"Gak suka? Apa yang gak suka?" Tanya suara Andi yang kini sudah duduk di hadapan Maudi dan juga Shabira.
"Maudi gak suka sama lo," jawab Shabira asal. Shabira memang sangat hobi menjahili Andi. Lihat saja, sekarang wajah Andi nampak cukup shock mendengar apa yang dikatakan Shabira.
"Gue gak suka orang-orang gak jelas macam Pak Rahmat, enak banget dia sampe skripsi gue dianggurin dua minggu lebih loh," jawab Maudi, tentunya dengan berbohong. Maudi tidak mau jika sampai Andi curiga dengan apa yang manjadi bahasan dirinya dan Shabira.
"Serius cuma karena Pak Rahmat? Kok muka lo berdua serius banget?" tanya Andi. Dari nada bicaranya, sangat kentara sekali jika sahabatnya ini, sedang mencurigai Maudi dan juga Shabira.
"Ya lo pikir, skripsi Maudi bukan sesuatu hal yang serius? Wah dia nyepelein skripsi lo Mau!" pancing Shabira yang sukses membuat Andi mengarahkan tatapan tajamnya pada Shabira.
"Bacot lo! lagian kalian ngomong bisik-bisik gitu sih, bikin gue curiga aja," jawab Andi.
"Semakin berberisik, semakin akurat gosip yang di sampaikan, iya gak mau?" jawab Shabira sambil menyenggol pundak Maudi. Maudi yang melihat tingkah kedua sahabatnya ini hanya bisa tertawa.
Dari tempat duduknya Maudi bisa melihat sosok Bintang yang sedang celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong, namun sepertinya semua tempat duduk di sini sudah terisi penuh, karena saat ini memang jam makan siang. Merasa kasihan, akhirnya Maudi pun berinisiatif memanggil Bintang untuk duduk bersama mereka, lagi pula terdapat satu kursi kosong di meja mereka.
"Bintang!" panggil Maudi dengan sedikit berteriak, dan melambaikan tangannya agar pria bernama Bintang itu bisa melihatnya.
Shabira dan juga Andi yang melihat Maudi memanggil nama Bintang, sontak menolehkan kepala mereka untuk mencari orang yang Maudi maksud. Dari kejauhan Bintang yang mendengar namanya dipanggil pun, akhirnya melempar pandangannya kearah Maudi. Dengan cepat Bintang melangkah ke arah Maudi, Andi dan juga Shabira.
"Nyari tempat duduk ya?" tanya Maudi begitu Bintang berada di hadapan mereka.
"Iya , tapi kayanya penuh semua, jadi kayanya gue take away aja," jawab Bintang sambil melirik Andi sekilas.
"Disini aja kali, gabung sama kita, gak apa-apa kan guys?" ucap Maudi, sambil meminta persetujuan kedua sahabatnya yang ada di sana.
"Gak apa-apa dong, lo Bintang yang ketua angkatan anak ilmu ekonomi 18 kan?" tanya Shabira pada Bintang. Walaupun Shabira berbeda jurusan dengan mereka, tetapi Shabira cukup mengenal Bintang. Sebagai ketua angkatan nama Bintang cukup dikenal di kalangan pengurus BEM fakultas seperti Shabira.
"Iya gue Bintang, kalau lo?" tanya Bintang, sambil mengulurkan tangannya untuk menyalami Shabira.
"Shabira, anak manajemen 18," ucap Shabira sambil menyalami tangan Bintang. Lalu setelah itu Bintang pun akhirnya duduk di samping Andi.
"Jadi gimana guys? Minggu depan Mas Daus wisuda, lo mau pada kasih apa?" tanya Andi pada Shabira dan juga Maudi.
Sebenarnya inti pertemuan mereka kali ini adalah untuk membahas mengenai kado untuk Mas Daus, yang akan wisuda minggu depan. Seharusnya teman-temannya yang lain ikut berkumpul bersama mereka, namun teman mereka yang lain sedang memiliki urusan masing-masing.
"Lo sama anak-anak yang lain udah berunding juga belum Ndi?" tanya Maudi pada Andi.
"Udah, anak-anak cowo yang lain mah pada ngikut, katanya keputus ada di tangan yang cewe-cewe, secara yang suka banyak mau kan kalian," jawab Andi cuek, dan hal tersebut tentu saja mendapatkan pelototan dari Shabira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...