Hari ini Maudi sedikit kesiangan dalam memulai harinya, dan karena hal tersebut Maudi pun menjadi buru-buru untuk pergi ke cafenya. Biasanya Maudi akan berangkat sebelum pukul 10.00 pagi. Namun kali ini Maudi baru selesai bersiap-siap tepat pukul 12.00 siang.
Beruntungnya cafe sudah di handle oleh Wanda, membuat Maudi dapat bernafas lebih lega. Setelah siap, dengan langkah terburu-buru Maudi menuruni anak tangga yang ada di rumahnya, sambil mencari keberadaan sang ibu untuk berpamitan.
“Ceu Popon lihat ibu gak ? Ibu di mana ya?” tanya Maudi saat dirinya berpapasan dengan Ceu Popon.
“Bu Ika di belakang Neng, mau berangkat?” tanya Ceu Popon pada Maudi.
“Iya, ini mau berangkat,” jawab Maudi sambil berlalu menuju ke tempat ibunya berada.
Saat Maudi melangkahkan kaki ke halaman belakang rumahnya, Maudi melihat sang Ibu sedang mengontrol urusan packing catering hari ini. Dengan langkah pelan Maudi pun menghampiri sang ibu.
“Bu Teteh berangkat dulu ya,” ucap Maudi sambil menyalami tangan sang ibu.
“Eh bentar-bentar, tadi ayah titip sama Ibu, katanya kalau Teteh udah bangun, kasih tau nanti Agra mau ke cafe ceunah,” ucap sang Ibu pada Maudi, sambil menahan tangan Maudi dalam genggamannya.
Untuk beberapa saat Maudi terdiam sejenak mengingat nama Agra, dan ingatannya kembali memutar obrolannya dengan sang ayah. Kurang lebih satu minggu yang lalu, sang ayah berencana untuk mengenalkan Maudi pada Agra, juniornya di kantor. Maudi melupakan fakta, bahwa dirinya menyetujui untuk dikenalkan dengan pria tersebut.
“Oh? Ya udah datang aja, Teteh di cafe sampai malem kok kayak biasa,” jawab Maudi pada sang ibu.
“Teteh beneran mau kenalan sama Agra?” tanya sang Ibu sambil menatap Maudi khawatir.
“Ya kalau kenalan aja mah kenapa enggak sih Bu? Lagian juga belum tentu Teteh jodoh sama dia,” jawab Maudi santai sambil berusaha menenangkan sang ibu.
“Kan Teteh waktu SMA gak suka jodoh-jodohan kayak gini, kenapa sekarang jadi mau dijodoh-jodohin kayak gini? Kalau Teteh gak seneng sama tawaran ayah mah, ditolak aja, gak apa-apa kok, da ayah juga gak akan maksa,” ucap sang Ibu sambil menatap Maudi khawatir.
“Enggak apa-apa bu, lagian kan Ibu juga tahu, tiga tahun yang lalu Teteh nyari sendiri, gak ada yang bener semuanya. Malah bikin sakit hati, jadi ya udah lah. Terus selama ini juga ayah gak pernah ngasih yang aneh-aneh kan sama Teteh? Selama ini, ayah selalu ngasih yang terbaik buat Teteh, jadi mungkin masalah jodoh juga ayah gak akan salah pilih,” ucap Maudi menenangkan sang ibu.
“Iya, Ibu juga tahu, cuma Ibu takutnya Teteh gak bogoh sama si Agra, nanti malah jadi terpaksa. Ibu takut nanti Teteh gak bahagia kalau kayak gitu.” Terlihat jelas bahwa Bu Yurika ini sangat mengkhawatirkan putri sulungnya.
“Ya udah lah, kan belum tentu jodoh,” ucap Maudi sambil menenangkan sang ibu.
“Iya sih, cuma tetep aja ibu mah melang, takutnya teh si Agra nya mau sama Teteh, Teteh nya gak mau sama dia, kan entar berabe urusannya.” Maudi mengerti dengan maksud sang ibu. Karena sebenarnya Maudi pun merasakan ketakutan yang sama. Tapi Maudi juga tidak bisa hanya diam di tempat. Toh orang ini adalah pilihan sang Ayah, Maudi yakin ayahnya akan selalu memberikan yang terbaik untuknya.
“Teteh sama Agra kan udah gede Bu, jadi masalah kayak gitu, Ibu gak perlu khawatir. Udahlah Bu, santai aja, anggap aja Agra ini tuh temen Teteh, ini baru mau kenalan loh bu, bukan mau nikah,” ucap Maudi sambil tertawa untuk menenangkan sang ibu.
“Ya udah atuh iya, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa atau Teteh berubah pikiran, Teteh bilang aja, da ayah juga sama Ibu gak maksa. Kalau teteh emang mau lanjut S2, dan belum mau nikah juga gak apa-apa, sok sekolah aja sing tinggi, mau sampai S3 juga gak apa-apa ibu mah. Ibu gak akan nyuruh Teteh cepet-cepet nikah. Sebenarnya ayah nanya masalah nikah, bukan maksudnya nyuruh Teteh cepet nikah. Tapi kita sebagai orang tua, butuh aja persiapan buat nanti Teteh nikah,” jelas sang Ibu pada Maudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...