Chapter 19

84 53 15
                                    

Hermione dan Ron benar-benar tidak berbicara pada Sisy. Bahkan saat di kamar, Hermione juga tidak berbicara apapun dan langsung fokus pada kegiatannya. Di kelas juga Sisy terpaksa memisahkan diri dari teman-temannya. Harry sudah mengajaknya untuk tetap bersama, tapi gadis itu menolak karena merasa tak enak dengan Hermione dan Ron.

Saat ini Sisy sedang duduk di pinggir danau sambil membaca buku hariannya. Dibacanya buku harian itu dengan seksama dengan harapan perasaannya yang sedang buruk ini segera membaik. Namun sebuah foto di halaman terakhir malah membuat hatinya semakin sakit. Foto dirinya dan Ron saat kecil menyadarkannya bahwa semua memang sudah berubah. Sisy tak seceria dulu dan tak pernah bercerita apapun lagi pada sahabat-sahabatnya.

Beberapa hari lalu Sisy mendapatkan penglihatan lagi. Dia melihat kalau Cedric akan mati di Turnamen Sihir Triwizard dan banyak yang menyalahkan Harry karena kematian Cedric padahal laki-laki itu mati karena pangeran kegelapan. Hermione dan Ron mencoba membantu menjelaskan, tapi semua orang malah mengira kalau keduanya juga terlibat dalam kematian Cedric. Alhasil keluarga Weasley dan Granger terus diteror oleh orang-orang yang masih tak terima dengan kematian Cedric Diggory.

"Aku pasti akan melindungi kalian semua," tutur Sisy sambil memeluk buku hariannya dengan air mata yang sudah menetes dengan derasnya.

"Kenapa kamu menangis lagi?" tanya seseorang.

Tanpa menoleh ke sumber suara, Sisy sudah tahu siapa orang itu dan segera mengusirnya. "Pergilah, Malfoy!"

Draco mengernyitkan keningnya. "Malfoy? Apakah kamu sudah lupa dengan namaku?"

"Aku mengucapkan namamu dengan benar," jawab Sisy.

Sadar kalau gadis itu sedang dalam suasana hati yang buruk membuat Draco tak memperpanjang hal tersebut dan duduk di sebelahnya. "Ada apa? Bertengkar dengan teman-temanmu?"

Sisy hanya diam.

"Kamu tidak duduk bersama nona Granger dan kalian tidak terlihat berbicara satu sama lain tadi. Kalian juga langsung berpisah setelah keluar kelas," sambungnya.

"Draco, apakah kamu punya sesuatu yang tidak bisa diberitahukan pada orang lain?" tanya Sisy tiba-tiba.

Draco mengangguk. "Tentu saja aku punya. Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Aku hanya bertanya saja," jawabnya.

Draco melihat ke arah buku yang sedang dipegang Sisy. "Omong-omong, apa yang sedang kamu pegang itu?"

"Buku harianku. Aku selalu membaca buku ini dan melihat foto-foto di halaman terakhirnya saat perasaanku sedang buruk." Sisy menunjukkan halaman terakhir dari buku itu. "Lihat. Ini adalah foto-foto yang memiliki banyak kenangan."

"Ternyata kamu cukup menggemaskan saat masih kecil. Berbeda dengan sekarang," gumam Draco.

"Sekarang pun aku masih menggemaskan!" protesnya.

Draco memandangi wajah gadis di hadapannya cukup lama dan berkata, "Aku tidak berpikir seperti itu."

"Dasar menyebalkan!" amuknya.

Walaupun Sisy marah-marah, tapi dia tetap melanjutkan kegiatannya yang sedang menunjukkan foto-foto itu pada Draco. "Lalu ini adalah foto aku dan Ron saat pertama kali kami bertemu. Ron adalah teman pertamaku saat pindah ke sini. Dulu dia orang yang sangat berisik, ya...walaupun sekarang juga masih berisik sih."

"Di mana kamu tinggal sebelumnya?" tanya Draco.

"Di desa muggle," jawab Sisy.

Draco memicingkan mata. "Kenapa kalian tinggal di sana?"

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang