Masih ada yang belum tidur?.
.
.
."Dok, Udah 2 Tahun berlalu, apa nggak ada tanda tanda untuk putra saya bangun?. Maaf sebelumnya, kalau Memang tak bisa.. saya ikhlas Dok, Untuk melepaskan Alat penyokong Hidupnya. Saya nggak bisa liat dia menderita lagi dok."
Daniel, menatap Yuli yang yang sedang menangisi putranya menatap Ibu itu dengan pandangan kasian.
Kemudian Meletakkan kedua tangannya di atas meja, "Buk, Saya tidak bisa memastikan Anak Ibuk akan bangun atau tidak. Tapi kami akan tetap berusaha semampu kami." Daniel tersenyum simpul.
"Sebenernya kondisinya sekarang bagaimana Dok?."
Daniel melihat mata Yuli dengan intens, lalu menghembuskan nafasnya dalam.
"Maaf sebelumnya, bisa di bilang.. dari awal ketika pasien baru pertama kali muncul di hadapan saya. 2 tahun yang lalu. saya tak yakin apa pasien akan bisa bertahan hidup atau tidak. Dengan Tubuh yang sudah hancur, banyak lebam di sekujur tubuhnya, bukan hanya tubuh luarnya saja yang begitu, tapi tubuh bagian Dalamnya juga, dia sudah kehilangan banyak darah, tulang rusuknya juga sudah rusak, tetapi dia masih memaksakan tubuhnya sampai Titik akhir.
"Di situ saya hanya berfikir, bahwa sebenarnya pasien sudah tak bisa di Selamatkan lagi, dan akhirnya yang menunggunya adalah kematian."
"Tapi melihat Detak jantungnya masih ada, Nafasnya yang masih terasa saya yakin bahwa pasien Tetap berusaha untuk membuatnya bertahan hidup, dan Lihatlah sekarang, dengan nafas yang sudah melemah, pasien masih berusaha untuk bertahan hidup sampai sekarang, saya takjub akan hal itu."
"Saya tak yakin, kenapa pasien sangat berusaha tetapi Hal ini seperti ada suatu alasan yang membuat Pasien sangat keras kepala mempertahankan Nyawanya, ini seperti ada sesuatu yang dia tunggu. Dan saya tak yakin itu apa."
Daniel diam sebentar, kondisi pasien benar benar aneh, sebenarnya dia bingung, apa yang terjadi sebenarnya.
"Dan Maaf sebelumya, apa ibuk benar benar ikhlas?. Kalau soal biaya, bukannya Ada seseorang yang Membiayai Rumah sakit pasien sampai saat ini?. Apa yang ibuk khawatirkan?."
Yuli mendongak, menatap Daniel dengan mata yang berkaca kaca dan air mata yang berangsur keluar. "Saya sudah Ikhlas dok. saya nggak sanggup lagi melihat Dia seperti itu, Ini bukan masalah uang. Tapi, Putra saya dok.." air matanya kembali keluar, suaranya serak menahan tangis.
Daniel menganggukkan kepalanya mengerti, dia tak bisa berbuat banyak lagi, kalau Keluarga pasien sudah bersikeras, apa yang bisa ia lakukan?. "Baiklah, Kita akan mencabut alat bantu pernafasannya."
Dia bangkit, berjalan ke arah Rak buku di belakang mejanya, mengambil sebuah map merah di sana. menggenggamnya sebentar, ia pun berbalik, berjalan ke arah mejanya kembali.
Duduk di tempatnya, Daniel membuka map tersebut dan memperlihatkannya ke arah Yuli.
Menunjuk Tulisan yang berada di pojok kanan bawah dan menatap Yuli.
"Silahkan tanda tangani di sini."
Yuli dengan tangan yang gemetar, Ia mengambil pena di samping Daniel, ketika ingin menandatangani, Pintu terbuka secara kasar, membuat dua orang yang berada di dalam ruangan tersebut langsung menengok ke arah pintu.
"Apa anda tak punya sopan santun?."
Satu orang pria berpakaian casual dan satu lagi Pria berjas hitam, dengan Wajah yang tak asing, masuk dengan salah satu dari mereka menampilkan ekspresi kesal pada wajahnya.
"Maaf sebelumnya, Apa keputusan yang akan kalian lakukan tak akan di bicarakan dulu dengan saya?."
Yuli sedikit kaget, Menatap Pria itu penuh iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]
Teen FictionBagaimana jadinya kalau seorang pihak atas tiba tiba bertransmigrasi kepada tubuh yang biasanya menjadi pihak bawah. Dia Eliot Fransisco, Seme top markotop, yang sangat Ahli dalam ranjang, Tubuh profesional yang maskulin, perut kotak kotak yang sa...