Presence - 💎 Jeongwoo

1.8K 174 8
                                    

Seiring dengan promosi album Treasure, yang namanya kegiatan fansign tidak mungkin dilewatkan. Hari ini mereka ada jadwal fansign di sebuah area publik. Tempat dimana semua orang dapat melihat kegiatan mereka itu secara gratis.

Semuanya berjalan lancar. Para member semakin lihai memberi fan service pada penggemar mereka. Memang benar pengalaman adalah guru terbaik.

Namun apa yang tampak baik, tak selalu benar-benar baik.

Jeongwoo, pemuda kelahiran Iksan, sang vokalis utama itu, kini berbaring di atas kasurnya sembari menatap kosong langit-langit kamarnya. Pikirannya entah melayang kemana. Ia hanya melamun. Hingga decit pintu kamarnya membuyarkan lamunannya. Ia menoleh kemudian mendapati sosok kesayangannya sedang berjalan mendekat ke arahnya.

"Hyung.", sapa pemuda berkulit tan itu dengan senyuman kecil. Dirinya baru akan bangkit dari tidurnya, namun dicegah oleh yang lebih tua.

"Jangan bangun.", ucap Junkyu, pemuda yang baru saja masuk ke dalam kamar Jeongwoo.

Junkyu segera mengambil tempat untuk berjongkok di samping kasur Jeongwoo. Dirinya segera menatap Jeongwoo, yang kini berbalik badan untuk menghadapnya.

"Kenapa datang selarut ini?", tanya yang lebih muda.

"Aku hanya datang untuk melihat keadaanmu.", ucap Junkyu, namun wajahnya terlihat sedikit khawatir.

"Kenapa? Mengkhawatirkanku?", Jeongwoo menangkup pipi Junkyu. Bibirnya mengulas senyuman, tidak ingin membuat Junkyu khawatir.

"Eo.", Junkyu menjulurkan tangannya, mengusap alis Jeongwoo.

"Aku tidak apa-apa. Tadi hanya sedikit gugup.", ucap Jeongwoo, tangan Junkyu yang menjamahnya.

Junkyu mengernyit. Harus ia akui selama 3 tahun ini ada begitu banyak hal yang mereka alami. Tak jarang hal-hal itu menjadi kenangan indah, ataupun buruk.

Junkyu kini menatap iba pada Jeongwoo. Dulu pemuda itu begitu berani berdiri di depan, menjadi tamengnya di saat ia ketakutan. Sekarang keadaan telah berbalik. Jeongwoo penuh dengan kehati-hatian. Banyak hal yang menjadi perhatiannya ketika ia berada di tempat umum yang ramai.

"Waeyo?", masih dengan senyuman di wajahnya, ia bertanya pada Junkyu.

"Banyak hal yang berubah selama 3 tahun ini."

"Semua orang memang berubah bukan?", ucap Jeongwoo.

"Maaf aku tidak di dekatmu saat kau membutuhkan.", Junkyu menundukkan wajahnya.

"Hyung, tidak perlu minta maaf."

"Kau selalu ada saat aku membutuhkanmu, aku harap aku bisa melakukan hal yang sama untukmu."

Jeongwoo segera bangkit dan turun dari kasurnya. Ia duduk di sebelah Junkyu, lalu kembali menatap manik kekasihnya.

"Hyung, kau sudah melakukan hal yang sama, bahkan lebih untukku.", ujar Jeongwoo, meyakinkan pemuda Kim di depannya.

"Yang kulakukan tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan untukku."

"Hyung, kau selalu memastikan keadaanku setiap saat, mendengarkan semua keluh kesahku, memberikanku semangat, juga tersenyum cerah menyapaku. Bagiku semua itu lebih dari cukup. Kehadiranmu saat ini juga sudah membuktikannya.", Jeongwoo mengusap kepala Junkyu, masih dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya.

Namun Junkyu masih merasa kurang. Ia menatap Jeongwoo dengan wajah sedikit cemberut.

"Kau, butuh pelukan?", tanya Junkyu.

Jeongwoo tertawa pelan. Ia melebarkan kedua tangannya pada Junkyu.

"Aku membutuhkannya.", jawab yang lebih muda.

Maka Junkyu segera menghamburkan diri, memeluk Jeongwoo. Yang lebih muda menangkap tubuh sang kekasih, membalas pelukan pemuda Kim itu padanya. Dirasanya tubuh Junkyu membalut tubuhnya. Wangi favoritnya kini menyeruak menyentuh indera penciumannya. Perasaan hangat segera menggeleyar di sekujur tubuhnya.

"Bersandarlah padaku. Aku juga ingin melakukan yang terbaik untukmu.", ujar Junkyu pelan.

"Kehadiranmu sudah lebih dari cukup. Aku selalu berterima kasih untuk itu, Junkyu hyung.", Jeongwoo membenamkan wajahnya pada bahu yang lebih tua, mengecup bahu itu dan kembali menyamankan diri dalam dekapan Junkyu.

Benar. Kehadiran Junkyu malam ini lebih dari cukup. Jeongwoo tenang hanya dengan Junkyu yang berada di dekatnya. Ia tidak akan menuntut lebih.

"Sesekali andalkan aku juga.", ucap Junkyu, tangannya mengusap punggung Jeongwoo.

Pemuda Iksan itu kemudian. membuat jarak di antara mereka.

"Aku selalu mengandalkanmu hyung. Seperti sekarang dan yang sudah-sudah. Aku tahu kau akan datang tanpa kuberitahu. Terima kasih karena selalu menjagaku.", Jeongwoo mengecup kening Junkyu, kemudian ke hidung, pipi, dan terakhir pada bibir yang lebih tua.

Jeongwoo sungguh tidak bisa menahan senyumnya, berbanding terbalik dengan Junkyu yang masih merengutkan wajahnya.

Junkyu berakhir menghela napasnya. Tidak ada gunanya membuat Jeongwoo berjanji ini dan itu. Ia percaya Jeongwoo sudah cukup dewasa untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Maka Junkyu hanya bisa terus mendukung Jeongwoo dengan caranya sendiri. Jika kehadirannya bisa membuat Jeongwoo lebih baik, maka ia pastikan ia akan selalu hadir ketika Jeongwoo membutuhkannya.

.
.
.
.
.
.

Sayang Treasure banyak2! Yuk stream MV, spoty dan vote buat ShowChamp 🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayang Treasure banyak2! Yuk stream MV, spoty dan vote buat ShowChamp 🔥

Segini dulu
See ya next~

Our Precious Kyu (2) [Junkyu x All]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang