56. DEJAVU

8.5K 894 124
                                    

Berlari menyusuri koridor rumah sakit, dengan tak sabar menunggu lift terbuka untuk mengantarkannya ke ruang rawat inap Emilio.

Dia tak mengerti dirinya sendiri, Dia tak mengetahui siapa pria itu, dia yakin pria itu bukan siapa siapanya, tapi kenapa tubuhnya mengantarnya ke sini.

Kenapa jantungnya berdetak sangat cepat ketika mendengar pesan yang baru saja tertulis itu.

Malahan sekarang, dengan khawatirnya ia, alby sampai berhenti menggunakan lift, memilih untuk berlari melewati tangga darurat supaya lebih cepat sampai ke ruang rawat inap Eliot, karena nampaknya lift benar benar tak berfungsi dengan baik, sangat Lama. Dirinya tak bisa menunggu lagi.

Ketika sudah sampai, berlari menyusuri lorong, melihat satu persatu papan penunjuk jalan mencari kemana arah ruangan ICU.

Sesekali berdecak kesal, kenapa ruangannya sangat banyak?. Mengutuk siapa yang membangun rumah sakit ini, yang sudah membuat nya kesusahan, sehingga akhirnya. Ia melihatnya.

Ferga yang berdiri di pintu sebuah ruangan dengan seorang wanita yang sudah lumayan berumur memeluknya dengan menangis.

Alby berhenti, ini bohongkan?.
Fikiran negatif langsung masuk ke otaknya, bagaimana pun. Tak ada fikiran positif yang saat ini ia fikirkan.

Berjalan mendekat dengan perlahan sembari memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi, dadanya sesak.

Sampai pria yang di sana langsung melihat ke arahnya, Ferga. Menyambutnya dengan lingkaran hitam pada kantong matanya.

"Fer?."

Ferga tersenyum tipis. "Akhirnya Lo datang, ya?."

"Bagaimana?. Dia baik baik aja kan?." Alby berjalan menghampiri Ferga.

Ferga dengan senyum lemahnya, "Lo telat. Dia, udah nggak ada. Setelah ini, kita nggak akan bisa melihatnya lagi."

Deg.

Alby terdiam, tak tahu mau bereaksi seperti apa lagi, menggelengkan kepalanya tak percaya, kemudian melihat dari luar,  ranjang yang di atasnya terdapat seseorang yang ditutupi kain putih.

"Ini yang Lo ingin, kan?. Kenapa Lo datang?."

Suara lemah penuh kekecewaan itu membuat Alby tak merespon. dia tak menjawab, dirinya masih mengatur nafasnya dengan otak dan fikirannya yang sedang menelaah apa yang terjadi saat ini.

"Lo nggak di butuhin lagi di sini, Lo udah nggak di terima lagi di sini, gara gara Lo, saudara gue mati!."

Alby menatap Ferga, pria itu masih saja menatap dirinya tajam dengan memeluk Yuli yang menangis terisak di dekapannya.

Ia menggeleng. "Bukan!. Gue udah ada rencana datang."

"Lo bohong, Lo memang nggk ada niat untuk datang! Lo, akan Balik pergi tanpa melihat dia yang ingin Lo ada. Tapi Lo berencana untuk pergi. Sampai sampai dia tak ada lagi alasan untuk bertahan. LO PEMBUNUH!."

Alby menggeleng, dia melangkah mencoba mendorong pintu ruang ICU, tetapi tangannya di tahan oleh Yuli, Ibunya Emilio.

"Tuan muda, lebih baik anda pergi. Saya tak ingin melihat anda di sini, saya tak ingin melihat putra saya bertambah sedih."

Alby melihat ke arah tangan yang di tahan oleh Yuli, kemudian melirik wajah Yuli yang menaruh kebencian kepadanya.

"Buk, Izinin Alby masuk ya, alby ingin melihatnya."

Yuli menggeleng . "Nggak! Kamu tak di izinkan."

Melihat ekspresi yang menatapnya penuh kebencian itu mengusiknya, dadanya sesak di buatnya.

[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang