Setelah selesai makan siang, kini Maudi dan juga Fawaz memutuskan untuk berjalan-jalan sekedar berkeliling di mall tersebut. Kali ini, keduanya sudah tidak canggung lagi untuk menggenggam tangan satu sama lain. Bahkan sesekali Maudi merangkul lengan Fawaz dalam dekapannya, begitu juga dengan Fawaz yang sesekali merangkul pinggang Maudi tanpa canggung, seperti sebelumnya.
"Kamu mau beli sesuatu?" tanya Fawaz, sambil mengusap-usap punggung tangan Maudi yang saat ini berada di genggamannya.
"Beli apa ya?" tanya Maudi.
"Beli baju atau skincare atau make up gitu?" tanya Fawaz lagi.
"Engga deh kayanya, aku udah ada semua di kosan," jawab Maudi.
Beruntungnya Maudi bukan lah seseorang yang gila shoping. Sejak kecil walaupun semua kebutuhannya selalu dicukupi oleh kedua orang tuanya, tetapi kedua orang tua Maudi, selalu mengajarkan prinsip 'beli lah apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang kamu mau'. Dan sampai saat ini prinsip tersebut masih Maudi anut.
"Serius gak mau beli sesuatu?" tanya Fawaz lagi.
Entah kenapa pertanyaan Fawaz kali ini, malah membuat Maudi mengernyitkan dahinya. Jujur Maudi sedikit heran dengan kelakukan Fawaz saat ini.
"Mas tau gak? Mas kaya gini tuh, malah makin mirip sama sugar dady yang lagi mau belanjain sugar baby nya." Celetukkan Maudi kali ini bukannya menyinggung Fawaz, justru malah membuat Fawaz tertawa terbahak-bahak, dan membuat Maudi semakin heran.
"Mas apa sih, kenapa ketawa? Perasaan gak ada yang lucu," tanya Maudi.
"Maaf ya, kalau kamu agak tersinggung sama apa yang aku tawarin tadi. Aku tuh cuma pengen memastikan aja, kamu enjoy jalan sama aku," ucap Fawaz, sambil mengusap punggung tangan Maudi yang saat ini berada di genggaman tangannya.
"Mas, enjoy atau engga nya itu, bukan tentang apa yang kita makan, atau apa yang kita beli, atau kemana kita pergi. Menurut aku justru enjoy atau engga itu, tergantung dari cara kita menikmati setiap momen dengan apa yang kita punya. Kaya misal, aku enjoy jalan sama Mas Fawaz sekarang, walaupun aku gak beli apapun, tapi aku enjoy karena aku punya Mas Fawaz yang nemenin aku," jelas Maudi, sambil menatap kearah Fawaz yang kini ada di sampingnya.
Sampai disini, katakan lah bagaimana caranya, agar Fawaz tidak semakin jatuh pada pesona seorang Maudi Bestari Putri? Apa memang Maudi setulus itu? Atau mulut Maudi lah yang terlalu manis, sehingga membuat Fawaz dengan mudahnya jatuh pada pesona Maudi? Jujur perasaan Fawaz terlalu campur aduk saat ini.
"Jujur aku bingung, dari tadi kita udah keliling-keliling, tapi gak ada yang kamu beli," ucap Fawaz seadanya.
Maudi yang mendengar hal tersebut tentu saja tertawa terbahak-bahak. Sepertinya pria yang ada di sampingnya ini, tidak pernah me time di mall dengan hanya keliling-keliling seperti ini, tanpa membeli satu barang pun. Padahal menurut Maudi me time dengan berkeliling mall adalah hal yang menyenangkan.
"Ya udah, Mas mau kemana lagi?" tanya Maudi.
"Ke kosan kamu boleh gak? Sekalian kita sholat ashar di sana," ucap Fawaz.
"Ke kosan aku? Gak apa-apa sih, tapi mau ngapain?" tanya Maudi.
"Main game? Atau mungkin apa gitu," ucap Fawaz.
Sebenarnya bukan tidak ingin mengajak Fawaz ke kosannya, Maudi hanya merasa agak sungkan dengan teman-teman kosannya yang lain. Karena kosnya ini adalah kosan putri. Dan jika Maudi mengajak Fawaz ke kosannya, maka Fawaz adalah laki-laki pertama, yang Maudi ajak main di kosannya. Bahkan saat dulu Maudi bersama Zian pun, Maudi tidak pernah mengizinkan Zian untuk masuk ke dalam kosannya. Salah satu alasannya adalah karena hubungan mereka backstreet dari Yuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...