Stefan harus mengakui masakan Andrea enak dan bisa masuk ke dalam perutnya yang terbiasa makan makanan mahal dan buatan chef terkenal.
Pasangan suami istri itu sarapan dalam diam, Andrea makan dengan lahap lalu tiba tiba ia teringat akan sesuatu.
"Pak Stefan" Panggilnya tiba tiba membuat Stefan sedikit kaget.
Stefan menatap perempuan itu tanpa berkata apapun, menunggu ucapan selanjutnya.
Apakah perempuan itu tidak bisa memanggilnya dengan pelan? .
"Apakah kita tidak perlu patungan untuk biaya rumah tangga?" Tanya Andrea lagi.
Ia tidak mau terjadi kesalah pahaman di antara mereka. Ia mengacu dari rumah tangga kakaknya yang berasal dari saling mencintai saja bisa seperti itu apalagi mereka yang tidak saling mengenal pada awalnya.
"Tidak perlu, aku sudah menikahimu jadi biaya rumah tangga aku yang akan menanggungnya" Sahut Stefan lalu ia mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya.
Ia menyodorkan kartu itu ke Andrea "pakailah ini untuk biaya rumah tangga. Di kartu itu ada saldo 250 juta kamu bisa memakainya untuk membeli barang kebutuhan rumah ini termasuk juga kalo kamu ingin menambah furniture rumah ini asal kamu memberikan aku perincian tiap bulan".
Andrea melirik kartu itu " Nggak perlu, aku akan patungan sesuai harga barang yang aku beli, untuk kebutuhan sehari hari anggap aja aku bayar sewa padamu"tolaknya
Stefan berdehem pelan, ia tahu sudah ia menyinggung perasaan perempuan ini. Ia tetap menyodorkan kartu itu ke Andrea.
"Maksudku bukannya aku mencurigaimu tapi aku belum pernah menikah, aku tidak tahu berapa pengeluaran yang di keluarkan oleh pasangan yang sudah menikah" Kilahnya sambil menatap wajah perempuan itu.
"Aku ada gaji kok"
"Terimalah.. Ini tanggung jawabku sebagai suamimu" Ujarnya "dan kalo kamu masih butuh furniture tambahan kamu bisa beli".
Andrea diam saja lalu ia mendongak menatap suaminya.
" Kalo aku beli ayunan sama bunga boleh buat di balkon?"tanyanya.
"Kamu adalah istriku, kamu nyonya rumah di sini. Kamu boleh memutuskan sendiri kecuali masalah besar aku harus tahu" Ucap Stefan "oh ya tiap hari aku sibuk di kantor, kamu tidak perlu menelepon ku untuk hal tidak penting".
" Aku juga tidak memiliki no teleponmu kok"sahut Andrea sambil tertawa. "Aku juga bukan pengangguran jadi aku tidak akan meneleponmu setiap waktu lagian kamu juga sepertinya bukan orang yang enak di ajak ngobrol".
Stefan terdiam.
Perempuan ini sungguh berani sekali!! Batinnya sambil kembali menekuri piringnya.
Lalu ia teringat sesuatu, ia cepat cepat menghabiskan sarapannya lalu ia membantu Andrea membereskan piring kemudian ia masuk ke dalam kamar cukup lama.
Andrea mencuci pakaiannya di ruang laundry lalu ia menjemurnya di balkon. Ia cukup mengagumi apartemen Stefan ini. Walaupun pria itu sangat dingin dan sepertinya apartemen ini tidak di huni oleh pria es itu tapi memiliki furniture yang sangat lengkap dan canggih.
Andrea menjemur pakaiannya di balkon lalu ia segera membersihkan apartemen baru kemudian setelah selesai semua, ia duduk bersandar di sofa.
Walaupun apartemen ini hanya di huni oleh dua orang dan baru di tempati saat malam tiba, apartemen ini harus di bersihkan dengan teliti.
Saat Andrea sedang beristirahat di sofa, pintu kamar Stefan terbuka. Andrea sama sekali tidak menoleh.
Stefan mendekatinya dan menyodorkan selembar surat. Ia berdehem hingga Andrea menoleh ke arahnya.
Andrea menerima surat yang di berikan oleh Stefan, ia menegakkan tubuhnya dan membaca surat itu.
Rupanya Stefan membuat surat perjanjian yang isinya mereka tidak akan melakukan hubungan suami istri seperti pasangan suami istri pada umumnya. Andrea juga tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing masing, ia tidak boleh mengharapkan atau meminta sepeser uangpun dari Stefan maupun keluarganya. Mereka akan menikah selama setahun dan apabila tidak cocok mereka akan bercerai.
Intinya perjanjian itu hanya memojokkan Andrea saja, tapi Stefan masih berbaik hati jika mereka akan bercerai. Ia akan memberikan unit apartemen yang mereka tempati, mobil yang Stefan pakai kepada Andrea.
"Andrea, aku rasa perjanjian ini bisa kamu tanda tangan karena pernikahan kita tidak di ketahui umum dan aku juga tidak menyentuhmu jadi waktu nanti misal kita bercerai kamu tidak akan di rugikan".Ucap Stefan menjelaskan secara rinci kepada Andrea.
Andrea mengangguk anggukkan kepalanya lalu ia dengan santai meminta pulpen ke Stefan dan tanpa ba bi bu ia segera menanda tangani perjanjian itu.
" Kamu mengira aku perempuan yang mengincar hartamu ya?"gurau Andrea sambil tertawa memandang Stefan. Lalu ia menyodorkan kembali perjanjian itu ke Stefan untuk ia tanda tangani.
"Kamu benar benar sangat teliti dan berhati hati, pak Stefan. Jika berhadapan dengan kamu begini semua orang akan berpikir dua kali untuk bicara atau mengadakan transaksi denganmu." Pujinya sambil menerima satu lembar perjanjian itu lalu ia melipatnya dan di masukkan ke dalam celana pendeknya.
Stefan diam saja mengamati tingkah istrinya, ia pikir istrinya akan marah besar saat membaca perjanjian itu karena perjanjian itu benar benar tidak memberikan keuntungan kepada perempuan itu.
Andrea kembali menyandarkan punggungnya ke sofa lalu ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia segera bangkit berdiri.
"Mau kemana?" Tanya Stefan heran melihat perempuan itu berdiri.
"Aku harus ke kedai"
"Kedai apa?" Tanya Stefan mengernyitkan dahinya. Ini kan akhir pekan, perusahaan tempat Andrea bekerja libur pada hari Sabtu dan Stefan tahu dengan jelas hal itu.
Andrea berhenti berjalan dan menoleh ke suaminya "aku dan temanku buka kedai ayam goreng dan biasanya akhir pekan begini akan sangat ramai sekali" Jawabnya.
Andrea segera meninggalkan Stefan dan masuk ke kamarnya. Ia mandi dan berganti pakaian , memakai skin care dan menyapukan bedak tipis ke wajahnya kemudian mengoleskan lipbalm ke bibir mungilnya. Baru ia menyambar tas dan kunci motornya lalu segera keluar dari kamar.
Ia melihat Stefan duduk di depan televisi, ia berhenti sejenak.
"Pak Stefan, aku berangkat dulu. oh ya untuk makan siang aku sudah memasak dan bisa kamu makan nanti siang. Tenang saja masakan yang aku buat aman dan tidak akan meracunimu" Godanya sambil tertawa
"Aku pergi dulu ya, pak, nanti pintunya jangan di kunci".
" Memang kamu pulang jam berapa?"
"Kedaiku tutup jam 9 malam" Sahut Andrea sambil duduk memakai sepatu kets nya lalu ia bangkit berdiri dan segera keluar dari apartemennya.
Stefan cuma melirik perempuan itu tapi ia tidak mengatakan apapun. Bibir tipisnya terkatup rapat lalu ia bangkit berdiri dan berjalan ke balkon rumahnya.
Ia melihat Andrea keluar memakai motor nya, ia tetap memasang wajah dingin menatap kepergian istrinya.
Ia tahu Andrea bekerja di G & S Food anak perusahaan Wijaya Group nya tapi Stefan tidak langsung berkecimpung disana. Untunglah ia sudah menyelidiki latar belakang perempuan kesayangan neneknya itu jadi ia dapat berhati hati.
Stefan tidak ingin wanita itu tahu identitasnya yang sebenarnya sebelum ia tahu benar watak dan karakter istrinya. Juga ia tidak akan pernah membiarkan perasaan cinta atau semacamnya itu tumbuh di hatinya untuk perempuan itu.
"Huh.. Kita lihat saja siapa sebenarnya dirimu dan apa motif mu menerima pernikahan denganku. Kita akan menunggu lama kelamaan watakmu dan siasat licikmu terbongkar!" Gumamnya sambil terus mengawasi istrinya naik motor sampe hilang dari pandangan.
**
Hello
Gimana dengan bab ini??
Jangan lupa tap love dan komen nya ya teman temanHappy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Kawin
Romance"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih untuk menerima tawaran menikahi cucu sulungnya orang yang sudah ia tolong. Tidak ia sangka yang akan ia...