Chapter 16

102 57 29
                                    

Sebelum masuk kelas, Sisy menyempatkan ke aula untuk memasukkan namanya ke piala besar. Ia berharap kalau namanya akan terpanggil saat pengumuman nanti.

"Wah wah sang calon peserta Turnamen Sihir Triwizard sudah datang," ucap Pansy dengan suara yang sengaja dikeraskan agar semuanya mendengar.

"Nona Garcia memasukkan namanya ke piala besar yang ada di aula?!" tanya Astoria terkejut.

"Iya dan aku melihatnya sendiri. Sebelum datang ke kelas, nona Garcia memasukkan namanya ke piala besar dan berdoa di sana. Sepertinya nona Garcia sangat menginginkan untuk berpartisipasi dalam turnamen ini," jawab Pansy.

"Tidak ada larangan untuk aku ikut," sahut Sisy.

Pansy mengangguk. "Memang tidak ada larangannya, tapi aneh saja kalau nona Garcia ingin ikut di saat tak ada satupun murid perempuan yang ingin ikut. Bukankah jelas sekali tujuanmu itu nona Garcia?"

"Aku mendaftar turnamen murni hanya ingin berpartisipasi. Kalian tidak ada yang mau ikut ya itu urusan kalian," balas Sisy santai.

"Memang apa tujuan nona Garcia yang kamu tahu, Pansy?" tanya Astoria.

"Tentu saja karena nona Garcia ingin menjadi pusat perhatian. Orang-orang akan menganggap kalau nona Garcia berbeda dari perempuan lain," jawab Pansy.

"Astaga, bukankah itu perbuatan yang tidak pantas untuk seorang perempuan?" ucap Astoria tak percaya.

"Benar, tapi itu tidak berlaku bagi nona Garcia," sahut Pansy.

Untuk kali ini Sisy mencoba untuk bersabar, jadi tak diresponnya ucapan gadis itu.

"No—" Belum sempat Pansy menyelesaikan ucapannya, sang profesor sudah tiba lebih dulu.

Kelas hari ini adalah kelas pertahanan terhadap sihir hitam bersama profesor Snape. Kelas yang sangat tidak disukai oleh murid Gryffindor, tapi sangat disukai oleh murid Slytherin. Seperti biasa kelas bersama profesor Snape selalu tidak berjalan menyenangkan bagi murid Gryffindor. Belum lagi Sisy melakukan kesalahan sampai profesor Snape memberikan tugas padanya dan harus dikumpulkan malam ini juga.

"Sebenarnya profesor Snape punya dendam apa sih padaku?!" gerutu Sisy.

"Sabar Sisy," kata Harry menenangkannya.

"Tidak bisa! Pansy juga berisik tadi, tapi kenapa hanya aku yang dimarahi dan diberi tugas?! Harus dikumpulkan malam ini lagi! Sangat menyebalkan!" Sisy terus mengoceh karena kesal dengan hari ini yang begitu sial baginya.

"Deritamu itu. Siapa suruh ketahuan sama profesor Snape." Ron terus meledek sahabat sejak kecilnya yang sedang merasa kesal.

"Jangan dengarkan dia, Sisy. Bagaimana kalau aku bantu menyelesaikan tugas itu?" tawar Hermione.

"Kamu memang yang terbaik, tapi aku akan menyelesaikannya sendiri dan melemparkannya ke wajah profesor Snape," jawab Sisy.

"Kamu berani melakukan itu?" tanya Ron.

Sisy menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menjawab, "Tidak sih."

"Dasar. Beraninya di belakang," ujar Ron.

"Kamu juga beraninya di belakang," balas Sisy.

"Sudah sudah. Jangan bertengkar." Harry segera memisahkan Sisy dan Ron sebelum keduanya benar-benar bertengkar.

"Aku mau pergi. Malas berurusan dengan si rambut merah menyebalkan ini." Sisy pergi dengan langkah kaki yang sengaja dihentakkan.

"Ginny juga berambut merah, begitu juga dengan George dan Fred," teriak Ron.

Different ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang