Setelah beberapa detik Maudi mencoba meredakan emosinya yang mulai tersulut karena kelakukan uring-uringan Andi, akhirnya Maudi mengikuti keinginan Andi yang mengajaknya pergi ke kantin rumah sakit. Sesampainya di kantin rumah sakit, Andi mengajak Maudi duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
“Mau ngomong apa?!” Kali ini Maudi bertanya dengan nada yang masih ketus, mengingat kelakuan Andi yang cukup menyebalkan.
“Maaf, kemarin gue bikin lo sendirian di rumah sakit, sorry juga tadi gue tarik-tarik lo,” ucap Andi.
“Iya udah, gue maafin. Lo kan biasa uring-uringan kaya gini,” jawab Maudi, sambil memalingkan wajahnya kearah lain. Ucapan Maudi kali ini terdengar seperti sindiran menurut Andi.
“Tapi gue punya alasan ngelakuin itu Maudi,” ucapan Andi, kali ini benar-benar membuat Maudi memusatkan perhatian pada Andi.
“Apa?” tanya Maudi, sambil menatap Andi lekat.
“Lo gak perlu tau sekarang,” jawab Andi, sambil mengalihkan tatapannya dari Maudi.
“Ok, kalau gue gak boleh tau, itu urusan lo. Tapi gue rasa apa yang lo lakukan kemarin itu terlalu egois Ndi. Gue gak tau lo punya masalah apa sama Bintang, sampe beberapa kali lo ketemu Bintang, gue liat bawaannya lo sinis mulu. Ndi, kita sebagai manusia itu dikasih hati, dikasih empati sama Tuhan. Sebenci apapun lo sama Bintang, emang gak bisa ya, kalau lo mengesampingkan ego lo buat nyelamatin nyawa orang?” jawab Maudi panjang lebar.
“Lo gak tau apa yang gue rasain Maudi,” Jawab Andi singkat dengan wajahnya yang sedang menahan emosi.
“Ya kasih tau dong, siapa tau gue ngerti,” jawab Maudi mencoba menantang Andi.
“Lo tuh kenapa sih? Gue ke sini cuma mau minta maaf!” jawab Andi dengan sorot mata tajam, yang kini sepenuhnya menatap Maudi.
“Lo yang kenapa?! Lo tau gak sih, gue ngerasa lo berubah Ndi. Gue ngerasa lo sering banget maksain kehendak lo sama gue, gue ngerasa lo suka banget ngambek-ngambek gak jelas! Gue gak ngerti sama lo,” jawaban Maudi dengan sedikit menyentak. Andi yang dikatakan seperti itu oleh Maudi pun, kini malah menatap Maudi dengan tajam.
“Lo gak usah ngomong kaya gitu, lo kan emang gak pernah ngerti,” jawab Andi dengan suara pelannya.
“Just let me know lah Ndi, biar gue ngerti,” jawab Maudi, masih tidak mau kalah.
“Apa kalau gue ngomong, lo bakal ngerti apa yang gue mau?” Kali ini Andi malah balik bertanya.
“Ya gue gak tau lah, lo mau ngomong apa aja, gue gak tau,” jawab Maudi, dengan wajah yang masih cemberut.
Beberapa saat terjadi keheningan di antara keduanya. Andi seperti sedang berpikir dan masih belum menimpali apa yang Maudi kata kan. Keduanya kini masih berkutat dengan pikiran mereka masing-masing. Namun Maudi yang memang pada dasarnya sangat tidak menyukai suasana akward semacam ini, akhirnya memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya untuk kembali ke kamar rawat inap milik Bintang. Tapi belum sempat Maudi melangkah kan kakinya, Andi lagi-lagi kembali mencekal tangan Maudi, dan membuat gadis itu kembali mendudukkan dirinya dihadapan Andi.
“Oke fine! Gue bakal ngomong, tapi setalah gue ngomong sama lo, gue harap gak ada yang berubah di antara kita.” Kali ini perkataan Andi membuat Maudi hanya bisa terdiam, sambil memperhatikan apa yang akan Andi katakan.
“Fine, apa?” tanya Maudi sambil menghela nafasnya pelan.
“Gue gak tau harus mulai dari mana, tapi gue punya perasaan lebih dari sekedar teman atau sahabat buat lo, gue cinta sama lo Maudi,” ucap Andi, sambil menatap lekat Maudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...