"Ferga, Nih sarapan buat kamu."
Emilio dan Ferga yang sedang berjalan bersama menuju kelas pun seketika saling pandang.
Ferga dengan senyumnya, menerima kotak makan tersebut, sedangkan Emilio menatap Ferga menahan tawa.
"Terimakasih ya."
Jenni mengangguk sembari tersenyum."aku kekelas ya."
Ferga mengangguk, sedangkan Emilio menyela. "Jen, Katanya Ferga mau nganter tuh."
Sontak Ferga menatap Emilio tajam, tanpa perduli, Emilio pun hanya menatap Jenni Yang sedang melihat Ferga dengan pandangan yang berbinar.
"Benar Ga?."
Emilio semakin menahan tawanya, sedangkan Ferga menatap jenni dengan senyum kikuk.
"Kalau aku antar kamu, memang nggak papa?."Jenni menatap Ferga bingung. "Kenapa?."
Ferga menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Bukankah nanti Kamu ketahuan sama Alby?."Jenni diam sembari berfikir. "Ah bener juga, yaudah lain kali aja ya."
Ferga mengangguk, dengan tersenyum Jenni pun mulai berlalu meninggalkan Ferga menatap punggung Jenni, lalu melihat ke arah Emilio yang sudah meledakkan tawanya.
"Suka Lo?!."
Memegang perut nya, Emilio mengangguk dengan sisa sisa tawanya.
"Banget."Ferga memutar bola matanya malas, membalikkan badannya menuju ke tempat yang bertolak belakang dengan tujuannya dan Emilio tadi.
"WOI GA! KEMANA LO?!."
Emilio yang tak mendengar jawaban Ferga pun mngedikkan bahunya acuh, paling ngambek.
Ia pun mulai melanjutkan langkahnya menuju arah kelas lagi.
Ferga yang berjalan santai menuju roftop, menaiki tangga demi tangga sampai pintu roftop berada di depan matanya.
Membuka pintu tersebut. Mencari tempat duduk, bersandar di dinding tangga terakhir, duduk di lantai sembari mengangkat salah satu kakinya.
Mengambil rokok di dalam saku celananya, dan mulai menghidupkan rokok tersebut sembari melihat ke arah langit.
Menikmati angin sepoi Sepoi yang menyapu ke wajahnya.
Menutup matanya untuk menambah kesan supaya lebih tenang.
Miaw.
Tersentak ketika, suara kucing yang tiba tiba mendusel pahanya.
Membuka mata nya perlahan, menengok ketika, kucing yang berwarna putih dengan corak Oren berada di sampingnya
Tidak besar dan juga tidak kecil, kucing itu tidak terlihat tua tapi tidak juga terlihat muda.
Mengelus kucing itu lembut ia tersenyum, bulu bulu yang tebal dan lembut.
Sangat imut.
Mendekatkan tangannya ke arah wajah kucing itu, kucing tersebut kembali mendusel wajahnya di tangan Ferga dan terkadang menjilati Telapak tangan Ferga.
Ferga lagi lagi terkekeh, sangat lucu.
Menautkan alisnya bingung ketika kucing itu mulai mendekatkan dirinya ke arah kotak bekal di samping Ferga sembari memutar mutari kotak bekal itu.
Ferga tersenyum, mematikan rokoknya ia pun kembali mengelus buku kucing tersebut.
"Kamu mau ini?."
Miaw
KAMU SEDANG MEMBACA
[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]
Teen FictionBagaimana jadinya kalau seorang pihak atas tiba tiba bertransmigrasi kepada tubuh yang biasanya menjadi pihak bawah. Dia Eliot Fransisco, Seme top markotop, yang sangat Ahli dalam ranjang, Tubuh profesional yang maskulin, perut kotak kotak yang sa...