Jam di ponsel Fawaz saat ini sudah menunjukkan pukul dua belas lebih dua puluh dini hari. Baru saja Fawaz mendengar pengumuman, bahwa beberapa saat lagi kereta dari arah Bandung, akan segera tiba di stasiun. Dengan langkah cepat Fawaz segera menuju ke arah pintu keluar, berharap pemberhentian kereta kali ini akan membawanya bertemu dengan Maudi.
Dengan mata yang menelisik ke setiap orang dari arah pintu keluar, Fawaz masih tetap setia untuk mencari keberadaan Maudi di sana. Dan dari jarak lima meter, Fawaz akhirnya benar-benar melihat sosok Maudi, yang sedang menenteng satu koper di tangannya. Dengan segera, Fawaz menghampiri Maudi sambil memanggilnya.
"Maudi!" seru Fawaz tepat di belakang Maudi.
Maudi yang mendengar namanya di panggil pun, akhirnya menghentikan langkahnya, sambil mencari sumber suara yang memanggil namanya tersebut. Saat Maudi membalikkan badannya, gadis itu akhirnya menemukan Fawaz, yang saat ini sedang berjalan kearahnya. Rasanya sudah cukup lama bagi Maudi tidak melihat Fawaz. Saat tatapan keduanya saling beradu, Maudi sadar bahwa perkataan Fawaz kali ini nyata adanya. Pria itu ternyata benar-benar niat untuk menjemput Maudi tengah malam seperti ini.
Entah ini hanya perasaan Maudi saja, atau karena memang sudah cukup lama mereka tidak bertemu, tapi yang pasti, saat ini terselip rasa rindu begitu tatapan mereka bertemu. Ditambah lagi ritme jantungnya yang berdegup lebih kencang saat melihat Fawaz, membuat rasa gugup itu menyapa Maudi malam ini. Kacamata yang membingkai wajah Fawaz, entah mengapa membuat Maudi semakin terpaku, pada sosok Fawaz yang semakin mendekat kearahnya.
Maudi paham, semua yang dia rasakan saat ini, karena sebenarnya Maudi pun merindukan Fawaz. Namun selama ini, Maudi harus pandai-pandai menahan dirinya. Rasa takutnya berhasil membuat Maudi menahan semua perasaan yang semakin besar, dan kembali hadir antara Maudi dan juga Fawaz.
"Hai Maudi, It's good to see you," ucap Fawaz dengan senyum manis di bibirnya, begitu pria itu tiba di hadapan Maudi.
Untuk beberapa saat, Maudi sempat terpaku dengan senyum yang dipamerkan oleh Fawaz. Tapi dengan cepat logikanya kembali membawa Maudi dalam kesadaran.
"Mas kok disini? Kan aku udah bilang, harusnya Mas Fawaz gak perlu jemput aku. Aku jadi ngerepotin kalau kaya gini," ucap Maudi sambil mencebikkan bibirnya.
Betapa terkejutnya Maudi, saat Fawaz hanya membalas hal tersebut dengan senyuman kecil, sambil mengusap kepala Maudi singkat. Maudi yang di perlakukan seperti itu, tentu saja merasa terkejut. Badannya otomatis menegang karena sentuhan ringan yang Fawaz lakukan. Kekesalan Maudi sirna entah kemana. Bahkan sepertinya rasa kesal Maudi langsung terganti dengan semburat merah, yang membuat pipi Maudi terasa panas.
"Aku kan emang mau jemput, ada yang mau bicarin sama kamu. Dan aku gak sabar tentang hal ini," jawab Fawaz, sambil mengambil alih koper yang sejak tadi berada ditangan Maudi.
"Harus banget ya dibahas sekarang? Ini pagi buta loh Mas. Mas gak cape apa dari Sleman nunggu aku terus masih harus ngobrolin sesuatu?" tanya Maudi, sambil menatap kedua mata Fawaz, yang memang sejak tadi tak pernah lepas menatapnya.
"Cape, tapi aku happy bisa liat kamu lagi," jawab Fawaz, sambil mengarahkan Maudi untuk melangkah menuju kearah parkiran.
"Emang Mas mau ngomongin apa?" tanya Maudi, sambil berjalan mengikuti Fawaz.
"Nanti kita bicara di mobil aja," jawab Fawaz, sambil tersenyum dan melirik Maudi singkat.
"Nih udah di mobil, mau ngobrolin apa?" tanya Maudi, Begitu keduanya sudah berada di dalam mobil milik Fawaz.
Maudi yang memang sudah penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Fawaz, akhirnya langsung menanyakan hal tersebut. Walaupun keadaan mobil mereka masih berada di parkiran stasiun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble
RomanceBermula dari Maudi Betari Putri seorang mahasiswa tingkat akhir yang patah hati karena harus merelakan kekasihnya yang harus di jodohkan demi meneruskan tradisi keluarga. Karena kemelut dalam pikirannya itu lah, sahabatnya Indri memberikannya satu s...