Chapter 44

33 12 0
                                    

Seorang gadis sedang berjalan menuju taman sampai tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan mendapati teman yang dirindukannya sudah kembali. "Hermione?! Astaga, aku sangat merindukanmu! Kenapa kamu lama sekali?!"

"Maaf, ada urusan mendesak yang harus aku urus," jawab Hermione merasa bersalah.

"Sudahlah yang penting kamu sudah kembali sekarang," kata Sisy senang.

"Omong-omong, kenapa kamu semakin kurus dan apa ini?! Matamu seperti orang habis menangis saja." Hermione menyadari seluruh perubahan dari temannya hanya dengan sekali lihat.

"Huh? Tidak, hanya perasaanmu saja. Beratku masih sama dan mataku seperti ini karena tidur larut malam," jawab Sisy.

"Bohong! Akhir-akhir ini Sisy memang suka menangis dan dia tak memberitahuku alasannya," adu Ron yang tiba-tiba saja datang.

"Apa sih, Ron! Aku benar-benar tak menangis!" sanggah Sisy sambil memukul temannya itu.

"Kau mau berbohong padaku? Ginny juga pernah melihatmu menangis sendirian di taman," sambung Ron.

"Teman-teman, mungkin saja Sisy terlalu lelah maka dari itu dia menangis," bela Harry.

"Lelah apa? Tidak ada masalah apapun yang terjadi dengan Hogwarts belakangan ini," celetuk Ron.

"Memang kau kira masalahnya hanya tentang Hogwarts?" tanya Harry.

"Kalau begitu coba jelaskan masalah apa yang sedang kamu hadapi sampai menangis setiap hari." Ron menatap teman sedari kecilnya itu dengan tatapan tajam.

"Sudah kubilang kalau aku tidak menangis setiap hari, Ron," elak Sisy.

"Benarkah? Haruskah aku memanggil semua orang yang sering melihatmu menangis?" sambung Ron.

"Yang dikatakan Harry memang benar. Aku hanya sedang lelah karena kelakuanmu, Ron." Sisy pun lari meninggalkan teman-temannya sebelum banyak pertanyaan lainnya.
Dia terus berjalan sampai langkahnya terhenti karena melihat seseorang yang sedang menangis. Merasa penasaran, ia pun mencoba mendekat dan betapa terkejutnya saat melihat kalau ternyata kekasihnya yang sedang menangis.

Sisy langsung berlutut di hadapannya dan mengusap air matanya. "What's wrong?"

Laki-laki itu mengangkat wajahnya dan menatap gadis di hadapannya. "Sisy? Is that you?" Draco memeluk seseorang yang dia lihat sebagai kekasih tersayangnya. "Aku benar-benar minta maaf. I'm sorry for making you sad. I know you've been crying all this time alone."

"Kamu memperhatikanku?!" tanya Sisy terkejut.

Draco mengangguk. "Always."

"Kenapa kamu tidak berbicara padaku kalau memang selalu memperhatikanku?" tanya Sisy lagi.

"Aku...merasa tak pantas untuk berbicara denganmu. Aku merasa sudah mengecewakanmu," jawab Draco.

"Bukankah kamu hanya perlu meminta maaf padaku?" tanyanya lagi.

"Apakah kata maaf cukup untuk menebus kesalahanku? Aku rasa tidak," ucap Draco.

"Kamu bahkan belum mencobanya," balas Sisy.

Draco menggeleng. "Aku tidak bisa meminta maaf padamu karena aku akan selalu mengecewakanmu."

Sisy sama sekali tak mengerti dengan hal yang diucapkan kekasihnya. Dia ingin bertanya, tapi sesuatu menempel di bibirnya.

"Sorry, Sisy. I always love you," bisik Draco yang kemudian tertidur.

Gadis itu memandang wajah kekasihnya yang tengah tertidur. "What's wrong with you? Aku tak mengerti apapun dengan dirimu sekarang."

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang