Dilemma - Jihoon

1.2K 109 12
                                    

Bukan Park Jihoon namanya jika sehari saja tidak menggoda Junkyu. Bahkan saat ia sedang berada di salon saja, ia sempatkan waktunya untuk mengganggu waktu tenang Junkyu yang sedang menyapa penggemar melalui siaran langsung. Jihoon sengaja mengirim permintaan untuk bergabung dalam siaran langsung Junkyu dan ia langsung memulai aksinya dengan menirukan cara bicara Junkyu pada penggemar, tepat ketika Junkyu memberinya akses untuk bergabung.

Beberapa saat ia terus berbicara seperti itu, hingga membuat Junkyu kehabisan kata-kata. Jihoon segera menerima sinyal itu. Pikirnya Junkyu mungkin mulai kesal. Karena itu ia segera menyudahi aksinya. Namun melihat Junkyu yang kembali bercanda dengan wajah yang ceria, Jihoon kembali melanjutkan aksi menggoda dalam ledekannya itu.

Sungguh beberapa menit yang cukup panjang bagi Junkyu, harus menghadapi kejahilan Jihoon padanya. Meski hanya sebentar, Junkyu memang sedikit kesal, hanya sedikit. Setelah Jihoon pergi dari siaran langsungnya, Junkyu melanjutkan kegiatannya itu beberapa menit lagi, hingga akhirnya ia rasa cukup dan berpamitan pada penggemar lalu segera mengakhiri siaran langsungnya.

Setelah ia mematikan siaran langsungnya, ia keluar dari studionya dan membuang sampah bekas makanannya tadi. Yang dilakukannya kemudian yaitu mengatur kopernya di ruang tengah untuk keberangkatannya ke Jepang nanti. Ia hanya membawa beberapa pakaian, seperti yang biasa ia bawa. Kemudian ia persiapkan baju yang akan dipakainya saat berangkat nanti.

Baru saja menutup kopernya, ia mendengar seseorang memasukkan kode pintu dorm mereka. Pikirnya itu mungkin manajer mereka. Namun tebakannya yang benar. Dari langkah kakinya saja Junkyu sudah tahu siapa itu.

"Kim Junkyu~", sosok tak diundang itu segera melemparkan diri untuk memeluk Junkyu yang sedang duduk di lantai.

"Ya...", Junkyu merengek dan meronta, memasang wajah kesalnya. Ia ingin melepaskan diri dari pemuda yang tiba-tiba menyerangnya itu.

"Lepaskan, Park Jihoon.", erang Junkyu. Dengan tawa gemas, Jihoon melepaskan pelukannya dari Junkyu.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah harusnya kau kembali ke dorm-mu?", tanya Junkyu, tak menerima kehadiran pemuda Busan itu di dorm-nya.

"Aku datang menemuimu, tentu saja.", Jihoon mendekatkan wajahnya pada Junkyu hingga jarak mereka mengikis pesat.

"Bagaimana penampilan baruku? Bagus?", tanya Jihoon dengan senyum sumringahnya.

"Eo.", Junkyu menjawab singkat.

"Benarkah? Kau bahkan tidak melihatku dengan baik.", Jihoon menjepit dagu Junkyu, membawa wajah yang lebih muda darinya itu untuk sepenuhnya memberi atensi padanya.

Semu merah menghiasi wajah Junkyu ketika didapatinya jarak mereka begitu dekat saat ini. Junkyu sengaja memundurkan tubuhnya, ingin memberi jarak. Namun Jihoon semakin mendekat, menyudutkan Junkyu hingga kini tak bisa kabur darinya.

"Y-ya..."

Jihoon menyadari perubahan raut wajah Junkyu. Ekspresi malu Junkyu adalah yang terbaik menurut Jihoon. Pemuda Kim itu tampak begitu manis dan menggemaskan saat ia sedang tersipu malu seperti ini. Jihoon tidak akan pernah bosan menatap wajah pemuda itu.

"Lihat dengan baik. Kau menyukai penampilan baruku ini?", Jihoon kini menangkup pipi Junkyu, tidak memberi ruang pada Junkyu untuk menghindar.

"I-iya, aku sudah melihatnya.", Junkyu mendorong wajah Jihoon untuk menjauh, kesal dan malu jika harus diperhadapkan lebih lama dengan wajah pemuda itu.

"Kau belum menjawabnya, kau menyukainya atau tidak?", Jihoon menarik tangan Junkyu, menepiskan tangan itu dari wajahnya untuk kembali beradu tatap dengan lawan bicaranya.

"Tidak terlalu buruk.", jawab Junkyu, membuat Jihoon tertawa mendengar jawaban yang sudah bisa diduganya.

Jihoon mengusak rambut Junkyu, gemas pada pemuda manis itu. Junkyu kemudian mendorong pelan tubuh Jihoon, membuat jarak di antara keduanya. Ia kembali fokus pada kopernya, menutup tas kotak miliknya yang telah ia isi itu.

"Kau sudah mengatur kopermu?", tanya Junkyu.

"Belum. Setelah ini aku akan mengaturnya. Atau mungkin besok."

"Hmm."

"Junkyu-ya."

"Kenapa?", Junkyu layangkan pandang, memberi atensi pada Jihoon yang memanggil namanya.

Jika bertanya pada Jihoon tentang apa yang dirasakannya pada Junkyu saat ini, maka jawabannya masih sama. Ia masih terus berharap, dan ia yakin yang lain juga sama sepertinya.

"Tidak apa-apa.", Jihoon berucap lembut, menyisakan senyuman kecil di wajahnya.

Junkyu mengerutkan kening, memberi tatap menelisik untuk mencari tahu apa yang sedang disembunyikan pemuda Busan di hadapannya ini.

"Apa yang kau sembunyikan?", tanya Junkyu.

"Aku tidak pernah menyembunyikan apapun darimu.", Jihoon tertawa kecil. Ia sekali lagi mengusak rambut Junkyu, gemas.

"Ya ya ya..."

"Bahkan tidak dengan perasaanku padamu.", ucapan Jihoon membuat Junkyu terdiam.

"Aku tahu bukan aku sendiri yang menginginkanmu. Semakin kupikirkan, aku semakin ingin memilikimu untuk diriku seorang. Mengapa kau begitu sulit? Tidak, kurasa kami yang mempersulitmu, benar kan?", tangan Jihoon kini menangkap wajah Junkyu, mengusapnya pelan. Entah sejak kapan suasana di antara keduanya terasa begitu tenang dan sedikit emosional.

"Kalau kalian tahu kalian mempersulitku, seharusnya kalian berhenti.", ucap Junkyu pelan. Ditepiskannya tangan Jihoon perlahan, bermaksud memberi tanda penolakan.

"Kau benar.", Jihoon tersenyum getir. Baik dirinya maupun yang lainnya, mereka tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Tapi mereka memilih untuk mempertahankan ego masing-masing, bersaing dengan cara mereka sendiri untuk memenangkan hati seorang Kim Junkyu.

"Tapi Junkyu-ya, kurasa bukan saatnya aku berhenti di sini. Tidak mungkin aku berhenti di saat kau selalu merespon segala sesuatu yang kulakukan padamu.", Jihoon kembali mencari pembelaan diri. Ia menempatkan tangannya sekali lagi menangkup wajah pemuda manis di hadapannya, dan kali ini, Junkyu tidak menghindar atau menepisnya.

"Lihat, kau tak lagi menepisku.", ucap Jihoon.

Junkyu sadar sepenuhnya akan apa yang dilakukannya. Dirinya terlampau jauh jatuh dalam dilema. Ia sendiri tahu persis, tidak ada gunanya menghindar.

"Akan ku anggap kau memberiku izin untuk melakukan apa yang akan kulakukan sekarang.", lanjut Jihoon yang lagi-lagi tidak dihiraukan Junkyu. Pemuda kelahiran September itu hanya diam, membalas tatap Jihoon dengan bimbang.

Suasana menjadi semakin hening di antara keduanya. Adu tatap mereka tak berlangsung lama karena yang terjadi selanjutnya, kedua pemuda itu telah memejamkan mata dan saling mempertemukan bibir.

Junkyu harus akui, dirinya semakin terbiasa dengan semua perlakuan ini. Tak ada niatan untuk berhenti meski ia tahu tak seharusnya mereka melakukan ini. Namun setiap kali hal ini terjadi, hati Junkyu kembali mengambil alih, lagi dan lagi.

.
.
.
.
.
.

Holaabukan bf series wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holaa
bukan bf series wkwk

Segini duluu
See ya next~

Our Precious Kyu (2) [Junkyu x All]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang