Nagisa melihat formulir magang miliknya, dia sudah mendapatkan beberapa referensi oleh Ritsu serta saran yang sekiranya dapat membantu dia untuk memaksimalkan kemampuannya.
"Kenapa tidak kamui wood saja? Dia juga memiliki kemampuan kayu bukan? Sama seperti mu."
Berjalan dengan santai di lorong gedung utama UA, mencari letak ruang guru dan segera memasukinya.
"Ah tepat sekali waktunya." Ucap Hawks yang berada di ruang guru itu, meminta Nagisa untuk menghampirinya.
"Kau sudah menentukan tempat magangmu?" Tanya Hawks.
Nagisa mengangguk, "Tempat Kamui Wood, kenapa?"
"Mau ikut denganku sebentar? Ke tempat kenalanku." Ajak Hawks.
"O-Okay?" Jawab Nagisa dengan tak yakin.
"Tunggu di luar sebentar, aku ada urusan denganya."
Nagisa mengangguk, dia keluar dari ruang guru menunggu di dekat ruangan itu.
Rasa tak nyaman menyelimutinya, saat beberapa pasang murid menatap ke arahnya. Perasaan itu seakan muncul, padahal sudah lama dia lulus dari title sebagai murid buangan. Atau itu hanya perasaannya saja? Tidak akan ada yang tahu kan siapa dirinya di masa lalu selain teman sekelas dan beberapa guru maupun petinggi UA?
"Menunggu lama?" Hawks keluar dari ruang guru bersama dengan siswa surai dwi warna minim ekspresi itu.
"Tidak Ta- maksudku Hawks-san." Nagisa meralat ucapannya, tidak banyak yang tahu mengenai nama asli dari hawks, bahkan beberapa pro hero pun mengenalnya dengan Hawks bukan Takami Keigo.
"Shoto, ayahmu ada di tempat kan?" Hawks berbincang, ketiganya memasuki salah satu kendaraan milik Hawks yang jarang sekali dia pakai. Alasannya, terbang dengan sayapnya jauh lebih cepat daripada naik mobil.
"Oyaji? Ada perlu dengannya?"
Hawks tak menjawab hanya memberikan kesan misterius kepada surai dwi warna itu. Sedangkan surai dwi warna itu juga tak terlalu ambil pusing.
Memasuki suatu gedung pencakar langit, Nagisa mengikuti dua orang yang seolah sudah hapal dengan gedung itu.
"Tunggu dulu di sini, aku ada urusan dengan Enji-senpai." Ucap Hawks menyuruh Nagisa untuk menunggu di ruang tunggu.
Todoroki Shoto nampak canggung, saat Hawks memintanya untuk menemani seorang gadis di ruang tunggu. Dirinya yang memang tipe pendiam tak tahu harus bersikap apa disituasi seperti ini.
Dan jadilah tak ada percakapan diantaranya, bahkan suara pendingin ruangan lebih mendominasi.
"Maaf-maaf, apa kalian menunggu lama?" Hawks keluar dengan wajah tanpa dosa saat meninggalkan Nagisa di lingkungan yang tidak ia kenali.
"Tidak juga." Untungnya yang di ajak Nagisa, bukan Karma maupun Nakamura yang akan balas dengan sindiran.
"Baiklah karena aku sudah berbincang dengan agensi top 2, kau bisa magang di sini." Ucap Hawks sambil menepuk pundak gadis biru itu.
"Aku? Di agensi top 2? Kenapa aku?" Nagisa tak begitu yakin kemampuannya cukup berkesan dan dapat membantu top 2 hero. Di anggap layak oleh top 2 hero saja, Nagisa tak yakin.
"Tadinya aku mau memasukimu di agensiku, tapi aku lupa ada hal yang harus aku lakukan. Jika kau bisa terbang lain cerita."
Hawks mendekat seraya berbisik, "Seraplah semua ilmunya, dia itu jarang mau menerima murid magang kecuali anaknya sendiri. Aku tinggal dulu." Hawks menepuk pundak Nagisa dua kali sebelum akhirnya keluar dari gedung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assain Vs Hero
FanfictionApa jadinya jika murid kelas pembunuh tiba-tiba memiliki quirk? Dan Koro-sensei dapat kembali ke bentuk manusia? Apa jadinya jika murid kelas pembunuh terpaksa memasuki UA bahkan sebelum penerimaan murid baru UA? Lantas siapa yang akan menang? Calon...