Briana merona mendengar ucapan Dimas.
" Dek, Mas serius lho ama kamu. Tolonglah jangan anggap mas main main sama kamu."
" Bukan menganggap mas main main tapi aku belum berani, mas, memulai hubungan baru."
" Kamu belum berani karena kamu belum percaya sama mas, mas mau mengerti hal itu tapi apakah kamu lupa kita kemarin sudah menjadi satu dan mas melakukannya tanpa pengaman."
Mata Briana langsung terbelalak. Astaga!! Kenapa ia bisa lupa dan lengah!! Malam itu Dimas melakukannya berkali kali dan dia tidak memakai pengaman apapun dan mengeluarkannya di dalam!!
Dimas tersenyum penuh arti " mas tidak akan memaksa kamu mempercayai mas dalam waktu singkat tapi bagaimana kalau perbuatan kita malam itu menghasilkan kehidupan baru di rahim kamu? Dan mas sangat berharap itu terjadi!! Mas sudah ingin menikahi kamu dan menjadikan kamu istri dan ibu dari anak anak mas."
" Tapi, mas, aku ada Alvin.."
" Terus apa masalahnya? Mas tahu kamu memiliki Alvin, kamu lupa mas lah yang memperjuangkan hak asuh anak itu untuk ada di tangan kamu. Kalau kamu lupa akan mas ingatkan!"
" Bukan begitu apakah kamu mau terima anak aku, mas tanpa membeda bedakan kasih sayang nantinya dengan anak kamu?"
" Apa di mata kamu, mas orang berpikiran sempit seperti itu ?" Dimas balik bertanya.
Briana diam tak bisa menjawab.
" Mas kira kamu mengenal mas, Briana, tapi ternyata di mata kamu mas hanya pria dengan karakter rendah seperti itu."
Ucap Dimas dengan nada kecewa dengan pemikiran Briana.Briana tahu dia sudah menyakiti perasaan pria itu, ia ingin berbicara menjelaskan tapi Dimas terlihat begitu kecewa dan tidak ingin membahas persoalan itu lagi.
" Mas.."
" Sudahlah! Anggap saja mas ngga bicara apa saja, habiskan saja makanan kita dan mas akan antar kamu pulang."
" Mas, kamu marah?"
" Mas ngga marah cuma kecewa tapi it's okay..setiap orang boleh kok menilai orang lain. Ucapanmu tadi membuat mas menjadi lebih intropeksi diri."
Briana terdiam, ia tahu perkataannya sudah menyakiti dan merendahkan pria itu tapi sebenarnya ia hanya ingin mengucapkan pemikirannya saja.
Sehabis makan, Dimas membayar tagihan lalu mereka pulang. Sepanjang perjalanan Dimas yang biasanya suka bicara menjadi terdiam dan fokus dengan jalan raya.
Briana menoleh beberapa kali tapi ia juga tak berani membuka mulut sedikitpun. Ia hanya diam sepanjang perjalanan sampai Dimas menurunkannya di depan restoran.
" Maaf ya, Briana, saya tidak bisa mengantar ke dalam sebab saya harus jemput anak saya."
" Terima kasih, mas."
Dimas cuma tersenyum tipis dan langsung menjalankan mobilnya saat Briana sudah menutup pintu. Ia menghela nafas di dalam mobil sambil mengemudi. Jujur ia merasa sangat tersinggung dengan penilaian wanita itu biarpun ia tahu maksud Briana mengucapkan itu tapi hatinya terlanjur sakit dengan itu.
Ia menjemput putrinya di sekolah dan mengantarnya ke rumah.
" Papa, Arumi mau ke restoran tante Briana dulu boleh?"
" Untuk apa kesana, nak? Kan nenek udah nungguin Arumi di rumah."
" Uhm..Arumi pengen ketemu dek Apin, Pa. Arumi punya roti sandwich enak kesukaan dek Apin."
" Dapat darimana?"
" Tadi ada teman sekolah Arumi ulang tahun dan bagiin snack dan sandwich."
" Oh gitu..siapa yang ulang tahun?" Tanya Dimas sambil mengusap kepala putrinya dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Kawin
Romance"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih untuk menerima tawaran menikahi cucu sulungnya orang yang sudah ia tolong. Tidak ia sangka yang akan ia...