Setalah kurang lebih sepuluh menit Maudi menunggu dengan perasaan cemas, karena sejak tadi Bintang tidak bergerak dari tempatnya sama sekali. Maudi semakin dibuat gelisah karena mengingat kasus kematian anak kos yang disebabkan, karena kondisi sakitnya tidak diketahui siapa pun. Ini lah satu-satunya alasan mengapa Maudi tidak menyukai bentukan kosan yang outdoor seperti ini, semua orang hidup seperti masing-masing.
"Ini Pak temen saya, di dalem geletak depan kamarnya gitu pak. Saya gak tau dia pingsan atau apa, tapi yang jelas Bintang gak bisa dihubungi, saya ketuk dan gedor pintunya juga gak nyaut-nyaut." Dari arah belakang, Maudi mendengar suara langkah kaki dan juga suara Andi yang sedang berbicara pada seseorang.
"Sebentar ya Mas, tak cari dulu kuncine. Mungkin temene Mas Bintang iki turu," ucap bapak-bapak setengah baya, yang Maudi ketahui bernama Pak Anhar.
"Enggak tidur Pak, lagian siapa yang tidur geletakan depan kamar mandi kaya gitu," ucap Maudi, dengan sedikit kesal pada Pak Anhar, yang seperti menyepelekan keadaan Bintang.
"Iya Mbak, sebentar nggih. Iki kuncine, wes tak coba dulu," ucap Pak Anhar sambil mencoba mencoba kunci yang dia maksud. Beruntungnya dengan satu kali coba, ternyata kunci tersebut pas, dan pintu kamar Bintang pun akhirnya terbuka.
Begitu pintu terbuka, baik Maudi maupun Andi langsung masuk kedalam kamar kos Bintang, dan menghampiri Bintang yang sudah tergeletak didepan kamar mandi.
"Bintang... Bi! Bangun.....! Bi..!" ucap Andi, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Bintang.
"Mas itu nafas Ndak?" tanya Pak Anhar yang kini sudah ada di belakang tubuh Maudi. Dengan sigap Maudi mendekatkan telunjuknya di depan hidung Bintang, lalu Maudi pun tidak lupa memastikan nadi Bintang masih berdenyut.
"Bintang pingsan kayanya," ucap Maudi.
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang, aku takut ini emang karena vertigo nya Bintang kambuh," ucap maudi, sambil merogoh ponselnya untuk memesan taxi online untuk pergi ke rumah sakit.
"Motor gue gimana mau?" tanya Andi.
"Gue bawa Bintang pake taxi online, lo ikutin dari belakang naik motor," ucap Maudi.
"Saya bantu, tak gendong Mas Bintang saja kalau gitu Mbak," ucap Pak Anhar.
"Kita angkat dulu ke kasurnya aja, kasian dia kedinginan, kakinya agak biru itu," ucap Maudi, lalu setelah itu Andi yang di bantu Pak Anhar pun sama-sama mengangkat tubuh Andi kearah kasurnya.
"Sebentar aku cek dulu ke depan mobilnya udah ada apa engga," ucap Maudi, sambil meninggalkan Andi dan juga Pak Anhar di kamar Bintang.
Untungnya kosan Bintang berada di pinggir jalan raya, makannya tidak membutuhkan waktu lama, bagi Maudi menunggu taxi online yang akan menjemput Bintang menuju ke rumah sakit. Setelah melihat taxi online tersebut, akhirnya Maudi pun menghampirinya.
"Pak atas nama Maudi ya? Ini teman saya pingsan di dalam, tunggu sebentar ya!" seru Maudi pada sang supir, dan langsung diiyakan oleh supir tersebut. Setelah itu, Maudi langsung berlari ke dalam kosan Bintang untuk membawa Bintang ke dalam mobil.
"Taksinya udah ada, boleh minta tolong itu Bintang nya dibantu buat dimasukin ke dalam mobil?" ucap Maudi begitu menghampiri Andi dan Pak Anhar.
Tanpa menunggu lama, baik Andi maupun Pak Anhar, langsung mengikuti arahan Maudi. Saat ini, Bintang pun sudah dibaringkan di jok bagian tengah mobil tersebut.
"Makasih ya Pak Anhar udah bantu kita," ucap Maudi.
"Lo ikutin gue dari belakang ya Ndi," ucap Maudi, sambil berlalu masuk ke dalam mobil tersebut. Namun belum sempat Maudi masuk ke dalam mobil tersebut, tangan Maudi dicekal oleh Andi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...