Mesin cetak mengeluarkan hasilnya, berupa foto yang sudah diabadikan. Mengguntingnya dan mengumpulkannya jadi satu, Isogai tak sengaja menyentuhnya, membuatnya merasa pergi entah kemana.
Suasana bar dengan lampu temaram, aroma alkohol pekat tercium oleh Isogai, dia meyakini tadi masih berada di wilayah percetakkan khusus kelas pembunuh. Isogai berjalan secara sembunyi-sembunyi. Hingga tanpa sadar matanya menatap salah seorang gadis yang dia kenal.
"Hei kau sedang apa di sini?!" Perkaraan itu membuat Isogai Yuuma mati kutu berhadapan dengan sosok tinggi besar nan kekar membuatnya meneguk ludah.
"Ano..., ma-maaf."
Suara kikikan tawa terdengar di seluruh bar. "Lihat dia sudah mabuk malah mengomeli tiang."
"Biarkan saja dia dengan fantasi gilanya."
"Mungkin dia bisa melihat arwah tiang."
"Bukankah itu menyeramkan? Tempat ini berhantu dong?"
Isogai mengernyit mendengarkan komentar itu dia lantas melirik belakangnya memang benar sebuah tiang. Pria besar itu semakin mendekat padanya membuat Isogai mau tidak mau mundur. Saat dipastikan akan menabrak tiang, setengah tubuhnya menembus tiang.
"Tunggu, aku bagaikan arwah disini?" Gumamnya.
Dia mengarahkan tangannya, dan tangannya menembus tubuh pria itu.
"Aku mengerti." Monolognya, Isogai berjalan dengan santai menembus pria itu. Tidak lupa dia mencoba pada orang lain dam semua tembus.
Ok, dia menyadari tingkahnya mendadak aneh dan gila.
"Aku bukan Karma yang usil, jadi aku sudahi saja ini."
Berjalan mencari sosok gadis yang dikenalnya dan mendapati gadis itu tengah membawa nampan besar berisikan minuman beralkohol serta beberapa cemilam teman mabuk. Mengantarkan satu meja ke meja lain, Isogai ingin sekali menghajar sekumpulan manusia rendah yang dengan sengaja menyentuh tubuh gadis itu, atau sekedar mencoleknya.
"Jika Karma memiliki kemampuan ini, sudah dipastikan dia akan menghajar mereka semua."
Matanya menyimak dengan seksama adegan setiap adegan yang terjadi, layaknya seperti menonton film layar lebar dengan tambahan sensasi 3 dimensi itu. Pria lain tidak gendut tapi paruh baya itu mendekati gadis yang dikenalnya. Dia terlalu dekat pada gadis itu, memeluknya dari belakang, mengendusnya membuat gadis itu tak nyaman.
Mendengarkan dengan seksama, pria itu membawa si gadis ke tempat lain. Dengan setia Isogai mengikutinya dari belakang. Mereka berhenti dan masuk di salah satu kamar. Tidak perlu masuk semua, cukup kepala saja, Isogai dapat melihat apa yang terjadi di dalam.
Gadis itu tampak risih saat tubuhnya tersentuh oleh pria mabuk itu. Sedangkan pria itu tampak bernafsu ingin memuaskan fantasinya.
"Oh ayolah, aku tidak mungkin menonton rating dewasa kan? Jika Hiroto maupun Taiga atau murid jurusan pahlawan itu ku yakin mereka membutuhkan tisu."
Perbuatan pria itu tentu saja membuat Isogai geram, hingga akhirnya dia melihat pria itu jatuh terlelap di atas ranjang.
Suara percakapan membuatnya mengernyit. "Toga-san? Bukankah itu sama seperti nama gadis yang menangkap Asui itu?"
Saat dia tengah berpikir, sebuah lubang hitam menenggelamkan kedua gadis itu bersama dengan pria tak sadarkan diri.
Isogai mengerjap beberapa kali, kini ruangan berganti menjadi tempat semula, tempat cetak foto dengan aroma kopi.
"Apa itu? Sebentar aku bisa masuk ke dalam foto??" Nafasnya sedikit terengah, dia lantas melihat foto pertama foto bar yang sudah dia ambil sebelumnya. Isogai meletakkan foto itu tepat di belakang, kini fokusnya terganti dengan foto gang sempit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assain Vs Hero
FanfictionApa jadinya jika murid kelas pembunuh tiba-tiba memiliki quirk? Dan Koro-sensei dapat kembali ke bentuk manusia? Apa jadinya jika murid kelas pembunuh terpaksa memasuki UA bahkan sebelum penerimaan murid baru UA? Lantas siapa yang akan menang? Calon...