Part 69.4 : CCTV

288 20 0
                                    

Maudi yang sejak tadi memperhatikan Fawaz, sontak langsung menarik lengan pria itu, dan membuat Fawaz kembali terduduk di salah satu kursi tepat disamping Maudi. Dengan lembut Maudi membawa tangan Fawaz dalam genggamannya.

"Maafin ibu ya Mas. Maaf juga gara-gara aku suka cerita sama ibu dulu, ibu jadi tau tentang masalah kita," ucap Maudi, sambil menatap kedua mata Fawaz.

Dari sorot mata Fawaz, Maudi seolah bisa melihat dengan jelas kilat kekecewaan di sana. Namun bibir itu masih saja melempar senyum tulusnya untuk Maudi.

"It's oke, wajar kalau ibu kamu kaya gitu. Kan aku bilang, aku gak akan nyerah, mungkin kata Pak Ridwan benar. Ibu kamu hanya butuh diyakinkan lagi," jawan Fawaz, sambil tersenyum lembut dan mengusap kepala Maudi singkat.

"Ayah bilang panggilnya 'ayah' loh Mas," jawab Maudi, sambil tersenyum jahil kearah Fawaz.

"Oh iya lupa, ini salah satu asupan hari ini. Ayah kamu udah mau aku panggil ayah, terus kapan anak ceweknya mau aku panggil sayang?" Bukan Fawaz namanya, kalau tidak membalas keisengan Maudi, degan mengusili Maudi balik.

"Hmmm kapan ya? Kalau liat respon ayah sih harusnya sekarang juga bisa, tapi karena respon ibu kaya gitu, gak jadi deh bolehnya, nanti aja kalau udah double approve," jawab Maudi, sambil terkekeh kecil.

"Boleh lah sayang, ayah kan udah oke. Aku yakin hati kamu juga oke kok," jawab Fawaz, sambil tersenyum jahil ke arah Maudi.

"Kalau hati aku gak oke, dari awal Mas gak akan aku bawa ke sini," jawab Maudi, sambil tersenyum lembut ke arah Fawaz.

"Aduh manis banget Teh Tari senyumnya," ucap Fawaz, sambil mencubit pelan pipi Maudi, dan hal random seperti ini sukses membuat keduanya tertawa bersama-sama.

"Mas hari ini kerja?" tanya Maudi.

"Kerja dong, ini aku mau kerja," jawab Fawaz, sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Mau work from cafe gak?" tanya Maudi, masih sambil menahan tangan Fawaz dalam genggamannya.

"Kenapa emang, mau ikut?" tanya Fawaz, sambil menatap Maudi.

"Kerjanya di sini aja ya? Aku pengen liat Mas Fawaz kerja, kaya waktu itu, ya? Ya?" rayu Maudi, pada Fawaz dengan puppy eyesnya.

Kelakuan Maudi ini, membuat Fawaz sedikit terkejut, sekaligus gemas karena tingkah Maudi yang manja seperti ini. Pasalnya selama ini Maudi sangat amat menahan dirinya, dan membuat dirinya terlihat sangat tangguh, dan mandiri, jika dilihat dari luar. Tetapi hari ini, ternyata Fawaz bisa kembali melihat sisi manja dari Maudi secara langsung, dan itu sangat-sangat menggemaskan.

"Hahaha iya boleh, tapi temenin ya sayang," jawab Fawaz, sambil kembali mengusap pelan kepala Maudi.

"Oke, aku sambil drakoran. Kita ke ruang keluarga aja yuk," ajak Maudi, sambil bangkit dari duduknya, dan menarik Fawaz untuk mengikutinya.

"Aku bawa laptop dulu ya," ucap Fawaz.

"Oh oke, aku sediain juga camilannya," jawab Maudi riang.

"Mas!" Baru saja Fawaz berjalan beberpa langkah, suara Maudi dari arah ruang tv memanggilnya. Membuat Fawaz buru-buru membawa alat kerjanya, dan menghampiri Maudi.

"Kenapa sayang?" jawab Fawaz, sambil menghampiri Maudi, yang saat ini sudah menata beberapa camilan di meja.

"Kopinya mau aku bikin baru, atau yang tadi aku tambahin ice cube?" tanya Maudi.

"Pakein es aja, mubazir kalau dibuang," jawab Fawaz, lalu pria itu pun mendudukkan dirinya di salah satu sofa di ruangan tersebut.

Tak lama dari itu, Maudi kembali datang, sambil meletakkan dua gelas kopi yang dia bawa. Setelah itu Maudi pun duduk tepat di samping Fawaz.

Bumble Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang