Part 8.1 : Sakit!

442 36 0
                                    

Sudah kurang lebih satu jam Maudi menunggu teman-temannya di dalam mobil sendirian, awalnya Maudi ingin menunggu saja di cafe terdekat yang ada di sana. Namun Maudi takut teman-temannya akan kebingungan mencari keberadaannya. Belum lagi udara di kota Semarang ini sangat terik, membuat Maudi ingin menceburkan diri kedalam kolam air es untuk meredam kepanasan yang ada di hati dan pikirannya. Saat ini Maudi memilih menyibukan diri dengan ponselnya. Gadis itu kini menyibukan dirinya dengan membuat beberapa karya puisi yang rutin ia posting di sosial media pena miliknya.

Selain sebagai seorang mahasiswa, Maudi juga merupakan pemilik akun romansa diksi. Romansa diksi adalah satu akun media sosial, yang selalu memuat puisi-puisi dan kata-kata indah yang cukup terkenal di kalangan milenial. Namun sampai saat ini tidak ada satupun temannya yang mengetahui bahwa di balik media sosial sebesar romansa diksi, ada seorang Maudi Bestari Putri. Bahkan sahabat dekatnya Indri sekali pun tidak pernah mengetahui bahwa Maudi memiliki platform sebesar romansa diksi.

Brakkkk

Maudi sedikit terperanjat karena tiba-tiba pintu mobil bagian depan terbuka begitu saja. Nampaknya teman-temannya yang lain sudah kembali dari acara pernikahan Zian di dalam sana.

"Lo beneran gak mau ketemu Zian?" Kali ini Mas Daus membalikan badannya, melihat kearah Maudi yang kini duduk tepat di belakang kursi kemudi.

"Tadi kan udah ketemu, gue udah puas kok liat dia sukses ijab qabul sama bapaknya Mariam." Jawab Maudi apa adanya.

Memang benar, sejujurnya dari lubuk hati Maudi yang paling dalam, gadis itu merasa lega karena Zian dengan lancar membaca ijab qabul tersebut. Namun Maudi juga hanya manusia biasa, hatinya juga sakit melihat pria yang masih dia cintai menikahi wanita lain. Namun mau bagaimana lagi, laki-laki yang masih Maudi cintai itu kini sudah berubah status menjadi suami orang.

"Mau, Are you oke?" Kali ini Fasya lah yang bertanya sambil merangkul pundak Maudi dari samping.

Kalian pernah merasakan tidak? Jika kalian dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, lalu ada orang lain yang bertanya apa kah kalian baik-baik saja atau tidak, dan itu bukannya membuat kalian tidak ingin menangis, tetapi justru malah membuat kalian ingin menangis sekencang-kencangnya. Saat ini kurang lebih seperti itu lah kondisi Maudi. Padahal sudah sejak satu jam lalu gadis itu berhasil menghentikan tangisannya. Namun jika ditanya seperti itu lagi oleh Fasya, air mata Maudi dengan kurang ajarnya meluncur indah di atas pipi mulusnya.

Kali ini Maudi benar-benar kehilangan kata-katanya, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil sesegukan menagis di hadapan teman-temannya. Kali ini lagi-lagi Maudi mengakui dirinya kalah, dirinya terlalu lemah untuk menghadapi semua yang ada saat ini.

Rasanya ingin Maudi memilih takdir untuk tidak bertemu dengan Zian, jika akhirnya akan seperti ini. Perasaan marah terhadap Tuhan itu lagi-lagi muncul di hatinya. Namun dengan sedikit kewarasan yang tersisa Maudi buru-buru mengucapkan istigfar dalam hatinya. Di saat berada di titik terendah memang iman seorang manusia sering kali diuji oleh Tuhan.

Kali ini Maudi merasakan tubuhnya ditarik dalam sebuah pelukan, entah pelukan siapa. Karena saat ini pandangan Maudi benar-benar buram karena air matanya yang masih terus mengalir. Seseorang itu dengan sabar mengusap punggung Maudi, dan mencoba menenangkan Maudi.

"Mau, kalau ada sesuatu hal yang bisa kita lakukan untuk bantu Lo lebih baik, let us know ya. lo butuh apa?" tanya Mas Daus sambil menepuk-nepuk punggung tangan Maudi.

"Hei, lo hebat banget hari ini Maudi. Syuuttt udah ya nangisnya." Kali ini Maudi dengan jelas mendengar suara Andi tepat di samping telinganya, karena ternyata saat ini Maudi sedang menangis di pundak Andi.

Bumble Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang