Chapter 29

51 25 14
                                    

Waktu liburan akhirnya telah usai. Tentu saja bagi para murid, hal ini adalah hal yang menyebalkan karena sudah harus kembali ke sekolah dan bisa pulang lagi 6 bulan setelahnya.

"Kenapa waktu berjalan dengan cepat? Rasanya baru kemarin aku pulang ke rumah untuk tidur seharian, tapi sekarang sudah waktunya kembali lagi ke sekolah," keluh Ron.

"Jangan terus mengeluh, Ron! Kamu masih beruntung bisa pulang ke rumah," sahut bibi Molly.

"Apa maksud ibu? Tentu saja semua murid bisa pulang ke rumah saat liburan sekolah," balas Ron.

"Kamu melupakan Sisy?" tanya bibi Molly.

Ah iya Ron lupa kalau sahabatnya itu tidak pulang ke rumah saat liburan dan orang tuanya hanya tahu kalau Sisy tidak bisa pulang karena nilai-nilainya kurang akibat tak masuk beberapa hari.

"Ya itu sih salahnya. Kenapa bisa ketinggalan pelajaran dan berakhir harus mengejar nilai-nilainya," sahutnya acuh.

"Sisy pastinya tidak mau ketinggalan pelajaran, Ron," timpal paman Arthur.

"Iya iya. Ini semua salah sakit yang datang menghampiri Sisy, puas?" ucap Ron malas.

"Ron!" Bibi Molly memijat pelipisnya yang sakit karena melihat kelakuan putranya itu.

"Sudahlah, ibu. Ron memang menyebalkan, jadi jangan dengarkan dia," kata Ginny sembari mengelus punggung ibunya.

"Jangan ikuti sifat buruk kakakmu ini, Ginny," nasehat sang ibu.

"Tentu. Ginny akan mengikuti Sisy daripada Ron," jawabnya.

"Hei, aku ini kakakmu!" sambar Ron tidak terima.

"Tapi aku lebih suka Sisy," balas Ginny.

"Semua saja suka dengannya. Dasar menyebalkan!" kesal Ron.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Dengan cepat Ginny berlari ke arah pintu dan membukanya.

"Hai Ginny," sapa Harry.

Melihat kedatangan seseorang yang tak terduga membuat gadis itu berlari masuk tanpa berkata apapun pada sang tamu.

"Ada apa dengannya?" tanya Harry kebingungan.

"Sepertinya dia malu bertemu denganmu saat penampilannya seperti itu," jawab George.

"Ginny selalu membicarakanmu selama liburan, Harry," timpal Ron.

"Sepertinya adik kecil kita itu sangat menyukai Harry," sambung Fred.

Harry hanya tertawa canggung.

"Siapa yang datang? Astaga, Harry." Bibi Molly langsung memeluk anak laki-laki itu yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri. "Kenapa tidak masuk? Ayo masuk."

Harry mengikutinya dengan patuh.

"Ada apa kamu ke sini?" tanya Ron.

"Aku ingin berangkat bersamamu," jawab Harry.

"Begitu, tunggu sebentar ya. Aku akan mengambil barang-barangku terlebih dahulu." Ron bergegas ke kamarnya dan mengambil barang-barangnya. Setelah semuanya rapi, bibi Molly mengantarkan para anak-anaknya ke stasiun.

"Jangan membuat masalah selama di sana, Ron!" peringat bibi Molly.

"Aku tidak pernah membuat masalah, ibu," sanggah Ron.

"Ginny, sayang, makan dan tidur yang benar selama di sana ya?" pesan bibi Molly pada anak perempuannya.

"Iya, ibu," balas Ginny.

"Harry juga, makan dan tidur yang benar selama di sana," lanjut bibi Molly.

"Iya, bibi," balas Harry.

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang