanti kalau udah fix. Gue aja baru kenal sama tuh orang, ya kali udah gue ceritain ke ayah sama ke ibu." Kali ini Maudi memilih untuk memohon saja pada Yuni. Karena mau bagaimana pun Maudi sadar dirinya benar-benar kepepet, tidak ada pilihan lain selain memohon agar Yuni mau berkompromi dengannya perihal ini.
"Iya gue janji, tapi itu orang siapa dulu? Gini-gini gue juga peduli sama lo.;Gue khawatir kalau lo bergaul sama orang-orang yang gak bener Mau, jangan sampai lo cuma di manfaatin doang sama orang jahat. Makannya gue suka kepo masalah pertemanan lo. Masalahnya bokap lo titipin lo ke gue," ucap Yuni. Secara usia memang Yuni lebih tua satu tahun, jadi terkadang Yuni selalu bertingkah selayaknya seorang kakak bagi Maudi.
"Gue lagi deket sama dia, gue kenal dia dari... sosial media, dia Omnya kakak tingkat gue. Lo pernah ketemu kan sama Mas Iqbal? Nah itu, dia Omnya Mas Iqbal." Maudi memberikan jawaban dengan sedikit bumbu kebohongan, agar Yuni tidak tau bahwa dia bermain dating apps.
"LO JALAN SAMA OM-OM?!" ucap yuni yang sudah tidak bisa mengontrol suaranya.
"Shuttt! Jangan teriak! Dia gak setua itu ko Yun, dia 27 tahun. Dia anak bungsu yang gak direncanakan sama orang tuanya," jelas Maudi mencoba menenangkan Yuni yang terlihat masih syok.
"Lo udah tau latar belakangnya? Kok bisa sih kenalan sama lo?" tanya Yuni.
"Dia tinggal di rumah orang tuanya di Sleman, dia anak ke tiga dari tiga bersausdara, bapanya pensiunan perusahaan BUMN gitu, ibunya ibu rumah tangga yang punya kosan deket Univ suasta di Sleman, dia punya lima ponakan salah satunya Mas Iqbal. Dia anak kelahiran 95, dulu dia kuliah di salah satu PTN di Semarang ambil jurusan arsitek, sekarang dia kerja jadi web development di salah satu perusahaan software house di Singapura, tapi sekarang dia kerja sistem remote, dan dia juga kerja dari Semarang. Dia lagi pulang ke Jogja karena nemenin bapaknya yang di tinggal ibunya umroh. Dan aku kenal dia dari sosmed," jelas Maudi tentunya dengan sedikit kebohongan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomansaBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...