Part 62 : Menjadi Makcomblang

260 19 2
                                    

Setelah hampir satu bulan lalu Maudi menghabiskan waktunya seharian bersama Fawaz, hubungan keduanya semakin hari semakin membaik. Bahkan Maudi kembali memberikan kesempatan pada Fawaz untuk kembali berusaha memasuki hidupnya. Salah satu contohnya adalah Maudi sudah bersedia memberikan nomer telponnya pada Fawaz. Padahal sebelumnya, Maudi kekeh sekali dalam mempertahankan dirinya dari gencarnya pendekatan yang Fawaz lakukan. Walaupun saat ini hubungan keduanya sudah membaik, dan Fawaz juga sudah memiliki nomer telpon Maudi kembali. Tapi hubungan mereka tetap saja tidak seperti tiga tahun lalu.

Kali ini Maudi benar-benar membatasi dirinya dalam bertukar pesan dengan Fawaz. Jika tiga tahun lalu Maudi sangat senang membiarkan Fawaz menelponnya, bahkan hingga tengah malam. Kali ini Maudi tidak membiarkan pria itu dengan mudah bisa menelponnya, bahkan chat pun tidak selalu Maudi balas. Maudi memang sengaja melakukan itu, bukan karena Maudi ingin balas dendam atau jual mahal, tetapi Maudi tidak ingin membiasakan dirinya lagi, dalam sebuah hubungan yang tak berjudul antara dirinya dan Fawaz seperti tiga tahun lalu. Jadi walaupun Maudi mengizinkan Fawaz untuk menunjukkan dan membuktikan usahanya dalam mendekati Maudi, dirinya tetap tidak membiarkan Fawaz terlalu masuk, dan mengetahui hal-hal pribadi dan private dalam hidupnya.

Seperti hari ini, Maudi tidak mengabari Fawaz bahwa dirinya harus pulang ke Bandung. Kali ini Maudi terpaksa harus kembali ke Bandung, karena ibunya memberikan kabar bahwa kakeknya baru saja menjalani operasi prostat. Ayahnya juga meminta Maudi agar pulang sejenak ke Bandung, untuk menjenguk kakeknya yang kemarin menjalani operasi prostat. Beberapa hari lalu, kabarnya sang kakek sempat hilang kesadaran pasca operasi, dan saat ini kakeknya itu sedang mengalami halusinasi yang cukup parah karena efek anastesi.

Sejak kemarin, Maudi memang cukup sibuk dengan urusan kampusnya, karena Maudi mulai mengajukan judul tesis yang akan dia teliti kedepannya. Bahkan sejak kemarin Maudi belum sempat membalas pesan dari Fawaz. Hari ini setelah Maudi menjenguk kakeknya dari rumah sakit, Maudi juga langsung bergegas untuk mengecek cafenya selagi dirinya berada di Bandung.

Saat Maudi memasuki cafenya tersebut, ternyata suasana cukup ramai, biasanya di waktu sore seperti ini, para anak muda sedang ramai nongkrong di cafe Maudi. Tidak ada satupun karyawannya yang mengetahui bahwa Maudi akan datang ke cafe hari ini. Jadi begitu Maudi tiba di cafenya, beberapa karyawan yang melihat Maudi pun nampak cukup terkejut. Karena setahu mereka, saat ini Maudi berapa di Jogja.

"Eh Teh Maudi gening ada di sini. Ya Alloh mani reuwas Risa," seru Risa dengan sedikit heboh, saat dirinya melihat Maudi.

"Kakek sakit, makannya aku pulang," jawab Maudi.

"Wanda mana?" tanya Maudi pada Risa.

"Lagi di ruangan Teh, buat packing persenan hampers," jawab Risa. Maudi pun akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Wanda.

"Rajin banget ibu satu ini," ucap Maudi begitu dirinya berada di ruangan Wanda.

"Gila! Maudi kok bisa disini?" tanya Wanda begitu melihat Maudi.

"Emang si Willy gak kasih tau ya? Gue balik ke Bandung soalnya kakek sakit," jawab Maudi.

"Belum, kan dari kemarin si Willy izin, makannya lagi gantian sama yang lain," jawab wanda, Maudi pun akhirnya hanya menganggukkan kepalanya.

Baru saja Maudi duduk di ruangannya, Risa yang baru saja dia temui pun, menyusulnya kembali ke ruangan Wanda.

"Teh Maudi, di depan ada pak Agra takutnya janjian sama Teh Maudi," ucap Risa sambil memberitahu Maudi.

Sudah menjadi rahasia umum bagi para karyawan Maudi, jika Agra berkunjung ke cafe nya, artinya memang pria tersebut ada keperluan dengan Maudi. Para karyawan Maudi juga sepertinya cukup tahu, jika diantara Agra dan juga Maudi memang ada suatu hubungan yang bersifat privasi.

Bumble Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang