Part 31.2 : Like Dance With Me

230 14 2
                                    

Setelah Maudi dan Fawaz menyelesaikan sarapan mereka, kini keduanya memutuskan untuk pergi ke sebuah mall terbesar yang ada di Jogjakarta. Keduanya memutuskan untuk menonton sebuah film yang bergenre horror dan trilers. Toh genre tersebut adalah genre favorit Maudi.

Sebenarnya yang memilih film ini adalah Fawa, dan Maudi juga tidak mempermasalahkan film tersebut, karena memang tidak ada film yang cukup bagus saat ini. Maudi yang memang pada dasarnya lebih menyukai film dengan genre horror, triler dan juga misteri, tentu saja cukup enjoy ketika diajak nonton film seperti itu. Justru yang Maudi khawatirkan adalah Fawaz yang tidak cukup enjoy, dengan genre film kali ini. Karena sepengetahuan Maudi, Fawaz ini pencinta film action, hero dan adventures.

Ketikan keduanya baru saja tiba di basement mall tersebut, lagi-lagi tanpa diminta, Fawaz memperlakukan Maudi dengan cukup spesial. Seperti saat dia menjemput Maudi di depan kosannya, Fawaz dengan gesit membukakan pintu mobilnya untuk Maudi. Dan entah sudah berapa kali, Maudi tersipu dengan berbagai perlakukan Fawaz padanya hari ini.

"Makasih Mas, harusnya jangan repot-repot kaya gitu loh," ucap Maudi, sambil keluar dari mobil tersebut.

"It's oke, aku kan harus mastin kamu nyaman atau enggak," jawab Fawaz.

'kalau nyaman nanti aku makin baper Mas!' teriak Maudi. Namun kalimat tersebut hanya mampu Maudi pendam dalam hatinya. Karena mana mungkin Maudi mengatakan semua itu di depan Fawaz.

Jika saja mereka berada dalam satu hubungan yang jelas, maka Maudi tidak akan pernah segan lagi menunjukan rasa sayangnya pada Fawaz, tanpa harus menahan dirinya seperti saat ini. Namun mau bagaimana lagi, semua itu harus Maudi tahan, karena nyatanya Fawaz bukan siapa-siapa.

Maudi yang sejak tadi tersipu karena perlakuan Fawaz pun, lebih memilih pura-pura fokus meriksa tasnya. Dan bodohnya hal tersebut membuat Maudi sampai tidak sadar, jika dirinya tertinggal beberapa langkah dari Fawaz. Yang lebih ceroboh lagi adalah, Maudi tidak menyadari, jika saat ini terdapat mobil dari arah kiri, yang hampir saja menabrak Maudi. Jika Fawaz tidak menarik Maudi, dan rangkul pinggang Maudi, mungkin saja Maudi sudah terserempet oleh mobil tersebut.

Rangkulan tangan Fawaz itu, tentu saja membuat Maudi refleks melihat kearah sampingnya, dimana Fawaz berada. Dari posisi Maudi saat ini, wajah Fawaz yang khawatir, tampak jelas terekam di benaknya. Dirangkul seperti ini, tentu saja membuat tubuh Maudi menegang sejenak. Namun di detik berikutnya, Maudi mulai membiasakan dirinya, untuk tidak membuat refleks yang akan membuat Fawaz tersinggung. Karena sebenarnya Maudi nyaman-nyaman saja dirangkul seperti ini oleh Fawaz. Namun kadang Maudi memang mudah terkejut, dengan gerakan atau sentuhan yang mendadak seperti sekarang ini.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Fawaz, sambil masih merangkul pinggang Maudi untuk lebih dekat kearahnya.

"Gak apa-apa kok, thanks ya," ucap Maudi sambil tersenyum tulus.

Maudi pikir rangkulan di pinggangnya akan berhenti, begitu keduanya sedang berada di dalam sebuah lift. Ternyata semuanya masih terus berlanjut, hingga keduanya berada di bioskop. Bahkan saat ini, tanpa sadar Maudi juga tengah mengusap-usap lengan Fawaz, yang bertengger di pinggangnya.

"Ada yang bisa kami bantu? Untuk pemesanan film apa kak?" tanya pramuniaga bioskop, yang saat ini berada di hadapan mereka.

"Film ini untuk dua orang," jawab Fawaz.

"Silahkan, bisa dipilih kursinya. Kami juga menyediakan kursi sweetbox untuk pasangan kak," ucap pramuniaga tersebut. Hal tersebut sontak membuat Maudi dan juga Fawaz saling beradu pandang satu sama lain.

"Kursi biasa aja Mbak," ucap Maudi, sambil sedikit berdehem kecil. Rasanya suasana mendadak awkward. Karena sejak tadi mbak-mbak pramuniaga tersebut terus memperhatikan Maudi dan juga Fawaz.

Bumble Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang