Chapter 37

50 22 20
                                    

Berjam-jam sudah lamanya mereka menyusuri labirin tersebut, tapi tak sedikit pun tanda kalau mereka menemukan jalan keluarnya.

"Sulit sekali menemukan jalan keluarnya," celetuk Cho.

"Labirin ini terlihat sama semua, jadi sulit untuk memikirkan cara menemukan jalan keluarnya," timpal Astoria.

Sebenarnya bisa saja Sisy menggunakan sihirnya untuk menemukan jalan keluarnya. Walaupun tanpa tongkat sihir, dia bisa menggunakan sihirnya dengan mudah. Tetapi dirinya tidak bisa melakukan itu karena mereka semua bisa tahu rahasia yang selama ini dijaganya. Akhirnya dengan terpaksa mereka melanjutkan perjalanan tanpa rencana apapun.

Sampai malam sudah mulai bertambah dingin, tapi belum ada satu petunjuk pun yang mereka dapatkan untuk menemukan jalan keluarnya.

"Sudah berapa lama kita berjalan?" tanya Astoria.

"Sepertinya sudah sekitar 3 jam," jawab Cho.

"3 jam?! Bisakah kita istirahat sebentar? Aku sangat lelah," keluhnya.

Yang lain menyetujuinya dan memutuskan untuk beristirahat.

"Kira-kira sudah ada yang berhasil menemukan jalan keluarnya atau belum?" tanya Cho.

"Sepertinya belum ada yang berhasil menemukan jalan keluarnya. Kalau sudah ada yang berhasil pasti terdengar suara lonceng seperti yang dikatakan oleh madam Hooch," jawab Harry.

Malam semakin larut dan belum ada kelompok yang berhasil keluar dari labirin, tapi tidak ada satupun profesor yang mencoba mencari muridnya. Sisy mencoba berpikir positif, tapi tidak bisa karena baginya hal ini sangatlah aneh.

"Tidak terjadi apapun dengan para profesor, kan?" gumam Sisy.

"Kenapa kamu mengkhawatirkan para profesor? Harusnya kita yang dikhawatirkan karena tidak bisa keluar dari labirin ini," sambar Astoria yang mendengar gumaman Sisy.

"Ada apa, Sisy?" tanya Harry.

"Tidak ada apa-apa. Pikiranku ke mana-mana karena lelah," jawab Sisy sambil memijat pelipisnya.

Angin mulai berhembus sangat kencang membuat keadaan semakin dingin.

"Sepertinya kita harus melanjutkan perjalanan sebelum malam semakin dingin lagi," kata Cho sambil menggosok kedua tangannya.

"Tidak, Cho. Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan tanpa rencana apapun kali ini," balas Harry.

"Yang dikatakan Harry benar. Kalau kita melanjutkan perjalanan tanpa rencana, itu hanya akan menghabiskan energi kita secara sia-sia," timpal Sisy.

Harry yang melihat Cho mulai menggigil pun memberikan jubahnya. "Pakai ini untuk menghangatkan sedikit tubuhmu."

"Bagaimana denganmu?" tanya Cho.

"Aku tidak kedinginan. Kamu pakailah." Harry memakaikan jubahnya pada gadis itu.

"Berapa lama lagi kita harus berdiam di sini? Aku sudah mulai kedinginan," ujar Astoria.

Sisy memberikan jubahnya pada Astoria. "Pakai ini, nona Greengrass."

"Tidak perlu," tolaknya mentah-mentah.

Sisy menghela nafasnya. Sudah seperti ini saja Astoria masih tidak menerima kebaikannya. Alhasil dipakainya kembali jubah miliknya.

"Kenapa profesor tidak memperbolehkan kita membawa tongkat sihir sih?!" kesal Astoria.

"Pertandingan bisa selesai dengan cepat kalau kita mempunyai tongkat sihir," jawab Draco.

"Tapi kalau sudah seperti ini kita juga yang kesulitan," sambung Astoria.

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang