"Mas? Kamu masih di sana kan?" tanya Maudi lagi. Sejak tadi Maudi tidak mendengar suara Fawaz sedikitpun dari seberang sana.
"Mas? You there?" tanya Maudi lagi.
"Emmh yes... I'm here. Sorry Maudi." Setelah sekian lama akhirnya Fawaz menyahuti pertanyaan Maudi.
"Tentang pertanyaan kamu sebelumnya, Aku.... Jujur aku agak kaget ditanya kaya gini sama kamu. Tapi apa kamu gak merasa kalau ini terlalu cepat?" tanya Fawaz dengan suara yang terdengar seperti seseorang yang gugup.
"Menurut ku ini normal, aku cuma mau tanya aja, arahnya kita tuh mau kemana?" jelas Maudi.
"Kalau aku jawab, aku belum tau, gimana?" tanya Fawaz. Pria itu malah balik bertanya pada Maudi.
Mendengar jawaban Fawaz yang seperti ini, entah mengapa membuat Maudi merasa kecewa. Apakah semua yang Maudi mulai rasakan selama ini, hanya bertepuk sebelah tangan? Berbagai kemungkinan kembali muncul di kepala Maudi.
"Gak apa-apa sebetulnya. Tapi aku Cuma mau memastikan aja, kalau aku ada di jalan yang tepat," jawab Maudi.
"Maudi, sekalian kita bahas ini, sebetulnya ada yang aku harus jelasin sama kamu," ucap Fawaz dengan nada yang sangat serius. Maudi yang mendengar hal tersebut tentu saja menjadi penasaran.
"Oke, silahkan, i'll hear you," ucap Maudi.
"Jujur, kalau ditanya perasaan aku sekarang buat kamu gimana? Aku sendiri pun belum tau, aku masih meraba-raba perasaanku sendiri. Jujur aku masih ragu, dan ini bukan salah kamu, ini semua sepenuhnya salah aku. Yang harus kamu tau, kamu udah bikin aku kagum, sama semua yang kamu punya Maudi, and i feel it's too perfect buat aku, you're too good to be true. Kamu baik, kamu cantik, kamu pintar, kamu apa adanya, kamu tenang, secara komunikasi kita juga nyambung banget, sangat mudah buat orang cinta dan suka sama kamu." Mendengar penjelasan Fawaz Maudi hanya diam. Mencoba meresapi semua yang Fawaz katakan.
"Semua yang aku mau ada di kamu, tapi masih ada sesuatu yang belum tuntas di hati aku, yang bikin aku takut sama kesempurnaan kamu. Dan dari semua hal yang udah kita lakukan, mungkin ini saatnya aku bicara jujur sama kamu. Sebetulnya, saat ini, kamu bukan satu satu-satunya orang yang lagi deket sama aku. Dan aku minta maaf untuk hal ini. Aku tau, aku bicara kaya gini bakal menyakiti hati kamu. Tapi ini jalan terbaik menurut aku saat ini. Alasan aku jujur sekarang karena aku gak mau buang waktu kamu lebih jauh lagi. Aku bakal menghormati semua keputusan yang akan kamu ambil setelah denger hal ini. Sekali lagi, Sorry Maudi," jelas Fawaz.
Apa yang dijelaskan Fawaz saat ini, benar-benar Maudi resapi satu per satu, dan kata per kata. Bahkan hingga Maudi ulang dalam kepalanya. Maudi hanya ingin memastikan, apa yang Maudi dengar saat ini, adalah benar-benar nyata. Tapi dari semua kata tersebut, yang Maudi rasakan hanyalah kekecewaan. Rasanya sakit sekali, rasa sakit dan rasa takut yang sudah menghilang sejak Maudi mengenal Fawaz, kini kembali muncul. Rasanya konyol saja, ketika rasa sakit yang sekarang Maudi rasakan, ternyata bersumber dari Fawaz. Orang yang sempat Maudi kira obat, tapi ternyata dia obat yang membuat Maudi semakin sakit.
Entah mengapa rasa sakit yang Maudi rasakan saat ini, rasanya lebih sakit dari pada saat Maudi harus kehilangan Zian. Dulu rasa sakit itu timbul karena keterpaksaan, Maudi terpaksa harus melepaskan seseorang yang dia cintai dan mencintainya. Tetapi jika dengan Fawaz? Perasaan sakit itu rasanya lebih pahit, dan menusuk dari pada luka karena Zian.
Saat ini, lewat apa yang Fawaz sampaikan, Maudi merasa egonya sangat terluka. Apa yang Fawaz lakukan, membuat Maudi seolah-olah terlihat menjadi sebuah pilihan. Dan Maudi merasa egonya sangat dilecehkan karena hal ini. Seumur hidup Maudi, dirinya tidak pernah diperlakukan sebagai pilihan oleh siapapun. Hanya Fawaz yang berani melakukan itu, dan bodohnya lagi semua terjadi ketika Maudi sudah berhasil jatuh cinta pada Fawaz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...