Berjalan menelusuri lorong dengan banyak belokan, kini dirinya beserta anggota penjahat lain tibalah di dalam ruang khusus penelitian. Terlihat banyaknya tabung penelitian dengan berbagai ukuran, monitor, serta obyek penelitian.
Pria paruh bayah itu memencet keyboard membuat salah satu objek penelitiannya keluar. Makhluk itu mengaum membuat kebisingan di ruangan.
"Jadi siapa yang mau melawannya?"
Spinner mundur selangkah, karena dia enggan berurusan dengan makhluk itu. Toga juga begitu, melihat bentuk yang tidak indah membuat selera bertarungnya menghilang. Dabi menaik turunkan bahunya, tampak acuh sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.
"Sepertinya ini debut untukmu nona, perlihatkan kekuatanmu." Suara All for one yang muncul entah dari mana.
Nagisa menghela nafas, sebelum akhirnya latar tempatnya kini berubah menjadi hamparan padang rumput dengan beberapa bebatuan serta pepohonan.
"Nah nona tunjukkan kemampuanmu, apakah kau memang layak untuk menjadi bagian dari kami, ataukah kau akan menjadi seperti makhluk itu." wajah ditutupi topeng itu menyeringai, sebelum akhirnya meninggalkan dirinya seorang diri bersama dengan nomu.
"Secara tidak langsung jika aku gagal aku akan mati? Bagus setidaknya bukan mereka yang mati."
Nomu itu mengaum keras membuat angin bertiup ke arahnya, beberapa pohon tumbang, sera bebatuan ikut terbang. Dengan tangan besarnya, Nomu itu mulai menyerang. Nagisa mundur beberapa kali. Dia menarik nafas membekukan kaki makhluk itu. Serangan itu tak ada artinya bagi makhluk tersebut, dengan kekuatannya nomu dapat terbebas dari belenggu es pada kakinya.
"Aku tidak bisa menggunakan kemampuanku sembarangan. Akan sangat menyulitkan jika aku memang dijadikan objek penelitian." Ucapnya sembari lompat ke kiri saat Nomu itu menyerangnya.
Nagisa menghentakkan kakinya, membuat kayu mengikat secara sempurna. Dia menghilang dari hadapan nomu itu, dan muncul tepat di titik buta. Mengeluarkan bilah pisau es miliknya, Nagisa menebas nomu itu membuatnya terjatuh.
All for one menyeringai di balik topengnya, "Tinggal dipoles sedikit dia akan bisa menjadi hero hunter mematikan." lantas dia menoleh ke arah dokter itu.
"Awasi dia, berikan cukup nutrisi padanya."
"Apakah kita harus menanamkan quirk lain? Dan menguji cobanya?"
"Tak perlu, dengan quirk seperti itu saja dia bisa mengalahkan nomu rank A, akan sangat gawat jika dia akhirnya berubah menjadi nomu."
Menatap nomu yang sudah tumbang, Nagisa menghela nafas, "Sepertinya aku berlebihan deh. Tapi sejak tadi aku tidak berubah menjadi itu kan?"
Portal hitam terbuka menampilkan All for one serta pria berkapaian dokter itu, "Sudah cukup, kau boleh beristirahat nona. Segala keperluanmu minta saja dengan Kurogiri."
***
Setelan casual melekat pada tubuhnya, menyambar tas pinggang di dada, Karma keluar dari asrama tempatnya berada. Dia mengikuti kristal yang ada di dalam layar. Menaiki transportasi umum, berjalan kaki, hingga kini dia tiba di salah satu kediaman cukup luas bernuansa tradisional itu.
Memastikan sesuai dengan apa yang terletak di layar, Karma memencet bel di pintu dengan tulisan Todoroki di sana.
"Hai hai, siapa disana? " Suara wanita riang menyapa, pintu terbuka menampilkan wanita dewasa dengan kacamata melekat di batang hidungnya, rambutnya bewarna putih dengan sedikit merah di beberapa bagian.
"Temannya Todoroki Shouto. Akabane Karma, dia ada?"
Wajah wanita itu memancarkan kebahagiaan, "Todoroki Fuyumi, Kakak perempuannga Shouto, dia ada di dalam. Wah.., Shouto punya teman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assain Vs Hero
FanfictionApa jadinya jika murid kelas pembunuh tiba-tiba memiliki quirk? Dan Koro-sensei dapat kembali ke bentuk manusia? Apa jadinya jika murid kelas pembunuh terpaksa memasuki UA bahkan sebelum penerimaan murid baru UA? Lantas siapa yang akan menang? Calon...