Part 109

3K 216 7
                                    

" Semalam kamu tidur dimana,Dimas?"

Baru saja Dimas masuk ke dalam rumah, ibunya langsung mencecarnya dengan pertanyaan yang paling Dimas takuti.

" Ibu ngagetin aja! Baru masuk langsung di tanya begitu." Sahut Dimas mengalihkan pembicaraan. Semalam ia pamit ke ibunya tapi dia memang sengaja tidak mengatakan dimana ia tidur.

" Arumi masuk dulu ya ama mbak Ani! Nenek mau ngomong ama papa dulu!" Ucap neneknya lalu memanggil Ani asisten rumah tangganya " Ani...Ani tolong bantu Arumi sebentar ya, antar ke kamarnya!"

" Baik, Nyonya besar" sahut Ani sopan " Ayo, Non Arumi, mbak antar ke kamar."

" Duduk, Mas! Ibu mau bicara!"

Dimas duduk di sofa di seberang ibunya. Kalau ibunya sudah mode serius dan manggil dia dengan sebutan " Mas " berarti tanda dia ga bisa lagi berkilah.

Ibunya sejak kecil memanggil dirinya dengan sebutan Mas untuk membuatnya mengerti bahwa ia adalah anak sulung yang bisa bertanggung jawab dengan hidupnya dan bertanggung jawab pula dengan adiknya,Heru.

Dan jika ibunya sudah memanggilnya dengan sebutan Mas tapi tidak di hadapan adiknya berarti ibunya sedang bicara serius dengannya dan harus jujur pada ibunya. Apalagi sejak Dimas menikah Ibunya sudah jarang memanggilnya dengan sebutan " Mas " lagi.

" Semalam mas tidur dimana?" tanya Ibunya serius sambil menatap mata putra sulungnya ini.

" Ehm..tidur di rumah Briana, Bu" jawab Dimas jujur kepada ibunya.

" Kamu ngapain aja disana?"

"Em..itu...itu.."

" Mas, Ibu sudah pernah ngomong kan kalau kamu udah gak bisa nahan hasrat kamu ngomong sama ibu, Ibu akan lamar itu perempuan langsung. Ibu tahu kamu laki laki normal, tapi ingat kamu punya anak perempuan. Jangan suka mempermainkan perempuan!"

" Bu, Dimas ngga ada maksud mempermainkan Briana. Jujur Dimas sudah ingin kembali berumah tangga jika wanita itu Briana tapi Briana belum mau karena masih trauma."

" Itu tugas kamu sebagai laki laki untuk menyakinkan dirinya bahwa memilih kamu bukanlah sebuah kesalahan! Kamu jangan macem macem ama dia, Briana perempuan yang baik!"

" Iya, bu! Dimas juga gak pengen main main ama Briana, Bu!"

" Jangan main main lho,Mas! Ibu serius ini ngomong sama kamu, Ibu udah tua pengen nimang cucu dari kamu dan Arumi juga butuh sosok seorang ibu!"

Dimas mengangguk " Tapi kenapa Ibu setuju Dimas nikah dengan Briana?padahal Ibu baru sehari mengenalnya."

" Ibu ini udah tua, nak. Udah puas makan asam garam kehidupan, Ibu bisa melihat Briana wanita yang baik. Dia pantas untuk menjadi istrimu dan ibu dari anak anakmu! Kamu tentu lebih tahu hal itu di banding Ibu karena kamu pernah jadi pengacaranya waktu dia bercerai dari mantan suaminya. Oleh sebab itu yakinkan dia bahwa anak Ibu ini pria yang berbeda dari mantan suaminya itu!" Ucap ibunya sambil tersenyum memandang putra sulungnya.

Dimas tersenyum dan menganggukkan kepalanya " Pasti, Bu! Dimas akan menikahi Briana secepat mungkin! Dimas juga merasa dia adalah wanita yang baik juga kok!"

Ibunya mengangguk lalu beranjak berdiri " Ya sudah Ibu mau ke kamar dulu nemenin Arumi, kamu makanlah dulu kalau belum makan!"

" Ya,Bu! Terima kasih,Bu!"

Sepeninggal Ibunya, Dimas berdiri dan masuk ke kamarnya. Ia merebahkan diri di ranjang, telentang sambil memandangi langit langit kamarnya.

" Briana.." ucapnya lembut sambil tersenyum membayangkan wajah cantik yang berada di bawah kungkungan tubuh kekarnya semalam.

Mendadak KawinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang