Chapter 11

112 74 19
                                    

"Selamat pagi nona Garcia," sapa seseorang.

Mendengar namanya terpanggil, Sisy membuka matanya dan melihat sang kepala sekolah. "Profesor Dumbledore? Selamat pagi."

"Bagaimana perasaan anda hari ini?" tanyanya.

"Lebih baik dari kemarin," jawab Sisy.

Profesor Dumbledore menghela nafasnya lega. "Syukurlah kalau begitu."

"Profesor Dumbledore," panggil Sisy.

Dengan cepat profesor Dumbledore menyahut, "Iya, nona Garcia?"

Sisy menggelengkan kepalanya. "Tidak jadi."

"Nona Garcia, ingatlah kalau anda tidak sendirian. Ada teman-teman anda dan ada anggota Orde Phoenix yang akan selalu membantu anda," ucap profesor Dumbledore.

Sisy mengangguk. "Iya. Terima kasih, profesor Dumbledore."

"Kalau anda sudah lebih baik, kembalilah ke asrama dan bersiap untuk masuk kelas." Setelah itu profesor Dumbledore pun pergi.

"Omong-omong, kenapa aku bisa ada di rumah sakit? Bukankah semalam aku tertidur di tepi danau?" Sisy kembali mengingat-ingat kejadian semalam yang berujung tak mendapatkan jawaban apapun. "Sudahlah. Lebih baik aku kembali saja ke asrama." Ia turun dari tempat tidur dan berjalan ke asrama Gryffindor.

Baru saja kakinya melangkah masuk, tiba-tiba seseorang memeluknya hingga dirinya hampir terjatuh.

"Ke mana saja kamu seharian kemarin?!" tanya Hermione.

"Setelah kami pergi dari ruang kepala sekolah, kamu tidak pernah terlihat," timpal Harry.

"Benar. Bahkan kamu tertinggal percakapan tentang Ginny kemarin!" kesal Ron.

"Percakapan tentang Ginny? Apa maksudnya itu?" tanya Sisy meminta penjelasan.

"Bukan—" Ron mencoba berdalih, tapi Sisy memotong ucapannya terlebih dahulu.

"Jangan coba-coba menyembunyikan apapun dariku apalagi tentang Ginny!" Seketika Sisy merasakan kepalanya seperti berputar dan seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum. Sangat menyakitkan hingga rasanya dia ingin melepaskan kepalanya dari tubuhnya.

Kilasan-kilasan masa lalu mulai terlihat. Di sana Sisy melihat Ginny yang sedang kecewa dengan teman-temannya, tapi saat Ginny menyampaikan perasaannya, dia malah dihina-hina dan dicaci maki oleh mereka. Bahkan teman-temannya menggunakan kekerasan padanya.

"Sisy, kamu baik-baik saja?" tanya Hermione khawatir.

"Ginny dibully?!" Sisy bertanya sambil menatap teman-temannya.

Namun tak ada satupun dari mereka yang menjawab.

"Jawab aku!" bentak Sisy.

"I-iya," jawab Ron takut.

"Jadi begini...kami baru mengetahui kalau selama ini teman-teman Ginny berteman dengannya karena Ginny dekat dengan Harry. Di saat Ginny tahu hal itu dan marah pada teman-temannya, mereka malah menghina," jelas Hermione.

"Dan melakukan kekerasan padanya," sambung Sisy.

Hermione terkejut mendengar itu, tapi dia segera menyanggahnya. "Apa? Tidak. Mereka hanya menghinanya."

"Tidak, Hermione. Orang-orang itu melakukan kekerasan pada Ginny bahkan tidak ada yang menolongnya walaupun mereka melihatnya," ucap Sisy.

"Dari mana kamu tahu hal itu?" tanya Hermione.

"Aku bisa melihat masa lalu dan masa depan." Sisy langsung pergi dan diikuti oleh Harry, Hermione, dan Ron.

Gadis itu pergi ke tempat di mana orang-orang yang membully Ginny berada dan didorongnya salah satu dari mereka.

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang