Tuck - 💎 Yoshi

1K 85 32
                                    

Kurang lebih sudah 10 menit Junkyu menatap Yoshi yang sedang makan di hadapannya. Makanannya sendiri ia abaikan, lebih mementingkan pandangannya pada kekasihnya itu.

"Sampai kapan kau akan melihatku seperti itu? Makananmu belum kau sentuh, Junkyu-ya.", ucap Yoshi, kembali memberi atensi pada Junkyu setelah tadi Junkyu menyuruhnya untuk fokus pada makannya saja.

"Apa ada sesuatu di wajahku?", tanya Yoshi sembari bercermin pada layar gawainya.

Junkyu mengambil kesempatan itu untuk menarik perhatian yang lebih tua. Tangan kanannya bergerak melingkar pada telinga kanannya, sembari matanya menatap Yoshi lamat. Yoshi memperhatikan gerak-gerik Junkyu dengan tatap bertanya.

"Kenapa?", tanya Yoshi.

"Bagaimana? Apa kau berdebar?", tanya Junkyu dengan mata sedikit membola.

Yoshi mengerjap, berusaha mencerna maksud dari tindakan dan pertanyaan Junkyu.

"Eo?"

Mendengar respon yang tak sesuai, Junkyu mengerucutkan bibirnya.

"Lupakan.", Junkyu berakhir menyantap makanan di hadapannya yang sedari tadi sudah ia lupakan itu. Sedangkan Yoshi masih dalam kondisi bingungnya, namun ia kembali memakan makan siangnya.

Acara makan siang bersama mereka selesai begitu saja, tanpa adanya pembicaraan lebih antara keduanya. Setelah membuang sampah makanannya, Junkyu langsung kembali ke dalam kamarnya, lagi-lagi meninggalkan Yoshi dengan kebingungan.

"Apa aku melakukan sesuatu yang salah?", gumam Yoshi sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

~

Menjelang malam, Yoshi baru keluar lagi dari kamarnya. Ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil air. Namun matanya tertuju pada pintu kamar Junkyu yang terletak tak jauh dari sana.

Setelah ia meneguk habis air botol yang diambilnya dari kulkas, kakinya berjalan dengan sendirinya ke depan pintu kamar Junkyu. Ia tampak berkutat dengan pikirannya sendiri, entah ia harus mengetuk atau tidak.

Ia merasa ada kesalahpahaman antara dirinya dan Junkyu, dan ia tidak tahu apa itu. Tentu saja ia juga tidak ingin membiarkan hal ini larut. Karena itu ia memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Junkyu.

"Junkyu-ya?", panggilan itu tidak mendapatkan jawaban.

"Aku masuk ya.", izin Yoshi, kemudian membuka pintu kamar kekasihnya itu dan berjalan masuk.

Yoshi tidak mendapati Junkyu di area kasurnya. Pikirannya segera tertuju pada studio kecil di dalam kamar itu. Ia berjalan kembali ke dekat pintu masuk, lalu ia mengetuk pintu kecil di sebelahnya. Setelah beberapa saat, pintu kecil itu terbuka, memperlihatkan Junkyu yang sedang menggunakan headphone-nya.

Melihat Yoshi, Junkyu melepaskan headphone yang menutupi telinganya, membiarkannya menggantung pada lehernya. Ia memberi tatap polos pada Yoshi, seolah beberapa jam yang lalu ia tidak terlihat kesal sama sekali.

"Kenapa?", tanya Junkyu, berusaha senatural mungkin.

"Bukankah harusnya aku yang menanyakan hal itu? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?", tanya Yoshi.

Junkyu lantas mengerucutkan bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan kesalnya lagi.

"Benar kan? Aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal. Tapi Junkyu-ya, aku tidak akan tahu kalau kau tidak memberitahuku.", Yoshi menjulurkan tangannya untuk menangkup pipi Junkyu, mengusapnya pelan.

"Rambutku tidak panjang, jadi aku tidak bisa menggulungnya ke belakang telinga.", ucap Junkyu dengan pandangan yang ia pendarkan menghindari tatap Yoshi.

Our Precious Kyu (2) [Junkyu x All]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang