⚠️ Kata Terlarang?

98 5 3
                                    

Note : ⚠️ ini berarti filler (tidak berkaitan dengan cerita utama), berisi hal di luar kisah utama.

•••

Tahun ke tiga SMP sebentar lagi berakhir, mereka semua sepakat memasuki sekolah bergengsi, apa lagi kalau bukan UA. Walau begitu, Koro-sensei membebaskan pilihan lain jika muridnya ingin masuk sekolah bergengsi normal.

Sudah memasuki bulan Februari, namun udara dingin tetap menusuk, memaksa setiap insan untuk mengenakkan mantel maupun jaket.

Gadis biru itu pulang seorang diri menelusuri jalan setapak penghubung antara dua dunia —gedung tua dengan gedung elit. Beberapa kali dia menggosokkan tangannya dan meniupnya untuk memberikan sensasi hangat pada tubuhnya.

"Aku tidak punya bakat api sih ya.." Monolognya.

"Oya, oya... Lihat siapa ini? Si tikus sedang kedinginan?" Si gendut tukang bully kelas D Tanaka Nobuta menatap penuh rendah.

"Aku pikir kelas E sudah pada mati. Mereka bahkan tidak terlihat saat upacara semester genap." Tak ada Chosuke menambahkan.

"Apa sekarang kaum sampah itu turun gunung untuk ujian masuk SMA?"

"Gagal ya? Kasihan, kalian harus susah-susah untuk ujian. Wajar sih, isinya orang bodoh semua."

Gadis itu tetap pada pendiriannya, menanggapi komentar netizen sangat tidak penting.

"Heee~ kalau begitu kita akan bertemu lagi dong." Memeluk dengan erat layaknya sahabat, Karma memberikan senyuman iseng seperti biasa.

"A-Akabane?! Kau akan melanjutkan ke Kunugigaoka?!" Pekik dua pem-bully itu keringat dingin serta rasa takut yang tak wajar.

Bukannya membalas, Karma hanya tersenyum saja, mempererat rangkulannya.

Nagisa menatap datar sosok sahabatnya itu, "Karma-kun, bisakah kau berhenti untuk tidak iseng? Dan lagi kau sudah mendapat sekolah bergengsi lain bukan?"

"Cih, mana ada sekolah lebih bergengsi daripada Kunugigaoka." Tanaka menepis rangkulan pada pundaknya itu.

"Oya oya, tidak tahu? Kalian belajar terus tapi tidak tahu sekolah pencetak masa depan cemerlang seperti UA?" Telunjuk serta ibu jari Karma mengusap dagunya layaknya sedang berpikir serius.

"Sekolah dengan kostum bodoh itu? Kau bercanda? Memangnya kau punya kekuatan super sebagai syarat masuknya?" Takada merapihkan jaket yang dia pakai, membetulkan letak kacamata miliknya.

Karma menggerakkan telunjuk miliknya, "Kau pikir UA hanya ada jurusan pahlawan? Jurusan umumnya juga tidak kalah bagus, yang ku dengar lulusan jurusan umum UA diterima kerja sebagai staff si agensi Hawks itu bagus bukan?"

"Cih paling hanya customer service, maupun tukang bersih-bersih. Oh iya itu cocok untuk kalian."

Karma menyilangkan kedua tangannya dibelakang kepala, "Ah..., seandainya saja aku tidak lolos masuk UA dengan peringkat pertama, sudah gitu beasiswa dan dijamin pula masuk kuliah maupun kerja ditempat bergengsi, aku pasti bisa bertemu kalian lagi."

Kedua pem-bully itu mengepal kesal, merasa harga diri sudah terinjak-injak, mereka berlalu meninggalkan kedua pasangan merah biru itu.

"Seperti yang diharapkan oleh Akabane Karma." Ujar Nagisa.

Karma tersenyum lembut menghampiri gadis yang sudah menjadi cinta pertamanya sejak kecil itu. "Kau kedinginan? Padahal quirkmu es tapi kau tidak tahan dingin?"

Nagisa menghela nafas, "Kau pikir mudah untuk beradaptasi saat memiliki di usia segini hm? Normalnya quirk muncul saat usia 5 tahun."

'Kau salah Nagisa, Kau sudah memilikinya, namun semua hal sejak kejadian itu kau melupakannya, ibu mu selalu membawa dirimu ke dokter untuk menghilangkan quirkmu itu.'

Assain Vs HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang