Peck - 💎 Jihoon

5.1K 322 19
                                    

Khawatir, adalah kata yang dapat menggambarkan kondisi Jihoon saat ini.

Aktivitas mereka yang padat, berpindah dari satu kota ke kota lainnya, wajar saja jika mereka lelah. Termasuk Junkyu, kekasih Jihoon yang kini telah tidur pulas setelah meminum obatnya.

Jihoon sebenarnya ingin melakukan live dengan Junkyu. Atau paling tidak ia ingin melakukannya sendiri. Tapi melihat kondisi Junkyu yang saat ini tidur, ia mengurungkan niatnya. Maka kakinya membawanya ke kamar kosong yang menjadi tempat mereka makan atau bersiap selama berada di kota itu.

Kebetulan sekali Haruto sedang live juga, jadi Jihoon ikut live sebentar. Mungkin tidak bisa dikatakan sebentar juga karena pada akhirnya Jihoon tinggal di live Haruto lebih dari 30 menit. Namun karena satu san lain hal, ia akhirnya pergi setelah berpamitan di live.

Jihoon kembali ke kamarnya. Ia membuka pintu kamar perlahan, kemudian menyalakan lampu kamar yang sebenarnya telah dimatikan oleh Junkyu tadi. Sebenarnya kalau bisa juga Jihoon tidak ingin menyalakan lampu. Namun ia perlu untuk menyalakannya.

Hal itu sontak membuat Junkyu terbangun. Erangan pelan terdengar dari bibir Junkyu, membuat Jihoon menoleh.

"Junkyu-ya, kau tidak apa-apa? Apa kumatikan saja lampunya?", tanya Jihoon namun Junkyu menjawabnya dengan tidak jelas sehingga ia terpaksa menghampiri Junkyu.

"Maaf, kau jadi terbangun.", Jihoon yang telah duduk di tepi kasur Junkyu mengusap kepala Junkyu juga mengusap bawah mata Junkyu yang tampak sayu.

"Eum, tidak apa-apa.", ucap Junkyu setengah berbisik.

"Tenggorokanmu sakit sekali? Jawab dengan anggukan saja, tidak usah pakai suara.", tanya Jihoon sembari mengelus pelan bagian leher Junkyu.

Junkyu menggeleng pelan lalu mengangkat tangannya untuk memberi gestur bahwa tenggorokannya hanya sakit sedikit.

"Kau dari mana?", tanya Junkyu sangat pelan.

"Sudah kubilang tidak usah pakai suara. Aku dari kamar tempat kita makan. Tadi Ruto live, sekalian aku ikut sebentar.", jawab Jihoon, diberi anggukan kepala oleh Junkyu.

Baru saja Junkyu membuka mulutnya untuk berbicara, jari Jihoon segera menahan bibir itu untuk terbuka lebih lagi. Junkyu mengerutkan keningnya, sedikit kesal. Ayolah, ia hanya sedikit sakit tenggorokan. Lagipula selama konser tadi saja ia bisa bernyanyi dengan baik.

"Jaga suaramu baik-baik. Kau ini termasuk vokalis utama. Suaramu harus tetap prima.", ujar Jihoon, mencubit pelan pipi Junkyu karena gemas.

Yang dicubit hanya mengerucutkan bibir, sembari sedikit menatap sinis pada Jihoon.

"Kenapa menatapku seperti itu?", Jihoon mengusap sudut mata Junkyu dengan jari telunjuknya.

"Berbicara sedikit tidak akan membuat tenggorokanku semakin sakit.", keluh Junkyu dengan suara yang terdengar serak.

"Kau dengar sendiri kan? Suaramu sekarang sedang serak Junkyu-ya.", ucap Jihoon menghela napas.

Junkyu mendengus pelan.

"Aku selalu khawatir kalau kau sakit seperti ini. Kau memang tidak merengek, tidak mengeluh, tapi itulah yang membuatku khawatir.", lagi Jihoon menghela napas.

"Wae?", Junkyu bertanya karena ia memang bingung dengan ucapan Jihoon.

"Kau menyimpan semuanya sendiri karena tidak ingin membuat orang lain khawatir. Tapi tubuhmu berkata lain.", usapan kembali Junkyu rasakan pada kepalanya.

"Kau benar. Bagaimana pun tubuhku tidak bisa berbohong.", Junkyu tertawa kecil dengan mata yang menyipit.

"Lihat eo? Siapa yang tertawa sekarang?", Jihoon kini mencubit kedua pipi Junkyu.

"Kim Junkyu.", jawab Junkyu enteng masih cengengesan.

"Kau ini benar-benar.", Jihoon hanya bisa pasrah. Yah, selama Junkyu tetap ceria, ia tahu kondisi Junkyu akan cepat pulih.

"Aku akan sembuh dengan cepat. Kau tahu kan aku Kim Junkyu.", ucap Junkyu bangga dengan bibir manyun.

"Iya aku tahu. Tapi tetap saja, jangan banyak bicara dulu.", Jihoon mengusak kepala Junkyu.

"Ne ne hyungnim~", Junkyu berucap dengan nada riang, sedikit meledek Jihoon.

"Dasar.", Jihoon hanya tertawa menanggapinya.

"Aku mandi dulu. Lampunya akan kumatikan jadi kau bisa tidur lagi.", Jihoon berdiri dari duduknya. Baru saja mengambil satu langkah, sweatshirt ditarik oleh Junkyu.

"Kiss?", Junkyu meminta dengan puppy-eye-nya.

Jihoon lagi-lagi terkekeh karena Junkyu. Ia menunduk lalu mengecup kening Junkyu cepat.

"Ahh.. di sini.", Junkyu menggeleng, sedikit merengek lalu menunjuk bibirnya.

"Junkyu-ya, kau tahu aku tidak akan berhenti begitu saja kalau kau minta aku mencium bibirmu."

"Aish.. baiklah, sana mandi.", usir Junkyu, menarik selimut untuk menutupi sekujur tubuhnya.

Jihoon segera menarik turun selimut Junkyu. Jarinya menjepit dagu yang lebih muda kemudian memberikan apa yang diinginkan kekasihnya itu. Satu kecupan singkat di tempar yang diinginkan Junkyu. Ya, hanya satu kecupan singkat.

"Istirahatlah.", ucap Jihoon diakhiri dengan tawa kecil. Sebenarnya kalau bukan karena Junkyu sakit, Jihoon mungkin tidak akan menahan diri. Tapi ya, pemuda asal Chungju, kekasihnya itu sedang sakit. Jihoon cukup tahu diri.

Junkyu membalas dengan tawa manis.

"Kalau begitu aku tidur ya.", ucapnya, menyamankan posisi di bawah selimut.

"Eo, jalja~", balas Jihoon, menyisir poni Junkyu sejenak.

Setelah mata Junkyu terpejam, Jihoon beranjak untuk mematikan lampu kamar kemudian membersihkan diri di kamar mandi.

.
.
.
.
.
.

Mas ganteng kalau lg bucin sama ayang keliatan deh sikap manisnya itu 😌Kek apasih jikyu tuh manis banget 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas ganteng kalau lg bucin sama ayang keliatan deh sikap manisnya itu 😌
Kek apasih jikyu tuh manis banget 🤧

Act of service-nya gak tanggung2 yeu
Pokoknya kalau ji udah ngomongin kyu atau kyu ngomongin ji tuh berasa kek mrk lg cerita ttg pacarnya dih.. emg boleh ya semanis ini kalian ???

Segini dulu
See ya next~

Our Precious Kyu (2) [Junkyu x All]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang