38. PERJELAS HUBUNGANNYA

11.3K 1K 92
                                    

"Yo!. Hancur sudah wajah lo."

"Shhh." Emilio meringis, tatkala lukanya yang di tekan dengan sedikit kuat oleh petugas Di sana.

"Pelan pelan dong cantik."

Dengan wajah datarnya, gadis itu menatap Emilio. "Kalau nggak mau sakit, nggak usah berantem segala. Sok sok an, Heran sama Bocah zaman sekarang.. kalau nggak berantem nggak keren, kalau nggk ada luka nggak merasa Cool. Lagian apa gunanya coba."

Emilio sedikit tercengang mendengar penuturan gadis itu, beberapa saat kemudian ia terkekeh. "Perkataan Lo, seolah olah.. Lo bukan dari sini, alot banget.. kayak kakek kakek tua. HAHAH."

Gadis itu mendecih sinis, kemudian menekan Luka Emilio lebih kuat

"Ah ah, sakit...  pelan pelan Napa sih."

Menghela nafas, gadis itu kembali meletakkan cotton Bud yang sudah di lapisi alkohol tadi kedalam kotak p3k.

"Nah udah, Lo boleh pergi.. eneg gue liat luka lo."

Emilio melipat kedua tangannya di dada. "Lo cocok jadi Petugas PMR."

"Kalau nggak cocok, gue nggak akan di sini kali.." jawabnya jutek

Emilio Terkekeh, kemudian ia mengangguk. "Benar benar, kedepannya jadilah dokter yang hebat.". Emilio bangkit, kemudian ia mengacak rambut gadis itu gemas.

"Gue Emilio, kalau butuh bantuan.. bilang aja, gue pamit.. thanks."

Setelah mengatakan itu, Emilio pun berjalan keluar, yang di ikuti oleh Ferga di sampingnya.
"Kemana?."

"BK."

•√

"nggak papa." Alby hanya menjawab dengan singkat tak berniat untuk menjelaskannya kepada Wildan.

"Kalau nggk papa, hal semacam tadi nggak akan terjadi, kamu ngerti maksud om kan, Alby?."

Alby mengangguk polos, tanpa melihat ke arah Wildan.

Berjalan ke arah mejanya, dan menduduki tubuhnya di sana, Wildan memijit kepalanya lembut, pusing juga.
Kasus yang selama ini dia selesaikan, nggak ada yang seribet dari kasus dua orang pria ini.

"Om tau, ketika  ruwet sudah fikiran mu, Pasti kamu lampiasin ke Emilio. Kamu nggak kasihan?."

Alby melihat ke arah lain. "Kali ini dia yang salah."gumamnya dengan suara kecil.

"Apa?."  Wildan menyaring kan telinganya untuk mendengar perkataan Alby lebih jelas.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuat Wildah mengalihkan pandangannya, berjalan mendekat. Ia pun membukanya.

Melihat dua orang pria dengan satu orang yang memiliki lebam, Wildan mengangguk.
"Udah?."

Emilio mengangguk. "Udah pak."

"Silahkan masuk."

"Saya nggak ikut pak, saya di sini aja." Ferga berujar sopan.

"Yakin?."

Ferga mengangguk. Melihat hal itu, Wildan juga ikut mengangguk mengerti. "Yasudah, Kamu langsung balik ke kelas aja."

"Oke pak, saya permisi."

Wildan mengangguk, setelah itu ia menutup pintu ruangannya lagi

"Nah, selesaikan masalah kalian."

Emilio mengangguk, kemudian berdiri di depan Alby, ia tersenyum simpul, menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan.

"Luka... Masih sakit?."

[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang