Part 14.2 : Sesuatu yang Salah

263 21 0
                                    

Deert Derrt Derrt

Tidak lama setelah Maudi merebahkan dirinya di kasurnya, ternyata ponsel Maudi bergetar menandakan terdapat satu notifikasi masuk ke ponselnya. Dengan buru-buru Maudi bangkit dari posisinya yang sedang rebahan tersebut. Ternyata notifikasi yang masuk itu adalah pesan dari nomer asing yang tidak Maudi kenal.

+62821********
Maudi Ini aku Billi. Kamu udah siap?

Maudi
Aku udah ready dari tadi
Gimana kalau kita berangkat masing-masing aja? takutnya ribet kalau mas harus jemput-jemput dulu.

+62821********
Jangan, kita berangkat bareng aja, aku jemput kamu

Maudi
Oke aku tunggu kalau gitu.

*****

Kurang lebih sudah satu jam pria bernama Billi tersebut kembali menghilang. Bahkan saat ini rasanya Maudi mati gaya karena bosan menunggu jemputan dari Billi. Maudi kesal dengan pria bernama Billi ini, dia bilang akan menjemputnya, tapi kelakuan pria tersebut malah super lelet seperti ini. Sebenarnya pria bernama Billi ini akan mengajak Maudi ngopi atau mengajak Maudi jurit malam? Pikir Maudi.

Sebenarnya saat ini jam masih menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Tapi yang menjadi pertanyaan Maudi, mereka akan pulang jam berapa jika seperti ini? Di tambah cuaca Jogja yang sejak tadi mendung, seolah mengundang gerimis untuk segera datang. Belum lagi Maudi juga tidak tahu, apakah pria tersebut akan menjemput Maudi dengan motor atau mobil. Karena moodnya terlanjur hancur, akhirnya Maudi memutuskan untuk kembali menghubungi pria bernama Billi.

Maudi
Kita jadi berangkat kan?

Namun pria bernama Billi ini belum juga terlihat mengaktifkan whatsappnya. Bahkan sejak tadi, pesan yang Maudi kirim hanya bertanda centang satu. Jika jam sembilam nanti pria itu tidak kunjung mengaktifkan whatsappnya, maka Maudi berjanji dirinya akan berganti baju dengan setelan baju tidur. Namun sebelum jam sembilan, tepatnya saat pukul delapan lebih lima puluh lima menit, akhirnya notifikasi yang Maudi tunggu pun masuk dan membuatnya buru-buru membuka ponselnya.

+62821********
Maudi maaf ya, tadi aku ketiduran hehe
Ini sekarang aku mandi dulu deh

Melihat pesan yang baru saja dikirim oleh pria bernama Billi ini, entah kenapa kesabaran yang Maudi pertahankan sejak tadi menguap entah kemana. Jika Maudi bukan manusia yang memiliki prinsip janji adalah hutang, maka Maudi akan lebih memilih mengganti bajunya dengan pakaian tidur dan memeluk gulingnya yang nyaman itu, dari pada harus meneruskan pertemuannya dengan pria asing yang menyebalkan seperti Billi.

Maudi tidak habis pikir, bagaiamana bisa pria bernama Billi ini malah ketiduran di saat pria tersebut tahu bahwa dia memiliki janji temu dengan Maudi? Saat ini bahkan sudah hampir pukul sembilan malam, yang ada begitu mereka sampai dan orderan belum sampai, cafe tersebut akan segera tutup. Karena sejak masa pandemi jam operasional cafe rata-rata hanya buka hingga pukul sepuluh, atau paling malam setengah sebelas malam.

Sudah hampir empat puluh lima menit Maudi menunggu Billi yang katanya sedang mandi itu. Namun lagi-lagi pria sialan itu menghilangkan dan tidak menghubungi Maudi sama sekali. Harusnya pria tersebut tidak mandi terlalu lama, karena sebelumnya pria bernama Billi ini sudah banyak membuang waktu Maudi dengan alasan 'ketiduran'.

Kini jam di ponsel Maudi sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Jujur saja ketika melihat jam di ponselnya Maudi sempat bimbang, apakah Maudi lebih baik meneruskan janjinya atau membatalkan janjinya tersebut? Dengan kesabaran yang sudah setipis tisu, Maudi pun akhirnya menghubungi Billi lagi.

Maudi
Sorry aku mau tanya, ini masih lama gak ya?
Kalau masih lama kayanya aku udah ngantuk deh, dan gak mood juga buat keluar.

Sebetulnya Maudi agak was-was juga jika harus mengirim pesan seperti itu pada Billi. Tapi mau bagaimana lagi? Pria bernama Billi ini sudah berhasil mengoyak kesabaran yang sejak tadi Maudi miliki. Dan tidak lama sejak Maudi berhasil mengirimkan pesan pada Billi, pria tersebut akhirnya membalas pesan Maudi.

Bumble Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang