Swipe - 💎 Junghwan

1.2K 111 24
                                    

Jika saja mereka sedang tidak berada di atas panggung, Junkyu mungkin sudah habis di tangan Junghwan. Bagaimana tidak? Pemuda Kim itu dengan berani mengusap bibir Junghwan di atas panggung, saat ribuan pasang mata menonton mereka. Junghwan kadang tak habis pikir dengan kekasihnya itu. Terkadang malu, terkadang terlalu berani. Tidak konsisten, namun begitu tetap saja bisa membuat Junghwan kehilangan akal sehat.

Tunggu saja saat mereka selesai dengan acara temu penggemar mereka. Dapat dipastikan Junkyu akan ditahan Junghwan.

Benar saja, setelah kegiatan mereka berakhir, kini Junkyu berada di kamar hotel Junghwan dan Doyoung. Kebetulan Doyoung memang sedang keluar dengan member lain, sedangkan Junghwan memilih untuk tinggal, mengadakan sesi tatap muka bersama sang kekasih.

"Hyung, kau tahu yang kau lakukan tadi sangat berbahaya kan?"

Junkyu yang sedang duduk di tepi kasur Junghwan hanya menatap polos ke arah sang kekasih yang sedang berdiri dengan tubuh yang dicondongkan ke arahnya.

"Jangan menatapku seperti itu.", ujar Junghwan, semakin mengikis jarak antara keduanya. Hingga Junkyu mau tak mau semakin memundurkan tubuhnya dan berakhir berbaring di atas kasur.

Junghwan kini berada di atas Junkyu, mengurung tubuh sang kekasih. Tatap matanya tajam dan dalam, tertuju tepat pada bola mata Junkyu.

Bukannya menjawab, Junkyu malah kembali mengangkat tangannya. Ia tangkup wajah tampan kekasihnya, lalu ibu jarinya kembali menemukan tempat di permukaan bibir tebal Junghwan.

"Bibirmu sangat lembut. Siapa yang tidak ingin menyentuhnya. Lagipula aku hanya mewakili penggemar.", kekeh Junkyu.

"Tapi tidak kau lakukan secara terang-terangan seperti tadi juga hyung. Kau tahu jantungku hampir merosot karenamu.", Junghwan mengeluh, memberikan ekspresi cemberut yang lucu.

"Mian...", ucap Junkyu dengan cengiran kecil.

"Tidak, kau harus bertanggung jawab.", Junghwan semakin merendahkan tubuhnya, kini tinggal sikunya saja yang bertumpu di atas kasur, semakin menipiskan jarak keduanya.

"J-Junghwan..."

Junkyu kini mengerjap. Ia mulai sedikit panik karena jarak antara dirinya dan Junghwan yang semakin menipis.

"Junghwan-ah...", tangan Junkyu berada di pundak Junghwan, berusaha mendorong yang lebih muda menjauh darinya.

Sayangnya tenaga Junghwan yang jauh di atas Junkyu dengan mudah menahan tangannya. Keadaan dengan cepat berbalik, karena kini kedua tangan Junkyu telah dikunci menyilang di atas kepalanya. Hanya dengan satu tangan, Junghwan berhasil menahan tangan itu.

Satu tangan Junghwan kini beralih pada wajah Junkyu. Ia melakukan persis yang dilakukan Junkyu padanya tadi. Ibu jarinya memancarkan panas, mengusap lembut bibir pink Junkyu.

"Junghwan-ah...", Junkyu memanggil dengan pasrah.

Tak menjawab panggilan itu, Junghwan lantas mempersempit semua jarak di antaranya dan Junkyu. Ia menyatukan bibir keduanya, melumat pelan benda lembut yang terasa manis baginya.

Tangan Junkyu yang menyilang di atas kini mengepal kuat. Bukannya tak suka, namun gerakan lidah Junghwan yang kini memaksa masuk ke dalam mulutnya membuat kepalanya pusing. Aura dominan yang lebih muda kini menguasainya, membuatnya mau tak mau pasrah. Mulutnya terbuka, membiarkan invasi dadakan dari lidah Junghwan yang mengajak lidahnya turut menari dan bertaut.

Pertukaran saliva terjadi dengan begitu cepat. Napas Junkyu mulai memburu, namun Junghwan tak jua memutuskan pagutan mereka. Kaki Junkyu meronta, memberi petunjuk pada Junghwan bahwa dirinya mulai kewalahan.

Junghwan akhirnya menjauhkan diri, melepaskan tautan bibirnya pada Junkyu. Ia tersenyum begitu lebar, kini berusaha terlihat manis di atas yang lebih tua. Berbanding terbalik dengan Junkyu yang kini berkutat mengatur napasnya. Bibir manyun dan alis bertaut menjadi ekspresi yang kini menghiasi wajah sih manis.

"Kau kewalahan?", tanya Junghwan pelan, mengusap lembut pipi Junkyu.

"Berhenti memasang wajah seolah kau tidak bersalah.", Junkyu memukul lengan kekar Junghwan, sedikit kesal.

"Eo? Memang kau yang salah kan hyung? Kau yang memulainya.", jawab Junghwan. Ibu jarinya kembali mengusap bibir Junkyu.

Junkyu lantas menggigit ibu jari itu sedikit kuat, membuat Junghwan terkejut.

"Hyung..."

"Bukan berarti kau menciumku seperti tadi. Kalau aku kehabisan napas bagaimana?", lagi keluh yang lebih tua, masih dengan bibir mengerucut.

"Haha.. aku tinggal berikan napas buatan untukmu."

"Tidak seperti itu konsep napas buatan!", kembali pukulan kesal Junkyu berikan pada Junghwan.

"Iya, iya.. maafkan aku.", Junghwan mengalah. Ia menyematkan satu kecupan ringan pada bibir Junkyu sebagai permintaan maafnya.

Dengan bibir yang masih mengerucut, Junkyu menarik tangan Junghwan. Diusapnya ibu jari yang tadi digigitnya hingga meninggalkan bekas, kemudian ia meniup pelan ibu jari itu.

"Maaf, aku menggigitmu terlalu kuat.", ucap Junkyu.

Junghwan tentu saja gemas melihat tingkah Junkyu. Baginya gigitan seperti tadi tidak ada apa-apanya dibanding cakaran Junkyu padanya ketika mereka bercinta.

"Tidak apa-apa. Ini bukan masalah besar.", kekeh Junghwan.

"Tapi berbekas."

"Besok juga hilang. Tapi hyung, kalau kau mau mengecupnya, mungkin itu akan segera membaik.", cengir Junghwan.

Yang tidak disangka Junghwan adalah, Junkyu benar melakukannya. Tak hanya mengecup, Junkyu juga menjilat pelan ibu jari itu. Bahkan ia turut mengulum jemari Junghwan, membuat sesuatu terbangun di antara mereka.

"Hyung, jangan.", ucap Junghwan, tegas.

Junkyu menarik keluar jari Junghwan, lalu memberi tatap yang sulit diartikan pada yang lebih muda. Pipinya merona merah, tampak tersipu entah karena apa.

"Junghwan-ah, mau melakukannya?", tanya Junkyu.

Junghwan tentu terkejut mendengarnya. Ini pertama kalinya Junkyu yang mengajak lebih dulu. Selama ini Junghwan selalu meminta izin lebih dulu. Jadi kali ini, Junghwan mau tak mau dibuat tak bisa berkata-kata.

"M-maksudku... tidak... tidak jadi..."

Baru saja Junkyu ingin pergi, tubuhnya segera didorong kembali dan dikurung oleh Junghwan.

"Tidak jadi bagaimana? Kau yang mengajak lebih dulu, bagaimana mungkin aku melewatkan kesempatan ini?"

Wajah Junkyu kini merah, benar-benar seperti tomat. Ia meraih sebuah bantal untuk menyembunyikan raut malunya dari sang kekasih.

"Hyung, karena kau yang meminta, maka aku tidak akan segan.", ucap Junghwan dengan senyuman miringnya.

Junkyu tidak bisa melihat ekspresi itu dari balik bantal yang dipakainya bersembunyi. Namun ia tahu, Junghwan benar-benar akan melakukannya. Maka tangannya semakin erat memeluk bantal kepala yang menutupi wajahnya, semakin ingin ia bersembunyi agar Junghwan tidak melihat betapa malunya ia saat ini.

.
.
.
.
.
.
.

keut 🙂Tak tau lagi harus berkata apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

keut 🙂
Tak tau lagi harus berkata apa..

Segini aja
See ya next~

Our Precious Kyu (2) [Junkyu x All]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang