Chapter 18

81 55 22
                                    

Mereka berjalan bersama untuk kembali ke asrama masing-masing.

"Oh iya, menurut kamu apakah aku aneh?" tanya Luna tiba-tiba.

"Tidak," jawab Sisy.

"Benarkah?" tanyanya lagi.

Sisy menganggukkan kepalanya. "Aku bahkan bingung kenapa mereka memanggilmu nona aneh padahal menurutku, kamu itu cantik dan tidak ada anehnya sama sekali."

"Kamu hanya belum melihat sisi lain dariku," ucap Luna dengan suara yang pelan.

Namun hal tersebut masih terdengar oleh Sisy. "Begitukah? Bagaimana kalau kita berteman? Aku akan bisa melihat sisimu yang lain kalau kita berteman."

Luna menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Iya, mari kita berteman."

Keduanya saling melempar senyuman ke arah satu sama lain.

"Astaga, aku baru sadar kalau pipimu terluka," kata Luna.

"Ah ini bukan apa-apa," sahut Sisy sembari memegang pipinya.

"Pasti karena ditampar oleh nona Riana ya?" tanya Luna khawatir.

"Begitulah. Tamparannya cukup kuat dan cincin yang digunakan oleh Riana melukai pipiku, tapi aku tidak apa-apa. Tidak sakit juga," jawab Sisy.

"Ayo kita ke madam Pomfrey. Luka di pipimu harus diobati sebelum infeksi," ajak Luna.

Sisy segera menggeleng. "Tidak perlu, aku akan mengobatinya sendiri di kamar nanti. Lebih baik kita kembali ke asrama secepatnya karena aku mulai kedinginan."

Luna yang mengingatnya bergegas jalan. Ia lebih dulu mengantarkan Sisy ke asrama Gryffindor.

"Setelah masuk, segera ganti baju dan obati lukamu!" perintah Luna.

"Iya, Luna," jawab Sisy.

"Sekali lagi terima kasih, Sisy. Sekarang masuklah. Aku akan pergi setelah melihatmu masuk," ucapnya.

Tanpa banyak membantah, Sisy langsung masuk ke kamarnya dan mengganti pakaian. Setelahnya ia buru-buru mengambil cermin untuk mengobati luka di pipinya. Dirinya harus bergerak dengan cepat sebelum Hermione datang. Namun terlambat, teman sekamarnya sudah masuk ke kamar dan melihat keadaannya pipinya.

"Sisy?! Kamu terluka?!" Hermione langsung menghampirinya dan melihat wajahnya dengan jelas. "Astaga, siapa yang melukai pipimu ini?"

"Itu...Putih tidak sengaja mencakar pipiku hingga terluka seperti ini," bohongnya.

"Kamu kira aku bodoh dan akan percaya dengan alasan tidak masuk akal itu?" tanya Hermione dengan tatapan dingin.

Dengan cepat Sisy menggelengkan kepalanya. Alasan yang diberikannya memanglah tidak masuk akal karena lukanya sama sekali tidak terlihat seperti bekas cakaran. Ia begitu bodoh karena mengatakan hal tersebut sebagai alasan.

"Siapa yang menampar pipimu sampai luka seperti ini?" tanya Hermione lagi.

Sisy diam tak menjawab.

"Jawab aku, Sisy!" desak Hermione.

"Masalahnya sudah selesai, jadi tidak perlu dibahas lagi." Sisy masih enggan mengatakan yang sebenarnya.

"Aku akan memberitahu ini pada Harry dan Ron." Hermione berdiri dan hendak pergi.

Namun Sisy segera menahan lengannya. "Jangan beritahu mereka, Hermione."

Hermione mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Mereka adalah sahabatmu. Mereka harus tahu kondisimu ini."

"Aku hanya luka sedikit. Mereka akan khawatir berlebihan apalagi Ron jika mengetahui ini." Sisy masih menggenggam erat tangan temannya itu. "Aku baik-baik saja, Hermione. Percayalah."

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang