Chapter 17

113 56 29
                                        

Sesampainya di depan asrama, Sisy tak langsung masuk karena melihat seseorang yang sepertinya sedang dirundung. Gadis itu mencoba mendekat dan melihat keadaannya. Dia tidak mau tiba-tiba menghampiri mereka lalu marah-marah tanpa tahu alasan tau penyebabnya.

"Wah wah lihat siapa ini," ucap salah satu gadis.

"Bukankah ini si nona aneh?" kata temannya itu.

"Kenapa nona aneh ada di sini? Di mana temanmu?" tanya satu gadis lainnya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja dia tidak mempunyai teman karena dia aneh," jawab gadis dengan riasan sangat tebal.

"Aku tidak aneh! Kalian yang aneh!" sanggah gadis yang sedang dirundung itu.

"Apa?! Berani kamu memanggil kami aneh?!" kesal salah satu dari mereka.

"Jelaskan kenapa kamu memanggil kami aneh?" tanya gadis yang riasannya tebal itu.

Gadis yang sedang dirundung pun menjawab, "Kalian merundung seseorang, tapi dilakukan ramai-ramai. Kalau mau merundung seseorang ya sendirian, jangan bawa teman. Apakah kalian tidak berani? Mental dibagi-bagi ya?"

Keempatnya terlihat marah saat gadis yang tengah dirundungnya mengatakan hal seperti itu.

Salah satu dari mereka menarik rambut pirang gadis itu. "Berani kamu berbicara seperti itu?!"

"Beranilah. Untuk apa aku takut? Aku tidak seperti kalian yang harus beramai-ramai baru berani," jawab gadis yang rambutnya sedang ditarik.

"Teman-teman, beri gadis manis ini pelajaran!" perintah gadis dengan riasan tebal itu.

Mereka berempat mulai melakukan kekerasan pada gadis berambut pirang itu.

Merasa keadaan mulai tak kondusif, Sisy langsung keluar dari tempat persembunyiannya. "Hei, lepaskan dia!"

Semuanya langsung menoleh ke arah Sisy yang baru saja berteriak.

"Wah siapa ini?" tanya gadis yang sedang menarik gadis dengan rambut pirang itu.

"Bukankah dia adalah nona Garcia?" jawab temannya.

"Nona Garcia? Yang sedang dibicarakan orang-orang itu?" tanyanya lagi.

Temannya menganggukkan kepalanya.

"Jadi ada apa gadis sok polos ada di sini?" tanya gadis yang riasannya tebal.

"Sepertinya dia ingin menambah panggilan baru menjadi gadis pahlawan," jawab salah satu dari mereka.

"Lepaskan gadis itu!" perintah Sisy.

"Kalau aku tidak mau kenapa? Apakah kamu akan melaporkannya?" tantangnya.

"Maka aku akan menariknya paksa dari sini." Sisy menghampiri gadis berambut pirang itu dan menarik tangannya. Namun para gadis tadi menahan Sisy dan gadis itu.

"Siapa yang bilang kalau kamu bisa membawanya?" tanyanya.

"Sudah kubilang kalau aku akan membawanya secara paksa kalau kalian tidak ingin melepaskannya," ujar Sisy.

Gadis itu menatap tajam ke arah Sisy karena berani melawannya. "Sepertinya backinganmu kuat ya karena kamu berani menantang kami."

"Untuk apa juga aku takut? Seperti kata gadis ini, kalian aneh karena merundung seseorang beramai-ramai," balas Sisy.

"Beraninya kamu!" Gadis itu langsung menarik Sisy dan melemparkannya sampai tubuhnya menabrak dinding. Gadis yang lainnya menahan Sisy agar tak bisa kabur atau melawan.

"Dengar baik-baik, aku adalah Riana, anak dari pengusaha terkenal. Ayahku memiliki banyak koneksi di seluruh dunia," sombongnya.

Sisy menatap remeh padanya. "Lalu?"

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang