Eliot mengguncang guncang pintu Mobil di sampingnya, sepertinya ada yang menghalangi sehingga pintu itu tak bisa terbuka, melihat ke depan. Asap sudah mengepul di mesin bagian depan mobilnya, menurunkan kaca. Ia pun menyalipkan tangannya, dan membuka pintu dari luar.
Baguslah, pintu itu terbuka. Dan saat ini ia tak punya waktu untuk bermain main.
Dengan setengah sadar, kepala yang nyut nyutan, Rasa rasa ingin pingsan. Tapi belum saatnya, ia harus Menghentikan Alby untuk pergi terlebih dahulu, dia harus mengatakannya.
Dengan menopang tubuhnya sendiri, Eliot berjalan tertatih tatih keluar dari dalam mobil, Pandangan buram yang ia lihat, tetapi dia memaksakan diri untuk tetap bergerak.
Pelipis yang sudah mengeluarkan darah, Mengalir di antara wajahnya. Jangan lupakan sudut bibirnya yang juga Membiru ulah perkelahian yang ia lakukan tadi.
Baju putih yang sudah kotor, di penuhi dengan Debu debu berwarna hitam yang sedikit menutupi bercak darah yang mendiami baju putihnya.
Ingat, hanya sedikit. Bercak darah di sana masih terlihat, tetapi kalau kalian membuka baju Eliot, melihat kulit telanjangnya, kalian akan ngilu sendiri, banyak lebam di mana mana.
"Huk!.". Eliot terbatuk, menutup mulutnya dengan telapak tangan, kemudian menjauhkannya. Darah segar kembali terlihat di sana.
Eliot sudah kehilangan banyak darah, Kalau manusia biasa. Luka itu akan membunuhnya.
Tapi ntah kenapa, Eliot masih bisa berdiri, berjalan walaupun sedikit linglung."Sini saya bantu ke rumah Sakit, Tuan."
Eliot yang merasakan tubuhnya di pegang oleh seorang pria mencoba memberontak. "Lepas!."
Pria itu menatap Eliot bingung."Anda terlukan tuan, jadi anda harus di bawa kerumah sakit."
Eliot melepaskan pegangan pada lengannya. "Saya tidak mau, Tunjukkan saja arah ke Bandara, dimana?.". Eliot menatap pria itu. Dia sama sekali tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas sekarang. Kepala nya sangat pusing, tetapi dia harus tetap bergerak.
Albynya akan pergi, itu tak boleh terjadi.
Dia belum mengatakannya, Alby belum tahu kalau dia itu ada di dunia ini.Dia tak ingin keberadaanya tidak di ketahui oleh Alby.
"Huk!." Batuk, Eliot mengeluarkan darahnya lagi, menghapusnya secara kasar, meremas dadanya yang keram, tulang rusuknya yang ngilu, lalu darah yang sudah mengalir dan hampir mengenai matanya.
"Jangan ganggu saya! Kalau anda tidak mau menunjukkan arah bandara dimana, mending anda menjauh dari saya. Saya nggak ada waktu."
"Tapi, Tuan."
Eliot melepasnya secara paksa, berjalan tertatih tatih. Tak ada yang menopangnya, tak ada yang membantu nya berdiri, dia seorang diri di dunia yang luas ini.
Dia hanya ingin di akui, dia hanya ingin di ketahui oleh Alby, Kalau dirinya ada.
Eliot pernah ke dunia ini.
Kalau Alby tak bisa menerima ungkapan cintanya tak apa, yang jelas dia tahu. Kalau Eliot itu ada, Itu saja.Apa sesusah itu?.
"Akhh." Tersandung oleh kakinya sendiri, Eliot masih berusaha untuk berdiri.
Eliot benar peka akan sekelilingnya, karena sekarang dia tahu, Saat ini. Dia sedang di lihat oleh banyak orang, menatapnya penuh iba.
Berjalan dan terus berjalan, menjauhi kerumunan. Lalu mendongak, menyipit ke arah papan penunjuk jalan lalu ia tersenyum.
5KM, itu tidak jauh, Berarti sekarang dia sudah di lingkungan area Bandara, Hingga berjalan sedikit lagi. Dia akan sampai.
Berjalan dengan tertatih tatih, seperti gelandangan yang tak punya apa apa, Eliot tetap berjalan dan terus berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]
Teen FictionBagaimana jadinya kalau seorang pihak atas tiba tiba bertransmigrasi kepada tubuh yang biasanya menjadi pihak bawah. Dia Eliot Fransisco, Seme top markotop, yang sangat Ahli dalam ranjang, Tubuh profesional yang maskulin, perut kotak kotak yang sa...